Gagal Lelang Penyelenggaraan Festival Asia Afrika 2021
Tahun lalu Festival Asia Afrika gagal terselenggara akibat pengalokasian ulang anggaran untuk pandemi. Tahun ini, akibat gagal lelang, nasibnya belum dipastikan.
Penulis Tri Joko Her Riadi3 Juni 2021
BandungBergerak - Pemerintah Kota Bandung menyiapkan dana bersumber Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) senilai lebih Rp 500 juta untuk menggelar Festival Asia Afrika atau Asia Africa Festival 2021. Masih di tengah pandemi, festival dirancang berlangsung secara campuran (hybrid) antara dalam ruangan (daring) dan luar ruangan.
Merujuk laman Lelang Pengadaan secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung, tender Belanja Jasa Penyelenggaraan Acara Asia Africa Festival 2021 dimulai pada 27 April 2021 lalu. Proses tender sudah selesai tanpa adanya nama perusahaan pemenang. Artinya, program tersebut gagal lelang.
“Awalnya festival direncanakan bisa berlangsung Juni ini. Karena gagal lelang, kami sekarang fokus untuk merumuskan ulang dulu,” kata Kepala Bidang Produk Budaya dan Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisatan (Disbudpar) Kota Bandung Nuzrul Irwan Irawan kepada BandungBergerak, Rabu (2/6/2021) sore.
Dijelaskan Nuzrul, Festival Asia Afrika 2021 akan diselenggarakan secara campuran. Proporsinya, sekitar 70 persen kegiatan dilakukan secara daring, sementara 30 persennya secara luar ruangan.
Namun, apakah festival jadi dilangsungkan atau tidak, tergantung dari perkembangan situasi pandemi Covid-19 di Kota Bandung. Peningkatan jumlah kasus sangat mungkin menjadi pertimbangan untuk menunda atau membatalkan program tahunan ini.
Ini bukan kali pertama Pemkot Bandung menunda gelaran Festival Asia Afrika. Tahun lalu, masih di bulan-bulan awal pandemi, setelah polemik yang berlangsung selama beberapa pekan, terbit keputusan untuk menunda festival yang semula dijadwalkan berlangsung pada 18 April.
Anggaran yang disiapkan Pemkot Bandung ketika itu jauh lebih besar, mencapai Rp 2,6 miliar. Dari laman LPSE Kota Bandung, kita bisa mengetahui tender dimenangi oleh PT. Kanoman Putra Usaha Mandiri yang beralamat di Arcamanik, Bandung. Meski lelang tuntas dikerjakan, festival tidak diselenggarakan akibat kebijakan pengaturan ulang fokus anggaran demi penanganan pandemi.
“Pemkot ingin agar Festival Asia Afrika bisa tetap jalan karena ini demi seniman juga. Mereka juga terdampak hebat oleh pandemi,” tutur Nuzrul.
Pernah memiliki kawasan-kawasan industri, terutama tekstil dan garmen, Kota Bandung dalam beberapa dasawarsa terakhir memantapkan diri sebagai kota jasa dan wisata. Kedua sektor ini mengalami pukulan yang sangat keras selama pagebluk terutama akibat kebijakan pelarangan bepergian dan pencegahan terjadinya kerumunan.
Tempat-tempat wisata kehilangan pengunjung sehingga imbasnya merembet ke bisnis hotel, restoran, dan usaha turunan lainnya. Para seniman juga terdampak hebat. Mereka kehilangan panggung dan acara-acara yang selama ini jadi sandaran pendapatan.
Namun pada saat bersamaan, pandemi Covid-19 terus mengancam. Kota Bandung bahkan pernah mengalami masa kritis akibat lonjakan jumlah kasus sehingga membuat okupansi tempat tidur di rumah sakit menipis. Meski Pemkot Bandung mengklaim pandemi masih terkendali, tapi kasus terinfeksi dan kasus meninggal dunia terus tercatat.
Kalender Peristiwa
Selain Festival Asia Afrika, yang semula direncanakan berlangsung pada 12-13 Juni, Disbudpar Kota Bandung telah memasukkan tidak sedikit acara terkait wisata dan budaya di sepanjang tahun ini ke dalam Kalender Peristiwa (Calender of Events) 2021. Untuk bulan Juni, misalnya, direncanakan akan ada juga acara Festival Kuliner Nasional, Bandung Travel Exchange, dan Night at Museum Geologi.
Informasi lengkap tentang Kalender Peristiwa 2021 bisa ditengok di situs web Disbudpar Kota Bandung. Di sana akan muncul kegiatan-kegiatan besar yang direncanakan berlangsung pada tahun kedua pandemi ini, termasuk Bandung Independent Film Festival pada bulan Juli, Bandung Air Show (BAS pada bulan Agustus, Bandung Lautan Onthel pada bulan September, dan Temu Pendekar Bandung pada bulan Oktober.