• Kampus
  • Indonesia Kekurangan Ahli Fisika Medis

Indonesia Kekurangan Ahli Fisika Medis

Sampai September 2019, tenaga fisikawan medik yang baru dimiliki Indonesia hanya 282 orang.

Webinar tentang fisika medis yang diikuti pelajar kelas 10 dan 11 Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) BPK Singgasana, Jumat (30/4/2021). Indonesia kekurangan tenaga fisika medis. (Dok Unpar)

Penulis Iman Herdiana19 Mei 2021


BandungBergerak.idDiksi ‘medis’ seringkali dikaitkan dengan profesi dokter, bidan, dan perawat di bidang kesehatan. Jarang istilah medis ditalikan dengan ilmu fisika. Padahal fisika terapan banyak dipakai dalam ilmu fisika untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan. Sebagai contoh, sinar-X atau X-Ray yang sering digunakan untuk memindai barang bawaan maupun di rumah sakit, adalah bagian dari ilmu fisika medis.

Dosen Program Studi Fisika Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung, Flaviana Catherine, mengungkapkan tantangan dan peluang kerja lulusan fisika medis berkaitan erat dengan stakeholder bidang kedokteran. Saat ini ada lebih dari 2.800 rumah sakit dan 1.000 klinik di Indonesia. Dari jumlah tersebut, terdapat 2.000 pusat radiologi dan 120 di antaranya merupakan pusat radiologi interventional. Kemudian dari 120 itu, sudah memiliki sebanyak 16 pusat kedokteran nuklir dan 4 pusat radioterapi.

"Berdasarkan data Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Indonesia membutuhkan minimal 1.500 fisikawan medik klinik. Dengan perhitungan distribusinya, Jawa dan Bali membutuhkan sekitar 1.100 fisikawan medik, Indonesia bagian Barat dan Timur masing-masing membutuhkan 200 fisikawan medik," kata Flaviana Catherine, dikutip dari laman resmi Unpar, Rabu (19/5/2021). Flaviana mengungkap seluk beluk fisika medis dalam webinar bersama pelajar kelas 10 dan 11 Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) BPK Singgasana, Jumat (30/4/2021).

Kendati demikian, sampai September 2019, tenaga fisikawan medik yang baru dimiliki Indonesia hanya 282 orang. Dengan pembagiannya sebanyak 107 fisikawan medik di Radioterapi, 15 Kedokteran Nuklir, dan 160 Radiodiagnostik.

“Dari sini bisa kita lihat bahwa dari segi kebutuhan rasionya dengan yang tersedia itu masih rendah. Jadi memang beberapa tahun ke depan, fisikawan medik ini masih dibutuhkan sekali di sejumlah rumah sakit di Indonesia,” ucap Flaviana.

Ia menambahkan, memang sebagian besar orang jarang mendengar soal fisika medis atau profesi fisikawan medik. Padahal lulusan fisika medis sangat dibutuhkan di masa kini dan mendatang.

Baca Juga: Unpar Perkenalkan Pelajar SMA pada Ilmu Bisnis Digital dan Filsafat
Telkom University Dituntut Kolaborasi, Unpar Tantang Mahasiswa Berwirausaha

Mengenalkan Fisika Medis sejak Dini

Webinar tersebut mengenalkan lebih jauh Program Fisika Medis Unpar, alasan mengapa ilmu ini perlu dipelajari, serta peranan fisikawan medik di dunia kesehatan. Dilansir dari laman resmi Aliansi Fisikawan Medik Indonesia, fisika medis adalah cabang ilmu fisika yang menggunakan prinsip, metode, dan filosofi fisika dalam praktik dan penelitian untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Sementara fisikawan medik adalah individu profesional yang mempraktikkan ilmu fisika medis. Menjadi fisikawan medik memerlukan pendidikan dan pelatihan terstruktur mengenai konsep dan teknik penerapan fisika dalam bidang medis. Fisikawan medik dapat bekerja di institusi fasilitas pelayanan kesehatan, akademik, atau penelitian.

Salah satu tugas penting fisikawan medis adalah mengurangi risiko dari penggunaan alat medis terutama pada peralatan yang menggunakan radiasi. Secara paralel, risiko radiasi sejalan dengan manfaat yang diberikan.

Maka fisikawan medik, lanjut dia, merupakan pihak yang dapat mengoptimalkan radiasi agar memberikan lebih banyak manfaat sembari menekan risiko.

“Ini suatu bidang yang mungkin agak baru di Indonesia, tetapi sebenarnya sudah berkembang cukup luas di luar negeri. Di tiap rumah sakit, fisikawan medik kerjanya di ‘belakang layar’, di departemen/lab radiologi. Semua peralatan akan erat kaitannya dengan risiko paparan radiasi. Seorang fisikawan medik ini bekerja untuk menekan risiko, agar radiasi baik yang diterima oleh pasien. Seorang fisikawan medik mengoptimalkan manfaat dari paparan radiasi, sekaligus meminimalisir risiko radiasinya,” tutur Flaviana kepada sedikitnya 45 pelajar yang mengikuti webinar itu.

Di Unpar, lanjut dia, Program Fisika Medis baru dimulai tahun 2020. Dalam hal ini, Program Fisika Medis merupakan salah satu konsentrasi atau peminatan yang ada di Program Studi Fisika Unpar. Flaviana menjelaskan landasan Unpar membuka Program Fisika Medis sesuai regulasi pemerintah.

Pertama merujuk Kepmenkes No.048/MENKES/SK/I/2007 yang intinya telah mengatur satu keputusan bahwa fisikawan medik menjadi salah satu tenaga kesehatan yang harus ada di tiap rumah sakit.

Didukung pula oleh UU Nomor 36 Tahun 2014 dan terbaru dikeluarkannya Permenkes Nomor 24 Tahun 2020 yang isinya pun mengatur bahwa di setiap radiologi klinik wajib memiliki paling tidak satu tenaga fisikawan medik. Dilandasi regulasi tersebut, Unpar membuka Program Fisika Medis yang nantinya menghasilkan profesi fisikawan medis.

“Jadi di rumah sakit-rumah sakit yang memiliki lab atau departemen radiologi, tidak hanya harus ada dokter, tetapi juga wajib ada seorang fisikawan medik di dalam lab radiologi tersebut,” ucapnya.

Ilmu Data Science

Selain mengenalkan Program Fisika Medis, Unpar juga mengenalkan Program data science yang merupakan bagian dari program peminatan di Program Studi Teknik Informatika Unpar. Dosen Teknik Informatika Unpar Husnul Hakim mengatakan data science adalah sebuah program baru di Unpar yang mulai ada sejak 2019 silam.

Data science adalah suatu bidang ilmu yang akan meng-create value dari data analisis, lalu diambil value tertentu yang berguna bagi banyak orang. Menurut Husnul, lulusan data science hampir dibutuhkan di semua bidang, namun jika ditelisik lebih jauh, perusahaan rintisan (startup) sangat membutuhkan tenaga ahli data science.

“Misalnya dia butuh data pelanggan untuk diolah sedemikian rupa supaya tahu promo apa yang tepat untuk seorang user. Jadi seorang Data Science itu, tempat kerjanya banyak,” ujarnya.

Tak sekadar belajar, para lulusan Teknik Informatika termasuk yang mengambil Program Data Science nantinya akan mendapatkan sertifikat dari IBM Data Science Professional Certificate dan Big Data & Machine Learning dengan Google Cloud Platform.

“Sambil kuliah di Teknik Informatika UNPAR sudah dapat sertifikatnya. Punya kedua sertifikat artinya nanti kalau kerja sertifikatnya berlaku, kamu akan mempunyai value
yang lebih dibandingkan dengan orang lain,” kata Husnul.

Jika masih penasaran dengan Data Science, pelajar peserta webinar Unpar bisa membaca buku Pengantar Data Science dan Aplikasinya bagi Pemula yang bisa diakses gratis di http://tinyurl.com/bukuDSIFUNPAR. Buku ini berisi paparan yang mudah dipahami oleh pemula untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang teknik-teknik Data Science, Big Data, dan aplikasi-aplikasinya.

“Di buku itu kamu bisa baca berbagai contoh dan teknik-teknik Data Science dengan bahasa populer yang tidak terlalu sulit dipahami. Kamu bisa ambil atau download dan ini bukunya gratis, bisa kamu baca kalau masih mau tahu lebih detail soal Data Science itu sebenarnya apa,” tuturnya.

 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//