Kecamatan Andir: Antara Lapang Terbang dan Pasar Malam
Kecamatan Andir terbilang komplet, punya bandara udara, stasiun kereta api dan pasar malam. Belanda membangun permukiman modern pertama di kecamatan ini.
Penulis Iman Herdiana29 Maret 2021
BandungBergerak.id - Sebuah buku telepon “Penunjuk Telpon” terbitan tahun 1956 mengiklankan maskapai penerbangan di Lapangan Terbang Andir, Bandung. Iklan jadul ini terasa asing karena sampai saat ini satu-satunya bandara udara komersial di Bandung hanyalah Bandara Husein Sastranegara, bukan Lapangan Terbang Andir.
Disebutkan bahwa pemesanan tiket pesawat bisa dilakukan di “Kantor Pasasi, DJ Asia-Afrika 71-73 No TLP BD 2034”. Tetapi sebuah petunjuk muncul saat iklan tersebut mencantumkan alamat bandara, yakni “Lapangan Terbang Andir No TLP Husen Pes.7 bd-2002”.
Dari petunjuk berupa kata "Husen" itu diketahui bahwa zaman baheula Bandara Husein Sastranegara bernama Lapangan Terbang Andir. Penamaan ini cocok dengan sebuah peta klasik yang diproduksi tahun 1955 yang menamai Bandara Husein Sastranegara dengan nama Lapang Kapal Udara Andir. Peta tersebut dibikin khusus sebagai panduan bagi para delegasi Konperensi Asia Afrika tahun 1955.
Saat helatan Konferensi Bandung yang mengundang 29 negara dari Asia dan Afrika tahun 1955, peserta delegasi diberi buku panduan satu paket dengan peta. “Bandung and Environs,” demikian judul buku panduan “short guide” tersebut, dengan cover Gunung Tangkubanparahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Sementara momen penting kedatangan delegasi negara Asia dan Afrika diabadikan dalam buku album foto berbahasa Indonesia dan China. Pada buku ini, Lapang Terbang Andir disebut lapangan terbang Husin Sastranegara.
“Pemandangan di lapangan terbang Husin Sastranegara, Bandung, pada waktu Konperensi A-A, bendera kebangsaan 29 negera berkibar di angkasa,” demikian keterangan untuk foto hitam putih situasi di Bandara Husein Sastranegara yang penuh bendera dari Asia-Afrika pada 1955.
Dari keterangan peta dan buku panduan Konferensi Asia Afrika, diketahui bahwa Andir merupakan satu wilayah permukiman tertua di Bandung. Haryoto Kunto dalam buku “Wajah Bandoeang Tempo Doeloe” (1984), menyebut Andir sebagai salah satu wilayah pertama yang mengalami pembangunan era Parijs van Java yang berlangsung antara 1920-1925, di mana pemerintah Hindia Belanda lagi giat-giatnya membangun Bandung sebagai miniatur Eropa.
Buah dari pembangunan Andir di masa lalu tampak dari lagu yang kerap dinyanyikan murid Hoogere Burger School (HBS/sekolah setara SMP) di Bandung. Liriknya berbunyi:
“Bandung di tahun-tahun terakhir. Maju berkembang, ajaib mengesankan. Itulah sebabnya orang bisa menyaksikan. Rumah-rumah indah didirikan. Kuingin tinggal di sana. Hidup di daerah Andir….”
Haryoto menjelaskan mengapa pada saat itu orang ingin bermukim di daerah Andir. “Daerah Andir (Jalan Padjadjaran) yang sekarang meliputi kompleks permukiman dengan ciri jalan nama wayang, pada masa lalu merupakan daerah perumahan modern yang pertama dibandung di Bandung. Semacam perumahan ‘real estate’ masa kini.”
Permukiman di sekitar Andir tempo doeloe disebut “Fokkerhuis”. Untuk memiliki rumah di daerah itu, orang bisa mencicil dalam beberapa kali angsuran. Harga rumah berukuran kecil di Andir seharga 2000-2500 gulden. Sedangkan rumah besar tepi jalan raya 10.000 gulden ke atas. “Buat ukuran jaman itu, harga rumah-rumah itu terhitung mahal,” tulis Haryoto Kunto.
Padat dan Sibuk
Salah satu tempat terkenal di Andir selain bandara ialah pasar malam, yakni Pasar Andir dan Pasar Ciroyom. Disebut pasar malam karena pasar-pasar ini beroperasi sampai malam, bahkan hingga dini hari. Selain itu, Andir memiliki banyak bangunan-bangunan dengan corak arsitektur Eropa peninggalan kolonial.
Kecamatan Andir merupakan suatu wilayah di sebelah barat Kota Bandung, menempati lahan seluas 370,74 hektar pada ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Kecamatan yang berbatasan dengan Kota Cimahi ini secara administratif terdiri dari 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Campaka, Maleber, Garuda, Dunguscariang, Ciroyom dan Kebonjeruk. Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) terdiri dari 54 RW dan 381 RT.
Jarak Kecamatan Andir dengan Pemkot Bandung sekitar 4 kilometer. Berdasarkan luas wilayah, Kebon Jeruk menjadi kelurahan dengan wilayah terluas yaitu 79,90 hektar atau sebesar 21,55% dari total luas kecamatan. Sementara Garuda menjadi kelurahan yang memiliki luas wilayah paling kecil, yakni 44,60 hektar atau sebesar 12 % dari total luas kecamatan Andir.
Menurut data Kecamatan Andir dalam Angka 2019, komposisi penduduk Kecamatan Andir sebagian besar tinggal di Kelurahan Maleber yaitu 22.663 jiwa. Adapun jumlah penduduk terkecil ada di Kelurahan Garuda dengan 11.761 penduduk. Total penduduk Kecamatan Andir sebanyak 102.975 jiwa pada tahun 2018, terdiri dari 51.465 laki-laki dan 53.130 perempuan.
Komposisi warga Andir berdasarkan usia terbagi dalam usia anak, muda, dan lansia. Usia anak (0-19 tahun) sebanyak 46.254 jiwa. Penduduk yang tergolong pada usia dewasa atau usia produktif/kerja (20-44 tahun) sebanyak 41.822 jiwa dan usia 45-54 tahun sebanyak 10.562 jiwa. Sedangkan penduduk yang tergolong usia tua atau lansia (55-65 ke atas) 6.043 jiwa.
Sarana kesehatan di kecamatan ini terdiri dari rumah sakit, rumah sakit bersalin, puskesmas, posyandu, klinik/balai pengobatan yang tersebar di 6 kelurahan. Tercatat ada dua rumah sakit di kecamatan ini, yakni 1 unit di Maleber dan 1 unit di Kebonjeruk.
Jumlah puskesmas ada 2, masing-masing 1 di Garuda dan Kebonjeruk. Jumlah posyandu sebanyak 77 unit dan klinik/balai pengobatan ada 18 unit.
Tercatat ada 2.151 Kepala Keluarga (KK) penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Sedangkan warga penyandang disabilitas sebanyak 206 jiwa yang terdiri dari tunanetra, tunawicara, tunarungu dan lainnya.
Masalah Akses Pendidikan
Survei BPS Kota Bandung 2018 menunjukkan tingkat pendidikan warga Andir usia 10 tahun ke atas masih didominasi lulusan sekolah dasar (SD). Tercatat, angka tidak/belum pernah sekolah sebanyak 13.338, tidak/belum tamat SD sebanayak 25.886, dan warga lulusan SD sebanyak 19.193.
Warga lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 17 438 jiwa, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 14.049. Sementara lulusan pendidikan tinggi tingkat diploma maupun S1 total sebanyak 14.777 jiwa.
Sarana pendidikan dasar yang tersedia terdiri dari SD, SMP, SMA. Jumlah SD di kecamatan ini ada 24 unit yang dihuni 9.478 dengan 455 guru. Jumlah SMP sebanyak 19 unit dengan 7.119 murid dan 329 guru. SMA 14 unit dengan 3.993 murid dan 335 guru. Adapun SMK terdiri dari 4 unit dengan 3.200 murid dan 134 guru.
Sebagai wilayah perkotaan padat penduduk, Andir dihuni warga dari berbagai latar belakang agama. Warga beragama Islam paling banyak, yakni 126,675 jiwa. Tahun 2018, kecamatan ini mengumpulkan zakat fitrah terdiri dari beras 872 kilogram dan uang Rp25.079.000. Jumlah pemberi zakat fitrah sebanyak 1.087 orang dan penerima zakat fitrah sebanyak 1.358 orang.
Sementara umat Katolik tercatat sebanyak 5.440 jiwa, Kristen Protestan 3.099 jiwa, Budha 170 jiwa, Hindu 164 jiwa, dan lainnya 63 jiwa.
Jumlah sarana ibadah untuk agama Islam terdiri dari 101 masjid dan 17 mushala 17. Untuk umat agama Kristen Protestan terdapat 5 gereja, gereja untuk umat Katolik terdapat 6 unit, juga terdapat 1 pura untuk umat Hindu dan 2 vihara untuk ibadah umat Budha.
Sebagaimana masyarakat perkotaan lainnya, di Andir terdapat sejumlah gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Pada 2018, BPS mencatat ada 6 kebakaran masing-masing terjadi di Kelurahan Cempaka, Maleber, Garuda, Ciroyom.
Ada 12 kasus penipuan yang terjadi di Kelurahan Garuda, Ciroyom, Kebonjeruk. Ada 4 pengrusakan di Kelurahan Garuda dan Ciroyom. Perkelahian tercatat sebanyak 12 kali masing-masing di Kelurahan Cempaka, Garuda, Dunguscariang, Ciroyom, Kebonjeruk. Terdapat 13 kali pencurian di Kelurahan Ciroyom.
Mayoritas lahan di Andir dipakai untuk permukiman warga. Di sini tercatat tidak ada lahan sawah. Lahan bukan sawah tercatat seluas 370,74 hektar yang umumnya dipakai lahan perumahan dan pekarangannya. Meski demikian masih ada lahan berupa ladang di Kelurahan Campaka seluas 2 hektar.
Salah satu lahan terbuka yang dipakai masyarakat Andir ialah sarana olahraga yang tersebar di masing-masing kelurahan. Tercatat ada 10 lapangan basket, 21 bulu tangkis, 5 footsal, 2 lapangan sepakbola, 1 lapangan tenis lapang.
Pasar Malam Andir
Kecamatan Andir masuk sebagai daerah sentra perdagangan di Kota Bandung. Terdapat beberapa pasar tradisional yang merupakan daerah tujuan belanja. Selain Pasar Andir dan Pasar Ciroyom, di kecamatan ini terdapat Pasar Baru yang merupakan sentra perdagangan utama Kota Bandung.
Jika Pasar Ciroyom dan Pasar Andir menyediakan kebutuhan pokok masyarakat seperti sayuran dan pelbagai jenis ikan dan daging, Pasar Baru selain memiliki pasar tradisional juga menyediakan berbagai macam sandang grosiran.
Pasar Andir dan Ciroyom dikenal sebagai pasar malam karena nyaris buka sepanjang 24 jam. Selain pasar-pasar tersebut , perdagangan di Andir dilakukan melalui pertokoan, minimarket, mal dan lain-lain yang tersebar di 6 kelurahan.
Adanya sarana perdagangan ini ditopang dengan keberadaan hotel dan restoran. Sebagian besar hotel berlokasi di sekitar Stasiun Kereta Api Hall Bandung. Terdapat 11 hotel bintang dan 7 hotel non-bintang.
Jumlah restoran dan rumah makan yang jumlah totalnya mencapai 1.214. Sementara sarana hiburan dan rekreasi difasilitasi dengan adanya bioskop, klab malam, karaoke, kolam renang, diskotik, billiard, sanggar seni/tari, panti pijat, dan lain-lain.
Perputaran uang di Andir dapat dilihat dari wajib pajak 2018 yang realisasinya sebanyak 16.719 dengan nilai Rp21.319.860.577. Jumlah lembaga keuangan terdiri dari 32 bank umum, 5 BPR, 32 koperasi, dan 1 pegadaian.