• Berita
  • Stok Obat untuk Pasien Covid-19 Kota Bandung Menipis

Stok Obat untuk Pasien Covid-19 Kota Bandung Menipis

Seorang pasien Covid-19 baru dapat obat gratis setelah satu pekan terinfeksi. Puskesmas mengaku sering kehabisan obat sejak kasus melonjak.

Pemeriksaan pasien dewasa dan anak-anak di tenda infeksius Puskesmas Tamblong, Bandung, 28 Juni 2021. Sepanjang Juni 2021, puskesmas yang melayani warga di Kecamatan Sumur Bandung ini terus dipenuhi warga yang berobat, sebagian besar memerlukan pemeriksaan dengan prosedur penanganan skrining Covid-19. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Bani Hakiki28 Juni 2021


BandungBergerak.idKota Bandung masih dalam kondisi zona merah, kasus penularan Covid-19  terus meningkat selama dua pekan terakhir. Bed Occupancy Rate (BOR) atau ketersediaan jumlah kasur dari 29 rumah sakit rujukan telah menyentuh angka hingga 96,8 persen. Waktu pemulihan pasien Covid-19 tidak menentu, stok obat pun terkuras.

Maelan Kusmyati (59), salah seorang penyintas Covid-19, pernah merasakan dampak keterbatasan obat pada masa lonjakan kasus belakangan ini. “Saya sakit selama kurang lebih dua minggu-an, selama sakit isoman (isolasi mandiri) di rumah bareng anak yang udah kena (Covid-19) duluan. Dia kena, jadi saya coba swab,” katanya.

Ibu dari lima orang anak ini tinggal bersama anak bungsunya di Kecamatan Antapani, wilayah dengan kasus konfirmasi aktif tertinggi di Kota Bandung, menurut pusat data Covid-19 Kota Bandung yang terakhir diperbarui Minggu (27/6/2021).

Ia sudah tidak bekerja dan terkadang menghabiskan waktu dengan cucu-cucunya ketika rumahnya tidak begitu jauh. Beberapa anak lainya tinggal di kecamatan tetangga, Arcamanik, intensitas bertemunya terbilang cukup sering.

Si bungsu yang lebih dulu bergejala dan dinyatakan positif. Sejak sang anak dinyatakan positif, mereka mulai menjaga jarak meskipun masih di rumah. Anak Maelan termasuk ke dalam kelompok pasien Covid-19 dengan gejala ringan sehingga tidak dirujuk ke rumah sakit dan cukup melakukan isoman di rumah.

Tiga hari berlalu sejak anaknya dinyatakan positif, tidak ada indikasi penularan dan gejala yang dirasakan Maelan selama itu. Ia merasa aman karena merasa sehat meskipun anaknya terkena virus infektius tersebut. Namun, demi keselamatan berkeluarga lainnya ia inisiatif melakukan tes untuk memastikan dirinya baik-baik saja dan tidak jadi carrier (pembawa) virus.

Inisiatif tes swab antigen jadi pilihan yang tepat, Maelan mengaku baru mengalami gejala tak lama setelah dinyatakan positif. Ia pun segera melakukan isoman di rumahnya, menyusul sang putra.

“Awalnya susah ngerasa (mengecap rasa) dan gak bisa nyium bau, saya tes antigen dan PCR di hari yang sama, keduanya positif. Waktu itu obat (antivirus) dari Puskesmas habis, jadi cuma dikasih vitamin.” tutur Maelan Kusmyati.

Baca Juga: Covid-19 Merebak, Kantor Pemkot Bandung Ditutup
Data Perkembangan Jumlah Puskesmas Kota Bandung 1977-2019

Obat Gratis Habis

Tercatat ada 80 Puskesmas dari 30 kecamatan di Bandung yang tersebar di 151 kelurahan yang ditunjuk sebagai rujukan penanganan Covid-19. Maelan pun mendapat penanganan pertama di Puskesmas Jajaway, Antapani hasil PCR menunjukkan positif pada hari ketiga setelah melakukan tes. Namun, tidak mendapat antivirus karena pihak Puskesmas kehabisan persedian ketika itu, begitu pun dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Puskesmas setempat hanya memberikan beberapa jenis vitamin berupa B Complex, untuk memperlambat virus dan menjaga imun tubuh. Ia pun menghubungi kawannya, seorang dokter yang juga menangani Covid-19 di RSUD Al-Ihsan. Bale Endah, Kabupaten Bandung.

Resep alternatif itu dibeli di apotek setempat dengan biaya 570 ribu rupiah untuk antivirus dengan merek Antiviral Avigan. Obat ini bukan yang umum digunakan di fasilitas kesehatan rujukan. Ia membeli obat antivirus itu sebanyak dua strip atau setara 20 butir, diminum 2 x 8 pada hari pertama dan 2 x 2 pada hari kedua. Sementara menurut anjuran sang dokter, seharusnya ia menenggak sebanyak 22 butir.

“Dari mulai dinyatakan positif, baru seminggu kemudian dapat (obat antivirus) dari Puskesmas. Sebeleumnya mah beli obat sendiri,” ujarnya.

Maelan sakit bergejala selama satu pekan setelah dinyatakan positif lewat tes PCR, kondisinya membaik pada pekan kedua. Kini, ia masih menjalani isoman di rumahnya setelah dinyatakan bebas pantau pada pekan lalu (21/6/2021).

Sebelumnya, kejadian serupa juga menimpa si bungsu. Anaknya juga sakit ketika persiadaan obat sedang habis dan membeli resep dengan biaya sendiri. Si bungsu dinyatakan bebas pantau pada hari yang sama dengan Meilan.

Pada Maret 2021, Maelan yang Oktober tahun ini berumur genap 60 tahun, sempat dianjurkan Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat untuk mengikuti vaksin. Ia pun membawa surat keterangan rekomendasi itu ke Puskesmas setempat. Namun, karena kurang beberapa bulan dari batas umur minimal, ia pun ditolak dan tidak bisa mengikuti vaksin untuk lansia.

“Saya agak kecewa aja awalnya, saya gak bisa ikut vaksin dan sekarang malah kena virusnya. Tapi, mungkin sudah itu aturannya. Jadi, saya ikuti saja dan gak protes,” ujarnya.

Anjuran bagi Pasien Mandiri

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah menyiapkan strategi berupa penambahan jumlah kasur untuk menekan kapasitas rumah sakit. Strategi seperti penambahan jumlah kasur di rumah sakit rujukan dan merencanakan penambahan tempat isoman dengan jumlah kapasitas 500 kasur pun dilakukan. Namun, tingkat penularan yang begitu melonjak belum bisa menyelamatkan Bandung dari zona merah.

Sejak awal Oktober 2020, Kementerian Kesehatan telah menyatakan bahwa obat penanganan pasien Covid-19 akan ditanggung oleh pemerintah. Obat gratis ini disebar ke sejumlah rumah sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat (puskemas) rujukan. Penyebarannya dilihat sesuai dengan data-data kasus penularan atau epidemiologi yang terjadi di masing-masing daerah.

“Yang terkonfirmasi Covid-19 silahkan lapor ke puskesmas masing-masing, jika terbukti maka akan segera ditangani. Biasanya antivirus diberikan (obat) untuk (dikonsumsi) paling lama lima hari,” tutur Dr. Gama Claudia yang tergabung dalam Satuan Petugas (Satgas) Covid-19 Kecamatan Dayeuhkolot.

Gama adalah seorang dokter yang memantau dan menangani anak Maelan ketika tidak mendapat jatah obat gratis dari Puskesmas. Ia menuturkan, lonjakan yang sangat tinggi di Bandung belakangan ini membuat persediaan obat cepat habis. Terutama di sejumlah kecamatan yang bertengger di 10 besar jumlah kasus penularan tertinggi. Belum lagi, angkat kenaikan kasus di suatu wilayah sulit diprediksi dan selalu berpindah-pindah lonjakannya.

Salah satu obat resmi yang umum digunakan adalah Remdesivir asal India. Penggunaan obat penanganan ini diprioritaskan untuk pengidap berstatus suspect, probable, dan positif. Remdesivir juga dapat digunakan untuk semua jenis pengidap bergejala, ringan hingga kritis. Meskipun termasuk dalam kategori keras, obat ini dianggap memiliki efektivitas pemulihan yang tinggi.

Mengingat sediaan obat yang terus menipis, Gama menganjurkan bagi yang terindikasi gejala ringan dan sedang agar tetap tenang jika tidak mendapat obat dari Puskesmas. Ada beberapa obat alternatif yang bisa dibeli sendiri di apotek terdekat, dengan catatan harus memiliki resep dari dokter.

“Untuk yang bergejala ringan atau sedang atau merasa tubuhnya masih mampu (bertahan dari gejala). Kita nyebutnya pasien mandiri. Jika memang Puskesmas sedang kehabisan, bisa beli sendiri obat alternatifnya di apotek,” ujarnya.

Harga obat yang harus dibeli oleh pasien mandiri terbilang mahal. Meskipun begitu, masih banyak pula obat antivirus alternatif yang harganya terjangkau oleh semua kalangan. Untuk itu, masyarakat diimbau agar tetap melakukan konsultasi dengan dokter terdekat. Hal ini bersifat tentatif, bergantung dari tingkat gejala terdiagnosa dokter dan yang terasa oleh pasien.

Sampai saat ini, Pemkot Bandung masih memberlakukan penutupan sejumlah jalan dan sektor perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menjaga mobilitas masa sehingga mengurangi risiko penularan. Sementara itu, sektor pelayanan sosial masih tetap berjalan, namun dilakukan secara daring.

Menurut pusat data Covid-19 Bandung termutakhir Minggu (27/6/2021), total kasus konfirmasi positif Covid-19 sebesar 23.670 orang. Di antara jumlah kasus tersebut, 420 dinyatakan meninggal. Data ini menunjukkan jumlah kasus meningkat sebanyak 745 orang dan jumlah meninggal bertambah 39 orang dalam waktu tiga hari.

Sementara kasus aktif atau masih dalam perawatan sebanyak 2.304 orang. Kecamatan Antapani menjadi lokasi penularan aktif terbanyak di antara 29 kecamatan lainnya, yakni 158 kasus aktif dari total kasus positif sebanyak 1.311 orang. Ketersediaan obat di fasilitas-fasilitas kesehatan masyarakat sering menipis terutama di Puskesmas yang berada di wilayah tinggi penularan.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//