• Kampus
  • Pelibatan Iptek dalam Perencanaan Pembangunan Masih Minim

Pelibatan Iptek dalam Perencanaan Pembangunan Masih Minim

Selama ini, ekonomi Indonesia masih ditopang oleh jual beli komoditas. Seharusnya ekonomi Indonesia berbasis iptek dan inovasi.

Foto ilustrasi: Pembangunan di Kota Bandung, 25 Januari 2021. Iptek masih jarang dilibatkan dalam pembangunan di Indonesia. (Foto: Iqbal Kusumadirezza)

Penulis Iman Herdiana29 April 2021


BandungBergerak.idIndonesia tengah Menyusun Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi (EPI) sebagai landasan pembangunan untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Namun peneliti menilai, sejauh ini pelibatan ilmu pengetahuan dan inovasi dalam kebijakan pembangunan di Indonesia masih minim.

Salah satu tim penulis Cetak Biru EPI, Yanuar Nugroho menjelaskan Cetak Biru EPI disusun untuk mengintegrasikan sektor iptek dan inovasi dalam mendukung daya saing bangsa. Selama ini ranah ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan inovasi masih sebatas di lingkup Kemenristek.

Padahal saat ini, iptek dan inovasi berguna untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan produktivitas bangsa. “Jarang sekali iptek dan inovasi dikaitkan dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan,” kata Yanuar, dalam webinar “Cetak Biru Ekosistem Pengetahuan dan Inovasi”, dikutip dari laman resmi Unpad, Kamis (29/4/2021).

Yanuar menegaskan, dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 perlu ada perubahan dari arah pembangunan ekonomi. Selama ini, ekonomi Indonesia masih ditopang oleh jual beli komoditas. Padahal, saat ini ekonomi Indonesia harus berbasis iptek dan inovasi.

“Kalau kita mau ekonominya maju di 2045, kita memang mesti membangun ekonomi basisnya pengetahuan dan inovasi,” kata Yanuar.

Perlu diketahui, Kemenristek bersama Bappenas dan Kemenpan RB memotori penyusunan Cetak Biru EPI sebagai landasan mencapai visi Indonesia Emas 2045. Secara garis besar, cetak biru ini berusaha mengintegrasikan iptek dan inovasi dengan kebijakan dan perencanaan pembangunan.

Diharapkan, kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan mesti bermutu, berbasis bukti, mengikuti perkembangan zaman, hingga memahami tantangan pembangunan.

Selain itu, lanjut Yanuar, Cetak Biru EPI disusun untuk menciptakan dukungan politik. Ia menilai, berbagai inisiatif pemerintah acapkali tidak berlanjut karena tidak ada dukungan politik di dalamnya. “Agar berlanjut, harus ada political support,” imbuhnya.

Prinsip yang diusung dalam cetak biru ini ada tiga, yaitu pertumbuhan inklusif berbasis inovasi, kebijakan publik berbasis buki, serta isunya lintas komponen yang memastikan adanya kesetaraan gender dan inklusi sosial.

Penulis Cetak Biru EPI lainnya, Arief Anshory Yusuf menuturkan, jelang 100 tahun Indonesia merdeka di 2045, salah satu cita-cita yang ingin diwujudkan adalah Indonesia masuk sebagai negara kelompok high-income country. Sayangnya, selama beberapa dekade, kemampuan Indonesia untuk mencapai cita-cita tersebut belum memungkinkan.

“Simpulan dari cetak biru ini adalah hanya ada satu jalan untuk mencapai cita-cita itu, yaitu bagaimana membuat ekonomi Indonesia ditopang oleh teknologi, riset, dan inovasi,” kata Arief.

Di dalam Cetak Biru EPI, tim mencoba menyusun sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan cita-cita Indonesia emas 2045. Dari data tantangan tersebut kemudian disusun strategi utama yang harus dibuat dan dijalankan.

Rektor Unpad Rina Indiastuti mengatakan, perguruan tinggi, termasuk Unpad, juga telah membangun sistem. Sistem di perguruan tinggi dibangun dari lima unsur sistem, yaitu human capital, governance capital, physical capital, intellectual capital, serta financial capital.

“Lima unsur ini harus terintegrasi tidak bisa dipisahkan. Kelimanya harus bangun di dalam kegiatan yang ada interaksi di dalamnya. Kalau interaksi terjadi maka ekosistem berjalan,” kata Rektor.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//