• Kampus
  • Belajar Investasi di Musim Pandemi lewat Film dan Jurnal

Belajar Investasi di Musim Pandemi lewat Film dan Jurnal

Sejak pengumuman pasien pertama Covid-19 di Indonesia itu, transaksi perdagangan di pasar saham tidak terus menanjak, melainkan fluktuatif.

Petugas tenaga kesehatan di Bandung saat menyiapkan vaksin Covid-19. Sejak awal pandemi sebelum ditemukan vaksin sampai sekarang, nakes menjadi garda terdepan melawan Covid-19. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana14 Mei 2021


BandungBergerak.idSeorang salesman bernama Chris Gardner menghabiskan seluruh tabungannya untuk berinvestasi terhadap sebuah franchise scanner tulang portable yang diyakini memiliki daya jual lebih tinggi di antara produk sejenis. Nahas, apa yang dia harapkan tak berbanding lurus dengan hasil yang diinginkan. Investasinya gagal total. Ia terjerembab dalam lubang kemiskinan.

Tapi berkat usaha sangat gigih, Chris Gardner dapat memutarbalikan keadaan sampai akhirnya dia berhasil menjadi seorang pialang saham yang sukses. Kisah dalam film The Pursuit of Happyness ini dibedah dalam webinar "From the Bottom to the top of Business Man" yang digelar pengurus Himasi STIE Ekuitas, Bandung, 18 April 2021 lalu, dikutip dari laman resmi STIE Ekuitas, Jumat (14/5/2021).

Panji Damar, salah satu narasumber webinar yang juga mahasiwa di Fakultas Budaya dan Media Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, mengatakan apa yang dilakukan Chris Gardner dalam film mencerminkan bagaimana tamaknya sifat seorang manusia dalam mengambil keputusan.

"Sehingga, apa yang dilakukan olehnya seperti menjadi sebuah boomerang yang berujung dalam keadaan yang merepotkan. Untuk itu, kita harus cermat dalam mempertimbangkan suatu resiko. Jangan sampai, pengambilan keputusan malah menjadi malapetaka untuk kehidupan dimasa mendatang,” kata Panji Damar.

Bedah film tersebut berusaha memahami investasi yang mendapat arti baru di era pandemi Covid-19, bahwa menanamkan modal atau punya tabungan di masa depan menjadi keharusan. Khusus di kalangan anak muda, investasi sejak pandemi Covid-19 mendorong mereka berbondong-bondong melakukan investasi, walau tanpa menguasai ilmu dasar atas sebuah instrumen investasi. Padahal risiko investasi tidaklah kecil, apalagi jika dilakukan dalam volume modal yang relatif besar seperti yang dilakukan Chris Gardner.

Menurut Diana Tambunan dalam artikel ilmiah di jurnal Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen Universitas Bina Sarana Informatika berjudul "Investasi Saham di Masa Pandemi COVID-19" (2020), investasi adalah suatu komitmen untuk menanamkan dana pada periode tertentu untuk mendapatkan pembayaran di masa depan sebagai kompensasi bagi investor.

Investasi terdiri dari investasi dalam bentuk aktiva riil (riil assets) seperti emas dan barang berharga lain, tanah, barang-barang seni atau real estate, dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Tujuan berinvestasi untuk meningkatkan kekayaan di masa depan.

Diana Tambunan mengurai bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi perdagangan saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada minggu kedua Maret 2020 yang mengalami penurunan. Saat itu, IHSG berada dilevel 4,907.57. Angka ini menurun dibandingkan minggu pertama Maret 2020 yaitu pada posisi 5,498.54, sejak Indonesia mengumumkan pasien Covid-19 pertama.

Namun pada minggu ketiga Mei 2020 hingga awal Juni 2020 perdagangan saham menunjukkan tren kenaikan. IHSG berada di posisi 4,545.95 dan terus menanjak hingga ke posisi 4,947.78 pada minggu pertama Juni 2020 di saat dilakukan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan dibukanya sejumlah kegiatan ekonomi dan bisnis seperti mal-mal dan pertokoan.

Volume perdagangan saham perlahan terus meningkat. Pada minggu pertama Juni 2020, volume perdagangan tercatat sebanyak 770.08 milliar lembar saham, dengan nilai transaksi sebesar Rp 785.04 triliun.

Sejak pengumuman pasien pertama Covid-19 di Indonesia itu, transaksi perdagangan di pasar saham tidak terus menanjak, melainkan fluktuatif. "IHSG terus terombang-ambing selama pandemi Covid-19. Naik turun pasar saham tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga di belahan dunia mana pun," ungkap Diana Tambunan.

Saat ini, pandemi masih terjadi. "Kita hidup di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak pasti," lanjutnya. Oleh karenanya, ia merekomendasikan jika investor tertarik berinvestasi saham di masa pandemi Covid-19, sebaiknya melakukan dua hal penting: Pertama, analisis fundamental terhadap saham-saham yang akan dibeli di mana analisis fundamental membuat investor dapat mengetahui prospek perusahaan dan memprediksi return saham di masa mendatang.

Kedua, diversifikasi saham di mana langkah ini akan meminimalisir risiko yang akan terjadi pada investor. Diversifikasi adalah salah satu komponen utama pengambilan keputusan investasi di bawah risiko atau ketidakpastian.

Diana juga mengungkap hasil penelitian ekonom dunia tentang investasi di masa pandemi. Disebutkan bahwa saat pandemi Covid-19 adalah saat yang paling tepat untuk berinvestasi/membeli saham di mana banyak orang menjual saham sehingga harga saham sangat murah.

Namun diperlukan indikator yang dapat dipakai oleh investor agar tidak salah dalam memilih produk saham yang akan mereka beli, yaitu apakah permintaan produk saham tersebut tinggi; apakah perusahaan penghasil produk tersebut sebagai pengontrol harga; apakah produk yang dihasilkan perusahaan tersebut selalu dibutuhkan manusia dan tetap ada bila dibutuhkan; ataukah produk yang dihasilkan merupakan produk berharga/memiliki nilai tinggi seperti energi, tenaga surya, makanan dan lain-lain, ataukah produknya merupakan produk kemewahan yang diperlukan suatu kelompok tertentu.

Industri yang Diuntungkan Selama Pandemi

Penelitian mencatat, perusahaan yang sangat diuntungkan dengan adanya pandemi Covid-19 adalah industri makanan, alat kesehatan dan alat pembersih. Sementara perusahaan lain mengalami kerugian yang amat parah.

Melihat perdagangan saham di BEI sejak bulan Maret 2020 sampai Mei 2020, peneliti merekomendasikan saham-saham yang tepat untuk investasi meliputi: saham-saham sektor industri barang konsumer (consumer goods) karena sektor barang konsumer mampu mencatatkan kinerja positif sejak adanya pengumuman kasus COVID-19 pertama di Indonesia.

Industri barang konsumer meningkat karena masyarakat pasti membutuhkan pasokan makanan dan minuman dalam kondisi apa pun. "Industri konsumer dipastikan akan selalu dicari konsumen karena erat dengan pemenuhan kebutuhan hidup karena meskipun aktivitas masyarakat dibatasi, tetapi konsumsi tentunya masih tetap berjalan."

Berikutnya, saham-saham sektor telekomunikasi juga bisa menjadi pilihan karena adanya semua kegiatan di rumah saja terkait adanya pandemi Covid-19 membuat fungsi telekomunikasi amat penting.Banyak perusahaan menerapkan kebijakan kerja dari rumah (work from home /WFH) dan pelajari mahasiswa menerapkan program belajar jarak jauh (elearning) mengakibatkan lonjakan (traffic) data internet untuk belajar online, penggunaan youtube, google, whatsApp meningkat sehingga penggunaan kuota data menjadi meningkat. Jaringan internet menjadi tumpuan untuk mendukung kelancaran bekerja dan belajar dari rumah.

"Begitu juga terjadi peningkatan permintaan pasang baru dibanding periode sebelum terjadi pandemi Covid-19. Saham-saham sektor kesehatan juga sangat menarik karena adanya peningkatan penjualan obat dan permintaan medical chek up, rapid test, swab test terjadi dalam masyarakat," paparnya. Di masa pandemi, masyarakat harus mengeluarkan dana untuk membeli obat dan layanan kesehatan di tengah ancaman virus corona.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//