• Berita
  • Tidak Mudik agar Terhindar dari Tsunami Covid-19 seperti di India

Tidak Mudik agar Terhindar dari Tsunami Covid-19 seperti di India

India mengalami tsunami Covid-19 karena warganya sudah tak lagi disiplin melaksanakan protokol kesehatan.

Spanduk larangan mudik terpasang di warung Terminal Cicaheum, Bandung, Jumat (30/4/2021). Terminal yang menghubungkan Bandung dengan wilayah selatan dan timur Jawa Barat ini sepi karena larangan mudik untuk mengurangi penularan Covid-19. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana30 April 2021


BandungBergerak.idIndia dilanda pandemi Covid-19 yang mengganas. Media luar negeri menyebut negeri Hindustan itu mengalami “tsunami” Covid-19 mengingat saking banyaknya kasus harian dan lonjakan jumlah korban tewas.

Informasi yang dihimpun tim Humas Pemkot Bandung, Jumat (30/4/2021), jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 di India mencapai 17 juta dalam beberapa hari terakhir. Sementara jumlah kematian melebihi angka 190.000. Di India tercatat ada 346.786 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sedangkan 2.624 kematian lainnya tercatat dalam periode yang sama. Jumlah ini setara dengan hampir sepertiga dari semua infeksi baru di seluruh dunia.

Sebelumnya, India dilaporkan pulih dari gelombang pertama pandemi Covid-19. Pada Januari–Februari 2021, India mulai melakukan vaksinasi Covid-19. Di bulan itu juga, kasus Covid-19 di India mulai turun. Melihat penurunan kasus, pemerintah memberikan izin pembukaan pusat hiburan.

Bulan berikutnya, pemerintah India mengizinkan digelarnya festival keagamaan dan kampanye pemilu. Sementara kehidupan warga mulai “normal” dengan melepas protokol kesehatan.

Dampaknya, pada April 2021, India mengalami tsunami Covid-19. Kematian akibat covid-19 terus meningkat. Berkaca dari India, pemerintah Indonesia melarang kegiatan mudik, tradisi lebaran yang melibatkan mobilitas warga dalam jumlah besar.

Wali Kota Bandung, Oded M. Danial mengaku Indonesia khususnya Kota Bandung tak ingin mengalami hal sepereti India. Menurutnya, India mengalami tsunami Covid-19 karena warganya sudah tak lagi disiplin melaksanakan protokol kesehatan.

Oded mengingatkan warga Bandung agar menahan diri melaksanakan mudik pada lebaran 2021. Apalagi pemerintah pusat telah mengeluarkan larangan mudik mulai 6-17 Mei mendatang. Larangan mudik diberlakukan demi mencegah lonjakan penularan Covid-19.

"Ini semua demi kepentingan kita bersama. Pak presiden pun telah mengingatkan semua kepala daerah untuk memperhatikan hal ini," ujar Oded.

Data resmi pemerintah pada mudik lebaran 2020 menunjukkan peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Kenaikannya tembus 93 persen. Peningkatan kasus Covid-19 juga terjadi setiap libur panjang, misalnya pada Agustus 2020 yang menyumbang lonjakan kasus 119 persen. Lalu, libur pada Oktober 2020 berimbas pada kenaikan jumlah kasus hingga 95 persen.

Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi pada libur panjang akhir tahun di mana jumlah kasus meningkat 75 persen. Tahun ini, pemerintah memperkirakan ada 18,9 juta orang yang berniat mudik.

Kasus Covid-19 di Jabar Diklaim Turun

Tsunami Covid-19 di India berpotensi terjadi di Jawa Barat jika warga tidak mentaati protokol kesehatan yang ketat. Potensi lonjakan kasus diramalkan akan meningkat jika mudik lebaran 2021 berlangsung. Karena itu, larangan mudik diharapkan dipatuhi semua pihak.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengklaim saat ini tren kasus Covid-19 di Jabar sedang menurun. Pemerintah pusat mencatat kasus aktif di Jabar saat ini sebanyak 30.225, namun ia mengklaim bahwa angka tersebut 40 persennya adalah kasus lama. "Sekarang 30.225 tapi 40 persennya kasus lama. Jadi sebenarnya kurang lebih 19.000 yang ada di catatan kami," ucapnya.

Jumlah kesembuhan di Jabar disebut ada di angka 87,7 persen, dan angka kematian 1,3 persen lebih baik dari angka rata-rata nasional. Sementara tingkat keterisian rumah sakit oleh pasien Covid-19 grafiknya terus menurun. Sempat menyentuh angka 80 persen di awal tahun 2021, lalu turun ke 50 persen di bulan Maret. Kini keterisian rumah sakit di seluruh Jabar tinggal 43,8 persen.

"Ini harus jadi tren jangan terganggu oleh libur panjang karena mudik," harap Ridwan Kamil, dari siaran pers yang dikutip Jumat (30/4/2021). Maka upaya mutlak yang wajib dilakukan masyarakat agar tren tersebut dapat dipertahankan adalah dengan tidak pulang kampung saat lebaran.

Jika memaksa, ia khawatir tsunami Covid-19 di India berpotensi terjadi di Indonesia bila warganya lengah dan mengendurkan kedisiplinan. "Kami ingin tren (penurunan Covid-19) ini dijaga. Semoga dengan melakukan koordinasi hari ini khususnya kewaspadaan dan pelarangan mudik, tren yang baik ini bisa kita terus pertahankan," ujar Ridwan Kamil.

120 Titik Sekat Pemudik

Agar tidak terjadi kebocoran pemudik, Pemda Provinsi Jabar bersama  pemkab/pemkot dan ajajran kepolisian/TNI telah menyekat 120 titik di pintu- pintu masuk wilayah, termasuk di jalur-jalur alternatif. 

"120 titik akan kami sekat termasuk jalan tikus akan dijaga dan razia karena Jabar punya anglomerasi Bodebek dan Bandung Raya," ujarnya.

Bila mudik tetap dilakukan, yang paling rawan tertular Covid-19 adalah para lansia di kampung halaman. Gubernur mengingatkan peristiwa tahun lalu warga Ciamis meninggal setelah dikunjungi anaknya yang mudik dari Jakarta, harus dijadikan pelajaran.

Namun apabila sampai ada pemudik yang sampai lolos melewati sekat dan sampai ke kampung halamannya, Gubernur meminta posko RT/RW/kelurahan/desa memberlakukan karantina selama lima hari. Dengan demikian, fasilitas rumah isolasi harus benar-benar siap. 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//