• Kolom
  • Riwayat Awal Sarekat Islam Bandung

Riwayat Awal Sarekat Islam Bandung

Ada beberapa pendapat tentang riwayat awal Sarekat Islam Bandung dengan Suwardi Suryaningrat sebagai ketua pertamanya.

Hafidz Azhar

Penulis esai, sejak September 2023 pengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas), Bandung

Suwardi Suryaningrat, Ketua Sarekat Islam Bandung (duduk paling kanan), berfoto bersama Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan para anggota Indische Partij pada tahun 1913. (Sumber foto: Dokumentasi Leiden University Libraries Digital Collections)

18 Maret 2021


BandungBergerak - Sarekat Islam (SI), yang mula-mula didirikan sebagai Sarekat Dagang Islam oleh Tirto Adisuryo dan Haji Samanhudi, telah menjelma sebagai kekuatan politik-sosial dengan massa yang sangat besar. Diperkirakan sekitar dua juta anggota Sarekat Islam di bawah pimpinan Tjokroaminoto tersebar di tiap-tiap penjuru wilayah Hindia Belanda. Tidak terkecuali di Bandung yang ketika itu jadi kota pergerakan.

Deliar Noer menyebutkan, pada 1912 Tjokroaminoto mengutus dua orang anggota dari Surabaya untuk menemui tiga orang tokoh di Bandung. Mereka adalah Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis, dan A. Wignyadisastra. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, lantas memegang kendali sebagai ketua Sarekat Islam Bandung dengan Abdul Muis sebagai wakil ketua dan Wignyadisastra sebagai sekretarisnya.

Dalam pendapat lain, Sarekat Islam Bandung tidak terlepas dari pengaruh Darmo Loemakso yang didirikan Haji Samanhudi. Robert van Niel mencatat bahwa Sarekat Islam dianggap telah melangkahi pergerakan Darmo Loemakso, meski hal itu dinilai sebagai sebuah langkah positif. Nieuwe Apeldoornsche Courant edisi Juni 1913 bahkan menyebut bila organisasi yang disangkutpautkan dengan Haji Samanhudi itu turut pula membantu propaganda untuk Sarekat Islam.

Bukan hanya itu. Dalam Bescheiden betreffende de Vereeniging Sarekat Islam dijelaskan, terdapat dua orang saudagar bersaudara yang terlibat mengembangkan Darmo Loemakso dan Sarekat Islam. Kedua orang itu ialah Haji Samanhudi dan Haji Amir. Mula-mula, kedatangan Samanhudi dan Amir ke Bandung tiada lain untuk berdagang batik berikut rencana membentuk suatu perkumpulan yang dinamakan Sarekat Islam. Namun karena muncul ketakutan mewujudkan rencana itu, keduanya mendirikan Darmo Loemakso sebagai wadah mengorganisasi diri terutama dalam aspek-aspek keagamaan. Salah satu aktivitas Darmo Loemakso, sebagai wujud persaudaraan yang bertalian dengan unsur reliji, yaitu menghadiri upacara pemakaman dengan jumlah massa yang banyak sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Ketika dua orang anggota Sarekat Islam Surabaya datang ke Bandung, Hajir Amir kemudian hijrah dan bergabung menjadi anggota SI. Keputusan itu dibuat setelah beberapa kali perundingan. Lantas pada malam-malam berikutnya, digelar rapat komisaris pengurus untuk mengonsolidasikan afiliasi Sarekat Islam dengan Darmo Loemakso dan menyerahkan satu per tiga bagian uang kepada para delegasi yang akan digunakan untuk biaya umum. Setelah itu ditunjuklah beberapa perwakilan SI yang nantinya berada dalam dewan Darmo Loemakso.

Afiliasi ini bukannya tanpa gejolak. Ada ketidaksukaan dari sebagian massa Darmo Loemakso dengan alasan mereka lebih senang menyimpan uang untuk perkumpulannya sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Muncul juga ketakutan berada di lingkungan Sarekat Islam karena bila terjadi pelarangan terhadap SI, persoalan itu akan menyeret juga Darmo Loemakso. Ketakutan itulah sebetulnya yang menjadi alasan utama kenapa sebagian massa Darmo Loemakso enggan berafiliasi dengan Sarekat Islam (Bescheiden betreffende de Vereeniging Sarekat Islam).

Sementara itu, Takashi Shiraisi mencatat kelahiran Sarekat Islam Bandung disebut-sebut berkat andil Tjokroaminoto dan Hasan Ali Soerati. Sarekat Islam afdeeling Bandung didirikan pada 25 Desember 1912 setelah diadakannya vergadering Indische Partij (IP) yang pertama. Nampaknya Shiraisi juga menilai bahwa di Bandung telah dibentuk dua Sarekat Islam, yakni Sarekat Islam yang berasal dari Darmo Loemakso pimpinan Haji Samanhudi dan Sarekat Islam afdeeling Bandung yang diprakarsai oleh Tjokroaminoto dan Hasan Ali Soerati dengan mandat yang diberikan kepada Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis, dan A. Wignyadisastra.

Aktivitas Sarekat Islam Bandung semasa Suwardi memang tidak terlalu menonjol jika dibandingkan beberapa tahun setelahnya. Akan tetapi sebagai organisasi yang mendapat sambutan hangat dari kalangan pribumi, Sarekat Islam Bandung sering mengadakan perkumpulan untuk menarik massa yang lebih banyak. Juga perkumpulan yang digelar dengan melibatkan para pejabat setempat. Surat kabar De expres edisi 31 Desember 1913 mengabarkan sebuah pertemuan di rumah lurah Suniaraja yang dihadiri bupati Bandung, wedana, anggota wedana, mantri polisi, serta rengrengan pengurus Sarekat Islam Bandung Barat.

Namun, menurut laporan yang sama, sang bupati akhirnya dilarang menerima lagi anggota Sarekat Islam untuk pertemuan selanjutnya. Setelah kejadian tersebut, salah satu ketua divisi Sarekat Islam Bandung memberikan pernyataan dengan lapang dada kepada para anggotanya agar mentaati larangan yang telah diungkapkan oleh bupati dalam perkumpulan itu. De expres mengutipnya demikian: Saudara-saudara, apa yang Bupati katakan, kita harus taat sejauh yang menurut semua orang harus kita lakukan. Kami sekarang berada di perahu dan tidak perlu takut terhadap gumpalan ombak”.

Sebagai ketua, Suwardi Suryaningrat diklaim telah membawa Sarekat Islam Bandung pada arah pergerakan oposisi. Seperti diungkapkan oleh Shiraisi, Sarekat Islam Bandung tidak saja mengabaikan Komite Departemen Jawa Tengah, namun juga mewakili pusat oposisi terhadap kekuasaan yang berada di bawah pimpinan Sarekat Islam Pusat.

Riwayat Sarekat Islam Bandung sedikit mengalami kemandegan akibat hukuman yang diterima Suwardi setelah ia dibuang ke Negeri Belanda. Meski demikian, Suwardi tetap dianggap sebagai tokoh revolusioner yang ideal. Sebagai perpisahan, rengrengan Sarekat Islam Bandung mengupayakan penggalangan dana sebagai bentuk dukungan bagi pemimpinnya itu.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//