Keputusan Melanjutkan Sekolah Tatap Muka di Bandung masih Dievaluasi
Sekolah tatap muka maupun online di Bandung dipengaruhi faktor kesenjangan ekonomi.
Penulis Bani Hakiki9 Juni 2021
BandungBergerak.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengimbau sekolah untuk segera menerapkan kebijakan terbaru pemerintah pusat terkait penyelenggaraan Pendidikan Tatap Muka Terbatas (PTMT), di antaranya, pengurangan jumlah peserta didik di dalam kelas dari 30 menjadi 25 persen. Setiap peserta didik hanya diperbolehkan mengikuti PTMT sebanyak dua kali dalam satu pekan.
Sejumlah pembatasan itu diharapkan mendukung penyelenggaraan Pendidikan Tatap Muka Terbatas yang berlangsung dalam suasana pandemi Covid-19. Terlebih kasus harian Covid-19 masih terus meningkat, baik di Bandung maupun secara nasional. Sedangkan Kota Bandung per Senin (7/6/2021) kemarin hingga dua pekan ke depan melakukan uji coba PTMT.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, percobaan PTMT di Kota Bandung sendiri masih terus dievaluasi. Hasil evaluasi ini akan menentukan keputusan kelanjutan PTMT.
“Saya berharap kita tidak menyepelekan kondisi pandemi yang masih berlanjut ini. Keputusan soal akan dilanjutkannya PTMT masih belum bulat,” tegas Ema Sumarna di sela kegiatan monitoring percobaan PTMT di Gedung Serba Guna SMP Tunas Unggul, Rabu (9/6/2021).
Mengenai pelaksanaan uji coba PTMT di Bandung, Ema menyatkaan hingga saat ini jumlah sekolah yang telah memenuhi persyaratan monitoring dan evaluasi (monev) mengalami peningkatan. Tercatat ada 330 sekolah dari jumlah sebelumnya 319 yang dinyatakan siap menyelenggarakan PTMT.
Selain itu, Ema mengakui telah meminta sekolah di Bandung untuk menyiapkan infrastruktur penyelenggaraan PTMT. Ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu faktor krusial, terutama dalam mendukung kebersihan sekolah.
Pada pelaksanannya, kebijakan dan sistem PTMT yang diterapkan diserahkan kembali ke masing-masing sekolah. Di SMP Tunas Unggulan Bandung, setiap anak hanya boleh mengikuti PTMT sekali saja dalam satu pekan. Pembelajaraan dilakukan dalam sistem bauran daring dan luring (hybrid learning). Pihak sekolah mengklaim telah menyiapkan materi pembelajaran dengan bobot yang sama baik untuk muridnya yang bersekolah daring maupun luring.
Khusus untuk pembelajaran tatap muka di sekolah, jajaran tenaga pendidik SMP Tunas Unggulan Bandung telah bekerja sama dengan tenaga kesehatan setempat. Hal ini dilakukan demi menjaga ketertiban protkol kesehatan (prokes) dan mengurangi risiko penularan virus Covid-19. Pihak sekolah pun telah menyiapkan sebuah ruangan isolasi sementara guna mengantisipasi apabila peserta didik mereka mengalami indikasi penularan.
“Sebulan sebelum terlaksananya pendidikan tatap muka ini, kami sudah memenuhi setiap syarat (dari Dinas Pendidikan). Jika (PTMT) akan dilakukan pada bulan depan (Juli 2021), sekolah kami sudah siap melanjutkannya,” tutur Kepala SMP Tunas Unggul, Rangga Gargita.
Pihak SMP Tunas Unggulan Bandung mengaku secara aktif mengajak para orang tua murid untuk bekerjasama mengawasi jalannya masa percobaan ini. Orang tua murid diberi hak penuh memutuskan mengikutsertakan anaknya masing-masing dalam masa percobaan PTMT. Dari 176 jumlah murid kelas 7 dan 8, pihak sekolah sudah mengantongi 100 izin keikutsertaan anak dari orang tuanya. Dengan catatan, setiap peserta didik wajib diantar-jemput menggunakan kendaraan keluarga.
Para tenaga pendidik juga terlihat telah membentuk tim Satuan Petugas Covid-19 sendiri berjaga di setiap sudut sekolah. Selain itu, mereka bekerjasama dengan tenaga kesehatan setempat demi mengawasi penyelenggaraan masa percobaan PTMT ini.
“Kami telah melakukan kegiatan monev selama hampir 4 bulan untuk persiapan kegiatan sekolah tatap muka ini. Sejauh ini, semua berjalan lancar, tapi tentu kami tetap waspada karena penularan (Covid-19) di Bandung yang masih terus meningkat,” ujar tenaga kesehatan tingkat kecamatan setempat, Dewi Arianti.
Baca Juga: Ada Celah Risiko Penularan Covid-19 di Uji Coba Pendidikan Tatap Muka Bandung
Pendidikan Tatap Muka Bandung bukan Pilihan Tepat
Dilema Pendidikan Anak Usia Dini
Masalah lain muncul di jenjang pendidikan usia dini, hal yang paling disoroti adalah kesadaran orang tua dan kesenjangan kelas sosial ekonomi keluarga peserta didik. Di Kecamatan Sukajadi, Bandung tercatat hanya satu sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saja yang diizinkan untuk menyelenggaran PTMT percobaan, yakni PAUD Cekas. Kenyataannya, ada beberapa sekolah lain yang sudah menjalankan PTMT di balik layar tanpa izin.
Hal itu terjadi karena praktik kegiatan belajar-mengajar di PAUD memerlukan perlakuan khusus. Orang tua harus lebih aktif dan partisipatif. Sebagian orang tua di jenjang pendidikan usia dini menyambut keberlangsungan PTMT ini dengan baik, tapi banyak juga yang belum setuju karena kekhawatiran tertentu.
Dilema ini muncul karena kesenjangan faktor ekonomi yang cukup kentara di antara keluaga peserta didik. Bagi keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, menganggap PTMT sebagai pilihan terbaik mengingat kebanyakan dari mereka yang sulit mengikuti kegiatan sekolah daring. Namun, bagi keluarga dengan kelas ekonomi kelas menengah ke atas tidak mengeluhkan kegiatan daring karena dianggap lebih aman.
“Belajar daring itu memang lebih sulit dilakukan ya untuk anak-anak PAUD, karena tingkat fokus mereka tidak seperti anak SD, SMP atau SMA. Banyak distraksi selama mereka belajar di rumah,” tutur Kepala Sekolah PAUD Cekas Sulistya Rini yang merangkap juga sebagai Ketua Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) perwakilan Sukajadi Bandung.
Ditambah lagi, telah terjadi kecemburuan sosial dari beberapa PAUD yang belum mendapat izin menyelenggaran PTMT. Hal ini juga terjadi karena terdapat beberapa Raudhatul Athfal di bawah naungan Kementrian Agama yang sudah mengadakan kegiatan pendidikan tatap muka lebih dulu. Pendidikan formal di jenjang usia dini seperti ini cenderung tidak mengikuti alur PTMT yang diselenggarakan Dinas Pendidikan.
Rini juga menegaskan, kekhawatiran ini menjadi sangat krusial mengingat proses monev yang belum usai. Pemerintah diharap bisa melakukan monitoring secara merata. Terutama terhadap sekolah dengan mayoritas keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah.
“Menurut saya, pendidikan tatap muka itu sangat penting bagi anak usia dini. Tapi, jangan sampai kesempatan itu hanya bisa dinikmati oleh sebagian kelas (ekonomi) saja,” tegasnya.
PAUD Cekas sendiri mengadakan PTMT sebanyak tiga hari dalam satu pekan. Pihak sekolah menerapkan sistem hybrid learning selama satu jam yang dibagi ke dalam tiga sif setiap harinya.