• Berita
  • Ada Celah Risiko Penularan Covid-19 di Uji Coba Pendidikan Tatap Muka Bandung

Ada Celah Risiko Penularan Covid-19 di Uji Coba Pendidikan Tatap Muka Bandung

Infrastruktur sekolah tidak merata. Protokol kesehatan murid dari angkutan umum ke sekolah tak terkontrol.

Suasana kegiatan Pendidikan Tatap Muka (PTM) Terbatas di salah satu kelas SD Negeri 065 Cihampelas, Kota Bandung, Senin (7/6/2021). (Foto: Bani Hakiki/BandungBergerak.id)

Penulis Bani Hakiki7 Juni 2021


BandungBergerak.idSejumlah sekolah di Bandung melakukan uji coba Pendidikan Tatap Muka Terbatas (PTMT) mulai hari ini, Senin (7/6/2021) hingga dua pekan ke depan. Uji coba sekolah di tengah pandemi Covid-19 ini menerapkan pembelajaran hybrid learning, kombinasi antara sistem pembelajaran tatap muka dan pembelajaran dalam jaringan (daring). Jumlah peserta didik dibatasi hanya 30 persen dari kapasitas.

Khusus untuk pembelajaran tatap muka, sekolah hanya diizinkan mempraktikkan dua mata pelajaran saja setiap harinya. Kegiatan belajar mengajar dibatasi maksimal selama 2 x 60 menit, termasuk waktu istirahat 15 menit untuk makan. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melarang masing-masing sekolah untuk membuka kantin dan mengimbau agar peserta didik membawa bekal sendiri.

Pihak sekolah diminta melaksanakan protokol kesehatan (prokes) secara ketat di lingkungan sekolah, seperti pengecekan suhu tubuh sebelum dan sesudah memasuki kawasan sekolah, serta melarang kerumunan. Selain itu, sekolah hanya diizinkan menggunakan 2 sampai 3 kelas.

“Sebenarnya (PTMT) sih masih belum memungkinkan, angka penularan (Covid-19) kan masih meledak. Kalau prokes udah ada tapi kebersihan rada (agak) kurang. Dari 24 staff, masih ada 6 yang belum vaksin,” tutur Nurfa Resti (23) seorang guru di SD Neger 065 Cihampelas, mengenai berlangsungnya PTMT di masa pandemi.

SDN 065 Cihampelas menerapkan kegiatan belajar mengajar tatap muka ke dalam dua sif. Mulai 07.00-09.00 WIB untuk sif pertama, dan 10.00-12.00 WIB untuk sif kedua. Namun, kepala sekolah Helmi Ramlan telah menentukan kebijakan khusus PTMT hanya diikut oleh anak kelas 3 sampai 6 saja. Di luar itu, muridnya tetap melakukan pendidikan daring demi mengurangi  risiko yang tak diinginkan.

Sementara itu, SD Santo Yusup mempraktikkan pola yang hampir serupa. Pihak sekolah menggunakan 2 kelas setiap harinya. Kelas 1 dan 6 masuk pada hari Senin; kelas 2 dan 4 pada hari Selasa; dan seterusnya. Bagi siswa yang belajar di rumah, dipastikan bakal mendapat materi pembelajaran yang sama bobotnya dengan sistem tatap muka

Pada hari pertama masa percobaan ini, PTMT berjalan cukup lancar di masing-masing sekolah. Namun, pihak Puskesmas setempat berharap agar seluruh tenaga pendidik hingga peserta didik berkomitmen menjalankan PTMT dalam kebijakan prokes yang telah ditentukan.

“Mari sama-sama kita kawal. Kita melihat prokesnya, sepert jarak dan penggunaan masker sudah cukup baik. Asalkan mengikuti prokes, penanganan dan pencegahannya secara keseluruhan terus dijalankan,” ujar Wiwit Yuliawati dari Puskesmas Dago, ditemui di SDN 065 Cihampelas.

Baca Juga: Sekolah di Tengah Pandemi: Kejenuhan Orang Tua dan Murid Jadi Pertimbangan
Pendidikan Tatap Muka Bandung bukan Pilihan Tepat

Sekretaris Daerah Ema Sumarna berinteraksi langsung dengan peserta didik di SD Negeri 065 Cihampelas, Bandung pada Senin (7/6/2021) dalamrangka penyuluhan PTMT hari pertama. (Foto: Bani Hakiki)
Sekretaris Daerah Ema Sumarna berinteraksi langsung dengan peserta didik di SD Negeri 065 Cihampelas, Bandung pada Senin (7/6/2021) dalamrangka penyuluhan PTMT hari pertama. (Foto: Bani Hakiki)

Risiko di Kendaraan Umum

Sebagaimana telah dijadwalkan sebelumnya, PTMT yang diselenggarakan Dinas Pendidikan bersama Dinas Kesehatan Kota Bandung itu melibatkan 319 sekolah semua jenjang dari hasil monitoring dan evaluasi (monev) terhadap 3.523 sekolah di Kota Bandung.

Pada hari pertama PTMT, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Ema Sumarna beserta jajaran melakukan penyuluhan ke beberapa sekolah. Penyuluhan berjalan dengan lancar, namun masih terdapat sejumlah risiko di lingkungan sekitar sekolah yang dikunjungi.

Pemkot Bandung mengaku siap mengawasi dengan ketat dan mengevaluasi ulang berjalannya percobaan PTMP. Ema Sumarna memerintahkan pihak sekolah agar senantiasa berkoordinasi secara transparan untuk melaporkan sejumlah risiko yang mungkin terjadi.

Mengingat tingkat penularan virus Covid-19 di Bandung masih berada di angka yang relatif tinggi, terdapat sejumlah risiko yang membayangi pelaksanaan PTMT. Khususnya, bagi peserta didik yang datang ke sekolah dengan kendaraan umum.

“Jujur saja, kita (Pemkot) tidak ingin gegabah asal bicara bahwa semua proses yang terjadi dalam angkutan umum terkontrol oleh pemerintah. Walaupun dalam sisi regulasi kita sudah mengimbau dan membuat aturan,” tutur Ema Sumarna, di SD Negeri 5 Cihampelas.

Sementara itu, masing-masing sekolah sudah bekerjasama dengan Satuan Petugas Covid-19 di tingkat kecamatan dan Puskesmas setempat. Pihak sekolah pun sudah menyiapkan penanganan seperti ruang penanganan sementara untuk mengantisipasi jika ditemukan indikasi penularan Covid-19 pada murid maupun tenaga pendidik selama PTMT berlangsung.

Namun, masih ada kekhawatiran lain dari Sekda Bandung terkait pengadaan infrastruktur yang tidak merata di sekolah negeri dibandingkan dengan sekolah swasta. Salah satu hal yang paling ia soroti adalah ketersediaan infrastruktur di sektor jamban yang rata-rata masih di bawah standar kebersihan dan kelayakan. Ia berharap pengadaan infrastruktur ini bisa berjalan dan berkembang secara bertahap dengan mempertimbangkan pendanaannya.

Masa percobaan PTMT dan monev di setiap sekolah akan terus berjalan. Pemkot juga mewanti-wanti agar masing-masing elemen kelembagaan ikut mengawasi PTMT dan mengoptimalkan kinerjanya sehingga kondisi new normal di masa pagebluk bisa tercapai.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//