Ramadan di Tahun Pagebluk (23): Jalan Panjang Penjual Tahu Keliling
Agus Rusmana (45) menjadi penjual tahu keliling sejak 21 tahun lalu. Bersama sang istri, ia berjuang bisa menyekolahkan kedua anak mereka setinggi mungkin.
Penulis Emi La Palau12 Mei 2021
BandungBergerak.id - Hari masih pagi ketika Agus Rusmana (45) mengayuh pedal sepedanya membelah Kota Bandung. Dari sentra tahu Cibuntu dia meluncur ke arah timur menuju kawasan Stadion Sidolig Persib. Sepasang ember terpasang di kanan kiri bagian belakang sepeda itu.
Sabtu (8/5/2021) itu Agus hanya membawa 400 biji tahu. Itu pun tidak semuanya pasti habis terjual. Sepanjang Ramadan tahun ini pembelian tahu sedikit berkurang.
Di hari-hari biasa Agus membawa 600 biji tahu. Pelanggannya, selain ibu-ibu rumah tangga, adalah para penjual kupat petis dan tukang ayam goreng.
“Di hari biasa, Alhamdulillah ada langganan. Selama Ramadan, karena mereka gak jualan, jadi gak diantar (tahunya),” ungkap Agus dalam perbincangan dengan BandungBergerak.id.
Usai menyambangi beberapa langganannya di permukiman di belakang stadion, Agus bergegas ke kawasan Kebon Pisang, Baranangsiang, tidak jauh dari Pasar Kosambi. Di sana, dia berharap agar sisa tahu yang belum terjual bisa ludes.
Menurut pengakuan Agus, penjualan tahu justru melonjak pada bulan-bulan pertama pagebluk Covid-19 tahun lalu. Pembatasan aktivitas dan mobilitas warga membuat mereka mengandalkan betul layanan penjualan langsung dari rumah ke rumah. Kedatangan Agus ditunggu-tunggu oleh mereka yang dipaksa diam di rumah.
Agus menjual tahu seharga Rp 500 per biji. Dari harga tersebut, ia harus menyetorkan Rp 350 ke pabrik pemasok tahu. Sisanya, Rp 150, masuk ke kantong Agus. Artinya, jika 400 biji tahu yang dibawa hari itu ludes terjual, pendapatan total Agus tidak lebih dari Rp 60 ribu.
Namun, jika tahu-tahu yang telah diambil dari pabrik tak habis terjual, terpaksa Agus harus membayar sisa harga dari tahu-tahu yang tidak terjual itu. Jika demikian, ia memilih untuk mengurangi jumlah tahu yang diambil pada keesokan harinya.
Untuk menambah pendapatan, Agus sesekali membawa juga tempe pesanan pelanggan. Keuntungan yang ia peroleh agak lumayan, yakni Rp 1.000 per potong. Agus juga berupaya menekan tambahan pengeluaran dengan bersetia menggenjot sepeda.
Baca Juga: Ramadan di Tahun Pagebluk (22): Cerita Fiona, Transpuan yang Sukarela Membantu Vaksinasi Covid-19
Ramadan di Tahun Pagebluk (21): Sejumput Kisah Sepasang Pengumpul Sampah
Ramadan di Tahun Pagebluk (20): Bekerja di SPBU demi Sang Ibu
Pendidikan Tinggi bagi Anak
Agus Rusmana (45) lahir dan tumbuh di kawasan sentra tahu Cibuntu, Bandung. Lulus sekolah menengah atas (SMA) di kawasan Cijerah, ia langsung bekerja di pabrik pembuatan mainan anak di kawasan Cirancang, Kopo. Di tengah krisis moneter pada tahun 1998, Agus terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dua tahun berselang, Agus mulai menekuni pekerjaan sebagai penjual tahu keliling. Mulanya, seorang kawan mengajaknya mencoba pekerjaan tersebut.
“Orang Cibuntu mah jangan pusing-pusing (mencari) kerjaan. Sudah, jual tahu saja,” ungkap Agus menirukan omongan kawannya waktu itu. “Nah, akhirnya (saya) nyoba-nyoba dan Alhamdulillah (bertahan sampai sekarang).”
Agus sempat kembali bekerja di perusahaan yang sama pada 2003, namun sejak 2008 ia memutuskan untuk fokus berjualan tahu. Inilah yang jadi sandaran utama baginya menghidupi keluarga.
Agus dan sang istri memiliki dua orang anak. Si sulung sedang duduk di bangku kelas dua sekolah menengah kejuruan (SMK), sementara si bungsu duduk di bangku kelas VI sekolah dasar (SD).
Hasil penjualan yang tidak menentu seringkali gagal menutupi semua kebutuhan sehari-hari keluarga Agus. Beruntung sang istri juga menjalankan usaha kecil-kecilan dengan berjualan seblak. Keduanya berjuang keras bisa menabung uang untuk mencukupi biaya sekolah kedua anaknya hingga ke jenjang tertinggi. Perjuangan yang bakal berlangsung panjang.
Meski tidak memilili pendapatan berkelimpahan, bahkan kadang serbamepet, Agus mengaku bahagia menjalani hidup dan pekerjaannya saat ini. Menjelang lebaran, ia terpikir untuk bisa mengumpulkan dana untuk zakat fitrah.
“Harapannya, beberapa hari jualan bisa kekejar untuk zakat fitrahnya,” katanya.