• Kampus
  • Universitas-universitas di Bandung Tanggapi Rencana Kuliah Tatap Muka

Universitas-universitas di Bandung Tanggapi Rencana Kuliah Tatap Muka

Pemerintah berencana membuka kuliah tatap muka meski penularan COVID-19 belum sepenuhnya terkendali. Universitas-universitas di Bandung menanggapi rencana tersebut.

Potret Villa Isola, salah satu bangunan cagar budaya yang menjadi ikon Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (Foto: Iqbal Kusumadirezza/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau24 Maret 2021


BandungBergerak.idPemerintah mengisyaratakan akan membuka kuliah tatap muka untuk pendidikan tinggi meski kasus penularan Covid-19 masih belum sepenuhnya terkendali. Sejumlah universitas di Bandung memberikan tanggapannya. Pembukaan kuliah tatap muka secara penuh sebaiknya tidak dilakukan seketika, tetapi bertahap. 

Universitas Padjajaran (Unpad) memilih belum akan membuka kuliah tatap muka secara penuh. Kampus negeri ini masih melihat situasi dan kondisi perkembangan penyebaran COVID-19. Saat ini Unpad lebih fokus pada penguatan standar operasional prosedur (SOP) kuliah dengan protokol kesehatan ketat serta membangun sistem pengawasan untuk memonitor mahasiswa di lingkungan kampus.

Fokus tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kerumunan dan mencegah terjadinya klaster penularan COVID-19 di dalam kampus. Kalaupun nantinya kuliah tatap muka, hal ini akan dilakukan secara bertahap.

Kuliah tatap muka diprioritaskan untuk mahasiswa yang akan berkegiatan di laboratorium atau praktik, selain mahasiswa tingkat akhir yang harus melakukan riset atau bertemu langsung dengan pembimbing.

“Akan dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Tidak langsung semua mahasiswa masuk kelas,” kata Kepala Kantor Komunikasi Publik Unpad, Dandi Supriadi kepada BandungBergerak.id, Rabu (24/3/2021).

Selain itu, kata Dandi, pembukaan kuliah tatap muka memerlukan koordinasi dengan Satgas COVID pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan. Apalagi tidak sedikit mahasiswa Unpad berasal dari luar Jawa Barat.

ITB dan UNISBA Pilih Campuran (Hybrid)

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Reini Wirahadikusumah memilih menunggu arahan dari pemerintah pusat mengenai pembukaan kuliah tatap muka secara penuh. Menurutnya, kebijakan tersebut akan ditentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan pemerintah daerah.

Kendati demikian, sejak akhir 2020 ITB telah merancang pelaksanakan kuliah campuran (hybrid) luring (luar ruangan) dan daring (dalam ruangan). Pada semester genap sekarang, ITB telah melaksanakan langkah-langkah kuliah yang sebagian dilaksanakan tatap muka khusus pada mahasiswa program pascasarjana (S2) di Kampus ITB Jatinangor.

Ada empat program studi pascasarjana (S2) ITB yang menjalankan kuliah campuran (luring dan daring). Mereka dipilih karena lebih mudah dikendalikan. Kuliah luring-daring ini akan menjadi model pembelajaran ITB di kala pandemi.

“Insya Allah dengan pembelajaran melaksanakan kuliah hybrid (luring-daring) di empat program pascasarjana di Jatinangor ini, kita dapat mendapat pengalaman-pengalaman berharga, dan (secara) bertahap, kita dapat membuka di semester yang akan datang,” katanya, dikutip dari kanal Youtube ITB.

Rektor Universitas Islam Bandung (UNISBA) Edi Setiadi menilai kuliah tatap muka masih sulit dilakukan walaupun dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dari sisi teknis, pembelajaran tatap muka yang digelar saat pandemi COVID-19 masih berlangsung juga akan memberatkan pihak kampus.

Masalah teknis tersebut meliputi, siapa yang harus menyediakan antigen atau tes COVID, apa jaminan mahasiswa tidak berkerumun, dan seterusnya. Menurut Rektor, UNISBA telah memiliki alat tes Covid buatan UGM, geNose. Namun hal ini tidak cukup jika digunakan untuk mengetes seluruh mahasiswa yang jumlahnya 12 ribu orang.

Ia menyarankan pemerintah agar mengeluarkan petunjuk teknis pelaksanaan secara detail mengenai perkuliahan tatap muka. Namun, hingga saat ini pemerintah belum mengeluarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. “Beri kami Juknis yang jelas, kebijakan sekarang mengambang tidak tegas,” ungkap Edi Setiadi.

Kalaupun nantinya kuliah harus dilaksanakan tatap muka, UNISBA telah menyiapkan alternatif pelaksanaan kuliah hybrid dengan komposisi 50 persen tatap muka dan sisanya kuliah online.

UNISBA telah mengizinkan aktivitas luring pada mahasiswa yang akan menggunakan fasilitas laboratorium dengan kapasitas maksimal 5 orang. Untuk mahasiswa Jurusan Kedokteran yang akan menjalakan pendidikan klinis diperbolehkan dengan syarat melakukan tes PCR terlebih dulu.

Sementara untuk mahasiswa akhir yang akan bimbingan jika berasal dari luar daerah Bandung wajib rapid antigen. “Bimbingan kalau sendiri kita terima di kampus dengan janji dulu dan kalau berasal dari luar Bandung wajib diantigen,” terangnya.

Selain Unpad, ITB, dan UNISBA, Bandung juga memiliki banyak kampus negeri maupun swasta. Di antaranya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, dan lainnya. 

Warga lansia menunggu giliran disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 Bio Farma ditenda Puskesmas Tamblong, Bandung, Jawa Barat, 23 Maret 2021. (Foto: Prima Mulia)
Warga lansia menunggu giliran disuntik dosis pertama vaksin Covid-19 Bio Farma ditenda Puskesmas Tamblong, Bandung, Jawa Barat, 23 Maret 2021. (Foto: Prima Mulia)

Kuliah Tatap Muka Dibuka Bertahap

Perkuliahan tatap muka diatur dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No 6 tahun 2021 Tentang perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro periode 23 Maret hingga 5 April 2021.

Pada poin kesembilan butir b berbunyi Instruksi Mendagri disebutkan, PPKM Mikro dilakukan bersamaan dengan PPKM Kabupaten/kota, yang terdiri dari melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring (online) dan luring (offline) atau tatap muka, untuk perguruan tinggi/akademi dibuka secara bertahap dengan proyek percontohan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) atau Peraturan Kepala Daerah (Perkada), dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.

Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, perkuliahan tatap muka untuk perguruan tinggi sudah mulai dilakukan dengan menjalankan protokol kesehatan pencegahan COVID-19. Menurutnya hal ini didukung dengan beberapa indikator kasus COVID-19 di Bandung yang menunjukkan tanda-tanda perbaikan. 

Persentase kasus aktif di Kota Bandung, misalnya, mengalami penurunan sebesar 38.65% (turun 247 dengan total 735). Angka penurunan ini lebih tinggi dari Provinsi Jabar (23.59%) dan Nasional (11.28%)

Persentase angka kesembuhan meningkat sebesar 93.25% atau 1.913 pasien. Total pasien COVID Kota Bandung yang sembuh sebanyak 13.842 orang. Persentasenya lebih tinggi daripada Provinsi Jabar (87.25%) dan Nasional (88.25%). Angka kematian di Bandung juga menurun menjadi 1.80% di bawah angka kematian Nasional (2.71%).

“Kendati di beberapa indikator kesehatan kian membaik, harus tetap waspada, karena masih terjadi kenaikan,” ungkap.

Data menunjukkan, kasus konfirmasi positif COVID-19 di Bandung masih lebih tinggi dibandingkan angka Provinsi Jabar dan nasional. Tercatat, hingga Selasa (23/3/2021), kasus konfirmasi di kota Bandung sebesar 10.96% dengan total konfirmasi sebesar 14.844 (angka ini lebih tinggi dari Jabar 10.57% dan Nasional 7.15%). 

Perbandingan jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes (positivity rate) Kota Bandung per 22 Maret 2021 masih tinggi, yakni sebesar 8.36%. Padahal menurut standar WHO angka positivity rate harus di bawah 5%. Dengan tingginya positivity rate maka jumlah kasus yang ditemukan semakin kecil.

Sementara itu, tingkat keterisian ruang perawatan di rumah sakit di Bandung menurun ke angka 58.78%. Dari total 1.390 tempat tidur, sebanyak 817 di antaranya terisi. Tingkat keterisian ruang isolasi di Kota Bandung mencapai 84.2%. 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//