• Kampus
  • Mencermati Teknologi Robot yang Semakin Dekat dengan Manusia

Mencermati Teknologi Robot yang Semakin Dekat dengan Manusia

Teknologi robot sudah hadir dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, robot servis atau pelayanan.

Program Mechatronics Robotics Competition (MRC) yang digelar Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Mekatronika Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), yang mengenalkan teknologi robot pada anak SMA/SMK di Bandung. (Dok Humas Unpar, 2017)

Penulis Iman Herdiana21 April 2021


BandungBergerak.id - Tekologi semakin berkembang cepat dengan adanya robot and autonomus system (RAS). Teknologi robotik ini membuka peluang semaking banyak peran manusia yang tergantikan robot.  

Meski demikian, Kusprasapta Mutijarsa, dosen dari Kelompok Keilmuan Teknologi Informasi Institut Teknologi Bandung (KKTI ITB), yakin hadirnya robot and autonomus system untuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih bermakna.

Ia menepis anggapan bahwa teknologi robot akan menyerobot lapangan kerja yang mestinya diisi manusia. Memang, teknologi robot terus mengalami evolusi. Posisi robot sudah bergeser tidak hanya ada pada industri, tetapi juga ada dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, hadirnya robot servis atau pelayanan.

Teknologi robot mendapat sentuhan personalisasi dan kenaikan sistem otonom. Sehingga robot kini dapat memiliki kemampuan kognitif, manipulasi, dan interaksi.

“Setiap teknologi baru itu menimbulkan kekhawatiran bagi manusia, tetapi perubahan yang terjadi tidak dapat dicegah,” kata Kusprasapta, saat menyampaikan kuliah umum tentang robotika dan sistem otonom secara daring, Kamis (15/04/2021).

Kusprasapta menegaskan, manusia tidak perlu khawatir mengenai berkurangnya, atau bergesernya, lapangan pekerjaan akibat teknologi robot and autonomus system. Berdasarkan sejarah, penemuan-penemuan yang dilakukan umat manusia hanya mengantarkan pada kehidupan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Sebagai contoh, penemuan kulkas, sepeda, dan mobil. Menurutnya, tidak ada yang menyesali penemuan teknologi-teknologi tersebut. Padahal teknologi tersebut telah menimbulkan pergeseran pada lapangan pekerjaan.

Ia lalu menampilkan data dari World Economic Forum yang menunjukkan bahwa sekitar 75 juta pekerjaan akan digantikan oleh RAS, tetapi teknologi RAS ini juga akan menciptakan 133 juta pekerjaan baru.

“Jadi, manusia tidak benar-benar digantikan. Agar dapat bersaing, kuncinya adalah beradaptasi, terus belajar, dan mencoba mencari peluang dan kemampuan baru,” ungkap dosen yang telah berpengalaman sebagai panitia dan juri dalam Kontes Robot Indonesia sejak 2015.

Contoh paling mutakhir ialah penggunaan konsep cyber physical system (CPS), yaitu interaksi antara dunia analog, dunia digital, dan dunia manusia yang saling berkomunikasi melalui internet. Konsep ini menjadi dasar revolusi industri 4.0. Penerapan CPS, misalnya, dilakukan pada ponsel pintar (smartphone) yang tanpa orang sadari telah menjadi ‘pasangan’ hidup manusia.

Akan tetapi, teknologi memiliki dua sisi pisau. Ada manfaat, tetapi ada risiko. Ada kelebihan dan kekurangan. Terlepas dari itu, ia optimis para pegiat robot melihat semuanya dari sudut pandang kemanusiaan.

Belajar Robot di Kampus

Teknologi robot di Indonesia sudah cukup lama berkembang, terutama dipelajari di kampus-kampus, bahkan sampai tingkat SMA. Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Mekatronika (HMPSTEM) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), misalnya, pernah menyelenggarakan Mechatronics Robotics Competition (MRC) di Cihampelas Walk, Bandung yang diikuti oleh siswa-siswi SMA/SMK se-Bandung dan Jabodetabek.

Melalui MRC, para pesera diajak untuk merakit robot yang dapat berjalan mengikuti garis lintasan atau line follower robots. Peserta diberikan tools kit sebagai peralatan merakit robot, serta mendapat bimbingan dari mahasiswa Teknik Mekatronika.

Program tersebut selain memperkenalkan jurusan Mekatronika, juga mengenalkan robotika dasar kepada masyarakat, terlebih anak muda setingkat SMA dan SMK. Program MRC pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016 yang diikuti oleh 42 peserta dari 12 SMA di Kota Bandung. Tahun 2017, program ini diikuti 14 tim dari 6 SMA/SMK.

Ketua Pelaksana Muhammad Rinaldi dan Bendahara MRC Vincentius Ivan menuturkan, selain lomba, peserta MRC juga mengikuti lokakarya di kampus Unpar Ciumbuleuit mengenai pemrograman dan mikro kontrol. Mereka diajarkan cara menyolder dan memasang komponen, mengenal nama dan penggunaan komponen (hardware dan software) sehingga mereka memahami tujuan pembuatan robot.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//