• Berita
  • Stok Kedelai Kota Bandung Aman, Harganya Tidak Aman

Stok Kedelai Kota Bandung Aman, Harganya Tidak Aman

Perajin tahu Kota Bandung terpaksa merencanakan mogok massal dalam menghadapi tak terkendalinya harga kedelai, bahan pokok membuat tahu dan tempe.

Pekerja wanita membuat tahu bungkus di sentra tahu Cibuntu, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 27 Mei 2021. seluruh pemilik pabrik tahu/tempe di Cibuntu akan mogok produksi pembuatan tahu bungkus mulai 28-30 Mei 2021, terkait naiknya harga kedelai di angka Rp 10.700. Bahkan harga kacang kedelai dipastikan akan naik lagi di angka Rp 12.700 sesuai surat edaran dari Kopti. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana27 Mei 2021


BandungBergerak.idDinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung memastikan stok kacang kedelai dalam kondisi aman. Namun perajin tahu dan tempe mengeluhkan harga kedelai yang melambung tinggi. Mereka kesulitan menutup biaya produksi.

Rencananya, perajin tahu Kota Bandung akan melakukan aksi mogok massal dan demonstrasi dalam menyikapi kenaikan harga kedelai yang tak terkendali. Aksi akan dilakukan tiga hari mulai Jumat (28/5/2021). Tetapi, Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah, berharap perajin tahu tempe tidak melakukan mogok produksi. Untuk membujuk perajin tahu, Disdaging Kota Bandung berusaha berdialog dengan paguyuban perajin tahu Bandung.

Elly memastikan, Pemkot Bandung berupaya menjaga harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe. Salah satunya dengan cara memutus mata rantai distribusi. "Jadi diharapkan distributor kacang kedelai yang ada di kota Bandung menjual kacang kedelainya langsung kepada perajin. Jadi memutus mata rantai supaya tidak ada biaya lagi yang membuat harga semakin mahal," kata Elly, dalam siaran persnya, Kamis (27/5/2021).

Elly mengakui, kenaikan harga kedelai kali ini cukup signifikan. Semula, harga kedelai dipasaran Rp 9.200 per kilogram. Kini sudah merangkak naik di angka Rp 10.500 per kilogram. Kenaikan ini terjadi secara global, karena kedelai merupakan komoditas impor. Kebutuhan kacang kedelai Indonesia sangat tergantung pada impor dari Amerika Serikat. Sedangkan Negeri Paman Sam saat ini belum masuk musim panen. Akibatnya, terang Elly, ketika ada kenaikan harga secara global maka berdampak di tingkat perajin tahu dan tempe di Indonesia.

Hanya saja, melambungnya harga kedelai sebagai bahan baku untuk tempe dan tahu tak cukup dengan memutus mata rantai distribusi. Seorang perajin sentra tahu di Cibuntu, kampung yang menjadi pusat perajin tahu di Bandung, mengeluhkan kenaikan sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 masuk tahun kedua sekarang ini.

"Sebelum Covid, harga kedelai di toko Rp 7.600-8.000 per kilogram. Sekarang Rp10.700-Rp 11.000 per kilogram. Sedangkan kita tidak bisa sembarang menaikan harga karena banyak pelanggan yang keberatan. Jadi berat sekali bagi perajin kecil seperti kita," terang seorang perajin sentra tahu Cibuntu, Bandung, saat dihubungi BandungBergerak.id.

Sang perajin beberapa kali meminta namanya tak ditulis. Menurutnya, pernyataannya hanya pendapat pribadi yang tidak mewakili paguyuban perajin tahu Bandung. Terlebih, paguyuban berencana melakukan mogok produksi selama tiga hari. "Harapan kita cuma kembalikan kedelai ke harga normal, biar semua perajin bisa produksi normal lagi. Tahu tempe kan kebutuhan pokok, rumah sakit juga memerlukannya untuk asupan protein. Jadi tolong pemerintah menurunkan harga kedelai," ujar perajin yang sudah 8 tahun memproduksi tahu putih.

Ia memproduksi tahu dengan mempekerjakan 8 pegawai dan seorang pengirim. Sebelum pandemi, mereka mampu meraih keuntungan paling sedikit Rp 300 ribu per hari, bahkan kalau lagi ramai bisa Rp 500 ribu per hari. Namun sejak kedelai merangkak naik, penghasilannya merosot tajam sampai Rp 30 ribu. Penghasilan kotor ini harus dipotong biaya produksi bahan baku, ongkos pegawai, dan selebihnya harus nombok.

Ia mengaku hanya perajin kecil yang memproduksi tahu dari 200 kilogram kedelai per hari. Sedangkan industri besar bisa memproduksi tahu dari 2 ton kedelai per hari. "Jadi kalau harga kedelai naik Rp 100 saja, sudah berapa. Apalagi kenaikannya Rp 1.000, tinggal dikalikan saja. Aslinya berat banget," katanya.

Kenaikan harga kedelai diperparah dengan naiknya harga komponen membuat tahu lainnya, seperti garam yang sebelum pandemi Rp 50 ribu per karung, kini menjadi Rp 65 ribu, belum lagi kenaikan harga kunyit untuk perajin tahu kuning, dan lain-lain. Kenaikan-kenaikan harga bahan kebutuhan produksi tahu terutama dirasakan sejak pandemi Covid-19. Adanya bantuan UMKM dari pemerintah juga tidak banyak berpengaruh mengerem dampak Covid-19 pada produksi tahu.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//