• Buku
  • UPI Terbitkan Buku Pengelolaan dan Pengembangan Virtual Laboratorium

UPI Terbitkan Buku Pengelolaan dan Pengembangan Virtual Laboratorium

Penulisan buku Pengelolaan dan Pengembangan Virtual Laboratorium Pendekatan Praktek Teknologi Pendidikan dan TIK oleh guru besar UPI, Deni Darmawan bersama tim.

Buku Pengelolaan dan Pengembangan Virtual Laboratorium Pendekatan Praktek Teknologi Pendidikan dan TIK yang disusun guru besar UPI, Deni Darmawan bersama timnya, Yahya Nursidik, dan Dadi Mulyadi. (Dok UPI, 2021)

Penulis Iman Herdiana22 Juni 2021


BandungBergerak.idKeberadaan laboratorium teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat diperlukan mahasiswa, dosen, dan masyarakat ilmiah. Labratorium ini sebagai sarana pengembangan, pengujian, pelatihan, produksi dan pusat inovasi serta kreativitas keilmuan di bidang teknologi informasi.

Poin tersebut menjadi salah satu latar belakang penulisan buku Pengelolaan dan Pengembangan Virtual Laboratorium Pendekatan Praktek Teknologi Pendidikan dan TIK oleh guru besar UPI, Deni Darmawan bersama timnya, yakni Yahya Nursidik, dan Dadi Mulyadi.

Untuk diketahui, buku tersebut memiliki 13 bab, yaitu Konsep Umum Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pengelolaan Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi, Manajemen Pengelolaan Fasilitas Laboratorium Teknologi Informasi, Manajemen Sumber Daya Manusia Laboratorium, Manajemen Laboratorium Berbasis Manajemen Kualitas, Manajemen Resiko Laboratorium, Manajemen Knowledge Sharing Laboratorium, Pengembangan Technopreneurship Laboratorium, Sistem Pengamanan Laboratorium, Kegiatan Evaluasi Laboratorium, Sistem Pembelajaran di Laboratorium TIK, Mengembangkan Bisnis Laboratorium, serta Restrukturisasi Manajemen Laboratorium.

“Fungsi Laboratorium TIK dapat dijabarkan sebagai pusat layanan orientasi teknologi informasi; pusat pembelajaran berbasis teknologi informasi; pusat riset dan pengembangan teknologi informasi; layanan peningkatan kompetensi teknologi informasi; pengujian; pengembangan keilmuan sumber daya manusia; produksi produk; dan iInovasi; serta pusat layanan Knowledge Sharing,” ungkap Dadi Mulyadi, mengutip laman resmi UPI, Selasa (22/6/2021).

Dalam pengelolaan laboratorium teknologi informasi dan komunikasi, lanjut Dadi Mulyadi, setidaknya harus mencakup proses pengelolaan seperti perencanaan, pengorganiasian, pelakasanaan, kontroling, menjaga dan memelihara standar mutu, serta melakukan evaluasi.

Pembahasana berikutnya adalah tata kelola ruangan laboratorium, ujarnya lagi. Dalam mendesain tata kelola ruangan laboratorium harus memerhatikan beberapa standar antara lain, kesehatan, kenyamanan, keamanan, efektivitas, fungsionalitas dan optimaliasasi. Ada banyak tata ruang yang dapat digunakan.

Pada bab Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Laboratorium, ia menjabarkan kebijakan organisasi laboratorium, seperti membangun komitmen pegawai terhadap organisasi (employee commitment), prinsip kelenturan dalam pelaksanaan fungsi manajerial dan pekerjaan (flexibility) untuk menghindari kekakuan (rigidity), serta pencapaian kualitas baik dari sisi proses pelaksanaan maupun hasil dari pelaksanaan pekerjaan (quality of work).

MSDM Laboratorium adalah proses atau kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia yang berada di lingkungan laboratorium untuk mencapai tujuan laboratorium. Untuk mencapai tujuannya, diperlukan laboran. Laboran yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus. MSDM di laboratorium bertugas untuk staffing atau perekrutan staf laboran, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan performa staf laboran dan mengelola hubungan antar staf dan dengan laboratorium.

”Ada 4 fungsi pengelolaan sumber daya manusia laboratorium, yaitu perencanaan sdm, pengorganisasian perancangan struktur organisasi dan struktur hubungan antar jabatan, personalia dan faktor-faktor fisik. Kemudian pengarahan dan pengawasan," katanya.

Pada bab Manajemen Kualitas Laboratorium, ia menyebut kegiatan manajemen laboratorium setidaknya harus mempunyai beberapa fungsi yang harus dilaksanakan yaitu tahap perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian. Kegiatan manajemen juga mempunyai peran interpersonal, peran informatif, peran pengambil keputusan, dan peran pengalokasian sumber daya serta peran negosiator dengan pihak eksternal.

Dijelaskan pula manajemen resiko yang ditujukan untuk mengelola resiko-resiko yang dapat muncul dan bagaimana mengatisipasinya serta memperbaikinya sehingga dapat mengurangi resiko tersebut. "Resiko tersebut dapat memberikan dampak negatif misal terhadap aset laboratorium. Manajemen resiko meliputi tiga proses yaitu risk assessment, risk mitigation, evaluation dan assessment,” paparnya.

Pada Bab 7, ia membahas tentang manajemen knowledge sharing. Hal ini dibahas untuk membantu laboratorium mengidentifikasi, memilih, mengatur, menyebarkan, dan mentransfer informasi penting.

Kemudian, Bab 8, dijelaskannya tentang Technopreneurship di laboratorium. Bahwa technopreneurship diartikan sebagai optimalisasi dan pemanfaatan bidang kajian teknologi informasi untuk tujuan wirausaha Technopreneurship merupakan gabungan dari kata technology dan entrepreneurship.

Laboratorium dapat mengembangkan potensi dirinya sebagai lingkungan pengembangan inovasi dan penelitian dan hasil produknya dapat dijual secara lisensi atau paten agar semua orang dapat memanfaatkan hasilnya atau melakukan kemitraan dengan beberapa pihak dalam bidang tertentu, serta membuat produk yang bernilai ekonomis yang bermanfaat bagi berbagai kalangan sesuai dengan kajian keilmuan yang sudah dipelajari misal pembanguan media interaktif, jasa pembuatan web, desai grafis, video animation editing, jasa pembangun sistem informasi, mengadakan pelatihan-pelatihan berbasis keilmuan teknologi informasi dan banyak lainya lagi dalam bidang kajian teknologi informasi.

Bab 9 membahas tentang sistem pengamanan laboratorium. Pengamanan merupakan proses menjaga, mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Pengamanan bisa berupa menjaga komputer dari virus dengan antivirus. Menjaga kelistrikan, kesehatan, ruangan dan lain-lain. Keamanan merupakan hal yang sangat penting, karena banyak kasus pembobolan laboratorium TIK.

“Berikutnya adalah kegiatan evaluasi laboratorium. Tujuannya adalah untuk menyediakan informasi yang disampaikan kepada pengambil keputusan. Ini juga sebagai usaha untuk mengetahui efektifitas suatu kegiatan proses yang sistematis dan sistemik untuk menentukan suatu kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan di lingkungan laboratorium. Evaluasi juga menilai proses dan hasil dari kegiatan di lingkungan laboratorium. Evaluasi juga merupakan suatu usaha untuk memperbaiki, mengembangkan, menambahkan dan menjaga kualitas serta performance seluruh insfrastruktur, kegiatan dan sumber daya manusia laboratorium. Evaluasi di laboratorium sebagai proactive evaluation, lanjutnya. Yaitu untuk melayani pemegang keputusan dan retroactive evaluation untuk keperluan pertanggung jawaban,” bebernya.

Pada Bab 11, diungkapkan bahwa sekarang adalah zaman Conceptual Age. Perubahan yang terjadi pada jaman yang telah dan sedang berlangsung sesungguhnya berawal dari konsep yang terus berkembang. Oleh karena itu, agar senantiasa bisa mengikuti perubahan maka kita harus memperkaya kemampuan konseptual.

“Jika anda ingin memanfaatkan peluang baru di pasar, kembangkan produk baru, dan ciptakan layanan baru, peluangnya cukup tinggi. Anda perlu melakukan investasi besar dalam TI untuk mewujudkan peluang bisnis baru ini. Bab 12 dibahas tentang bagaimana mengembangkan bisnis laboratorium,” ungkapnya.

Di akhir bab ia membahas restrukturisasi manajemen laboratorium. Dalam melakukan restrukturisasi manajemen laboratororium, hendaknya memperhatikan aspek-aspek utama. Beberapa aspek utama tersebut akan mempengaruhi kultur manajemen laboratorium.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//