• Cerita
  • Bandung Hari Ini: Awal Perjalanan Gereja Katolik Pandu

Bandung Hari Ini: Awal Perjalanan Gereja Katolik Pandu

Pembangunan Gereja Katolik Pandu, yang dimulai pada 10 Mei 1935, berlangsung tidak kurang dari lima bulan. Ia bertahan sebagai warisan cagar budaya yang lestari.

Penampakan Gereja Katolik Pandu dalam sebuah foto yang diperkirakan diambil di sekitar tahun 1985. Gereja ini dibangun dan diresmikan pada 1935 dan menandai terbentuknya paroki ketiga di Keuskupan Bandung. (Sumber foto: buku Peringatan 50 Tahun Gereja Katolik Pandu (1985))

Penulis Tri Joko Her Riadi10 Mei 2021


BandungBergerak.id - Pada 10 Mei 1935, tepat hari ini 86 tahun lalu, pembangunan Gereja Katolik Pandu dimulai dengan peletakan batu pertama yang dipimpin langsung oleh Prefek Apostolik Bandung Mgr. Jacobus Hubertus Goumans, OSC. Lokasi lahannya diapit Panduweg, sekarang Jalan Pandu, dan Kruisweg, sekarang Jalan Begawan Sempani. Kruisweg secara harafiah berarti Jalan Salib.

Pembangunan Gereja Katolik Pandu merupakan bagian dari rencana Keuskupan membentuk sebuah paroki baru yang akan menjadi paroki ketiga di Bandung. Pastor Johannes de Rooij, OSC menjadi pimpinan proyeknya.

Merujuk buku Tonggak-tonggak Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Bandung (1984), untuk menjalankan tugas tersebut, Pastor J. de Rooij, OSC menetap di Burgermeester Coopweg Nomor 23, sekarang Jalan Pajajaran, sejak 3 Juli 1934. Rumah singgah ini sekaligus dimanfaatkan sebagai gereja darurat. Ibadah misa perdana diselenggarakan pada 5 Agustus 1934.

Pada tahun tersebut, jumlah umat Paroki Pandu belum banyak, tapi tercatat ada 115 orang yang dipermandikan.

Hari ini bangunan Gereja Katolik Pandu, yang mengambil nama pelindung paroki Bunda Tujuh Kedukaan, merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang bernilai sejarah tinggi di Bandung. Komitmen pengurus paroki memelihara keaslian dan keasriannya diganjar Anugerah Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Bandung pada 5 Desember 2019 lalu.

Daftar Pastor Paroki Pandu

Dikutip dari buku Peringatan 50 Tahun Gereja Katolik Pandu ((1985), pembangunan Gereja Katolik Pandu dimulai dengan mendahulukan aula dan pastoran sehingga Pastor J. de Rooij, OSC bisa segera tinggal di sana. Pada 17 November 1935, Gereja Katolik Pandu diresmikan dan diberkati dengan misa yang kembali dipimpin oleh Mgr. J. Goumans, OSC.

Pastor J. de Rooij, OSC menjabat Pastor Paroki Pandu dalam sejak tahun 1935 sampai 1942. Di masa kepemimpinannya datang dua pastor pembantu pada 1938 untuk kemudian digantikan dua pastor lainnya pada 1940.

Di masa pendudukan Jepang, seluruh kegiatan di Paroki Pandu berhenti. Demikian juga yang terjadi di seluruh Keuskupan Bandung. Pastor-pastor dari Belanda dijebloskan ke Kamp Tawanan Jepang yang tersebar di beberapa lokasi di Bandung.

Sejak 1945, setelah Jepang menyerah kalah di ujung Perang Dunia ke-2, Pastor J. de Rooij, OSC kembali ke Paroki Pandu. Ia memimpin paroki tersebut di tahun-tahun yang penuh ketidakpastian hingga lima tahun berikutnya.

Dalam kurun 1951-1958, Paroki Pandu dipimpin oleh Pastor C. v. Schaik, OSC. Pada 1951, pendirian taman kanak-kanak (TK) mulai dirintis, diikuti dengan pendirian sekolah dasar (SD) setahun kemudian. Sekolah yang dibangun Paroki Pandu bekerja sama dengan Yayasan Salib Suci itu akhirnya diresmikan pada tahun 1955.

Dalam kurun 1958-1963, Paroki Pandu dipimpin oleh Pastor B. J. Leenders, OSC. Tongkat estafet ini kemudian diteruskan oleh Pastor H. Reichert, OSC sejak tahun 1964 hingga 1977. Di periode inilah, tepatnya pada Januari 1967, dimulai pembangunan sekolah menengah pertama (SMP), lagi-lagi bekerja sama dengan Yayasan Salib Suci.

Tiga pastor yang memimpin Paroki Pandu berikutnya berturut-turut adalah Pastor Hans van doorn, OSC (1978-1983), Pastor Leo van Beurden, OSC (1982-1983) serta Pastor J. Souw Hong Goau, OSC yang mulai bertugas sejak 1984 ketika paroki tersebut merayakan usia emasnya.

Potret umat Paroki Pandu yang tinggal di kawasan Sukajadi, dari anak-anak sampai orang tua, sedang beribadah bersama. (Sumber foto: buku Peringatan 50 Tahun Gereja Katolik Pandu ((1985))
Potret umat Paroki Pandu yang tinggal di kawasan Sukajadi, dari anak-anak sampai orang tua, sedang beribadah bersama. (Sumber foto: buku Peringatan 50 Tahun Gereja Katolik Pandu ((1985))

Perkembangan Jumlah Umat

Berdasarkan pencatatan yang dilakukan per 30 Juni 1941, enam tahun setelah pembangunan gedung gereja, jumlah umat Paroki Pandu diketahui sebanyak 1.640 jiwa. Sebagian besar dari mereka adalah orang Eropa.

Di tahun yang sama, diketahui jumlah total umat Katolik di Keuskupan Bandung adalah 19.747 orang. Dari jumlah tersebut, hanya 1.416 orang di antarannya merupakan bumiputera.

Pada Desember 1983, jumlah total umat mencapai 54.743 orang dan semuanya merupakan warga negara Indonesia. Bandingkan dengan jumlah umat pada Desember 1926 yang tercatat sebanyak 6.064 orang dengan hanya 64 orang di antaranya merupakan bumiputera.

Saat ini, berdasarkan data yang termuat dalam Sistem Informasi dan Manajemen Umat (SIMU), jumlah umat Paroki Pandu diketahui sebanyak 2.990 orang. SIMU merupakan aplikasi pendataan umat yang dikembangkan oleh Keuskupan Bandung bekerja sama dengan dosen-dosen peneliti Universitas Parahyangan (Unpar) sejak 2015 lalu. 

Selain Kota Bandung, Keuskupan Bandung mencakup juga kabupaten dan kota di bagian timur dan tengah tanah Parahyangan Jawa Barat, mulai dari Purwakarta, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Pangandaran, Banjar, dan Garut. Saat ini jumlah umatnya tercatat di kisaran 101 ribu orang.

Gedung Gereja Katolik tertua di Keuskupan Bandung adalah Katedral Santo Petrus di Jalan Merdeka, yang dibangun pada 1921 dan masih kokoh hingga hari ini. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//