Data Balita Stunting di Kota Bandung 2013-2019, Masalah Serius yang Masih Jauh dari Tuntas
Balita stunting adalah masalah serius. Jika dibiarkan berlarut-larut, semakin banyak balita Bandung yang malang dan dipaksa memikul imbasnya sepanjang hayat.
Penulis Sarah Ashilah5 Juli 2021
BandungBergerak.id - Salah satu indikator penting yang tidak boleh dilewatkan untuk mengukur kesejahteraan suatu masyarakat adalah status gizi balita. Dari pengukuran status gizi balita, yang dilakukan secara rutin setiap tahun pada Bulan Penimbangan Balita (BPB) oleh Posyandu, bisa diketahui berapa banyak balita yang mengalami gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk, atau stunting.
Stunting merupakan kondisi balita dengan ukuran panjang atau tinggi badan yang kurang bila dibandingkan dengan usianya. Penyebabnya, kekurangan gizi kronik dalam waktu yang lama, yaitu sejak bayi berada dalam kandungan hingga 1.000 hari pertama hidupnya setelah lahir. Inilah masa emas bayi yang akan sangat menentukan bagaimana kualitas hidupnya kelak.
Di Kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, balita stunting masih menjadi masalah serius. Berdasarkan dokumen Profil Kesehatan yang diterbitkan oleh DInas Kesehatan Kota Bandung, dari 124.319 orang balita yang ditimbang pada 2019, tercatat sebanyak 8.121 orang di antaranya berstatus stunting. Jumlah tersebut terdiri dari 1.641 orang balita, atau 1,32 persen, berstatus sangat pendek dan 6.480 orang balita, atau 5,21 persen, berstatus pendek.
Dalam kurun 2013-2019, persentase tertinggi balita stunting di Kota Bandung ditemukan pada tahun 2015, yakni mencapai 8,96 persen. Yang terendah terjadi pada 2017, yakni 1,94 persen.
Data persentase balita stunting di Kota Bandung menegaskan dibutuhkannya kebijakan dan tindakan luar biasa untuk menuntaskan masalah tersebut. Jika urusan dibiarkan berlarut-larut, akan ada semakin banyak jumlah balita Bandung yang malang dan dipaksa memikul imbasnya di sepanjang hayat.