Inovasi Pagebluk: Robot Penghubung Pasien Covid-19 dan Termometer Tanpa Operator
Kampus di Indonesia terus berinovasi di masa pagebluk. Tel-U Bandung membikin robot penghubung pasien Covid-19, peneliti UI membikin termometer non-operator.
Penulis Iman Herdiana30 April 2021
BandungBergerak.id - Tim peneliti Telkom University, Bandung, memperkenalkan inovasi Robot Doctor Representative (Doper), yakni teknologi robot yang akan membantu para dokter dan perawat untuk berkomunikasi secara langsung dengan pasien Covid-19. Penelitian ini dilakukan untuk mengantisipasi kontak langsung antara pasien dan tenaga medis.
Ketua tim peneliti robot Doper, Azam Zamhuri Fuadi, mengatakan Doper diciptakan untuk mengurangi kontak langsung tenaga medis dengan pasien Covid-19. Pengurangan kontak langsung dengan pasien diharapkan bisa mengurangi risiko penularan Covid-19.
“Kami menciptakan doper sendiri, secara tidak langsung ingin melindungi tenaga medis untuk kontak langsung dengan pasien covid-19 sehingga dapat menekan jumlah tenaga medis yang terpapar covid-19,” jelas Azam Zamhuri Fuadi, dari siaran pers yang dikutip Jumat (30/4/2021).
Robot Doper dapat digerakan secara manual menggunakan remote control atau dapat secara otomatis dengan mengikuti garis yang telah disesuaikan dengan jalurnya.
“Di dalam doper sendiri kami telah sediakan sensor kamera, dan tablet berbasis android yang digunakan untuk berkomunikasi langsung dengan pasien. Doper juga membawa beberapa alat medis berupa alat pengukur tekanan darah yang dapat dengan mudah digunakan oleh pasien,” terangnya.
Inovasi ini hasil kolaborasi riset antara Fakultas Teknik Elektro (FTE), Fakultas Komunikasi dan Bisnis (FKB), serta Fakultas Industri Kreatif (FIK) Telkom University. Selain itu ada beberapa startup yang terlibat di bawah naungan Bandung Techno Park (BTP).
Sampai saat ini, tim Telkom University sudah menyediakan satu robot yang siap pakai dan ada 5 yang sedang dalam masa perakitan komponen. Ke depan, tim peneliti juga akan terus melakukan inovasi-inovasi yang membantuk menghentikan pandemi Covid-19.
Tim pimpinan Azam yang terlibat dalam pembuatan Doper terdiri dari Angga Rusdinar, (Dosen Fakultas Teknik Elektro), Irwan Purnama (FTE/LIPI), Hardy Adiluhung (Dosen Fakultas Industri Kreatif), Firman Agung Nugroho (FTE/Alumni), Risnanda Satriatama (FTE/Alumni), M. Arief Hidayat (Mahasiswa FTE), Ravindra Ditama (mahasiswa FTE), Achmad Riyadi (mahasiswa FTE), Adnan Syahril Saputra (mahasiswa FTE), Widia Mulyati (,ahasiswa FKB), Ikhsan (mahasiswa FIK), Arya (mahasiswa FIK).
Pengukur Suhu Tubuh Tanpa Operator
Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri di kalangan kampus. Peneliti dari Universitas Indonesia (UI) pun tak mau ketinggalan. Mereka mengembangkan desain termometer otomatis berbasis sensor suhu infrared yang tidak memerlukan operator yang disebut iThermowall (Infrared Thermometer on the Wall).
Inovasi iThermowall UI dibuat secara open-source, di mana semua orang di dunia dapat mengakses file desain-nya secara gratis. Penelitian ini dilakukan Tomy Abuzairi dari Program Studi Teknik Elektro dan Nur Imaniati Sumantri, dari Program Studi Teknik Biomedik, dosen dan peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).
Seperti diketahui, di masa pandemi Covid-19, termometer gun atau termometer handheld biasa digunakan untuk memeriksa suhu tubuh. Termometer ini dioperasikan dengan cara mendekatkan sensor ke arah kepala atau tangan serta menekan tombol on pada termometer dan tampilan suhu akan terlihat oleh operator termometer.
Akan tetapi, menurut penelitian, termometer jenis ini sangat bergantung pada subyektifitas seorang operator termometer. Selain itu, operator termometer juga rentan tertular Covid-19 karena jarak yang dekat dengan orang yang diukur suhu tubuhnya.
Untuk mengatasi masalah ini, kedua peneliti kemudian mengembangkan iThermowall. iThermowall UI menggunakan sensor jarak untuk mendeteksi orang yang ada di depan termometer. Ketika jaraknya mencapai 5-10 cm, maka sensor akan mengkalkulasi suhu tubuh dan hasilnya ditampilkan di layar monitor.
“Termometer otomatis ini juga dirancang agar dapat di-charger ketika daya baterainya sudah habis,” ujar Tomi Abuzairi terkait desain iThermowall, dikutip Jumat (30/4/2021) dari laman resmi UI.
Termometer ini dilengkapi dengan sensor jarak, sehingga ketika jarak orang yang ingin diukur suhunya sudah dekat, maka sensor suhu akan mulai mengukurnya. Termometer dilengkapi dengan LED hijau dan merah untuk memberi tahu suhu tubuh. Jika suhu tubuh normal maka LED hijau menyala, sedangkan jika suhu tubuh tinggi maka LED merah dan alarm menyala selama lima detik.
Sementara file open source yang dapat diakses secara gratis terdiri dari desain file casing 3D print, coding firmware microcontroller, skematik rangkaian, serta tutorial cara merakitnya. Inovasi ini mulai dipublikasikan secara open-source pada akhir Desember 2020. “Dan sudah banyak pihak yang mencoba membuat dan menduplikasikannya,” kata Nur Imaniati Sumantri.
Mereka yang mencoba menduplikasi, antara lain organinasi nirlaba di Oakland, USA. Tim peneliti UI telah berdikusi via email dengan mereka, mengenai sensor suhu yang dipakai. Lalu, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari provinsi Nusa Tenggara Barat yang mencoba membuat dan menghubungi tim terkait hasil perakitan, dan lain-lain.
Mengenai masalah keakuratan, iThermowall UI telah divalidasi dan dikarakterisasi hasil pengukurannya. Hasil validasi dan karakterisasi dapat dibaca di makalah berjudul “Infrared thermometer on the wall (iThermowall): An open source and 3-D print infrared thermometer for fever screening” yang dipublikasikan di Jurnal HardwareX yang diterbitkan oleh Elsevier.