• Berita
  • Pahami Karakter Penyakit Covid-19 sebelum Cari Obat

Pahami Karakter Penyakit Covid-19 sebelum Cari Obat

Covid-19 hingga saat ini belum ada obatnya. Pasien Covid-19 sejatinya akan sembuh dengan sendirinya, tentu dengan kondisi imunitas yang baik.

Suasana lengang di beberapa ruas jalan Kota Bandung pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakata (PPKM) Darurat, Senin (5/7/2021). Kebijakan PPKM Darurat serentak diterapkan di Jawa-Bali selama 2 pekan mulai 3 - 20 Juli 2021 sebagai upaya pengendalian Covid-19. (Foto: Acep Mulyana)

Penulis Boy Firmansyah Fadzri6 Juli 2021


BandungBergerak.idPandemi Covid-19 sudah masuk tahun kedua. Pemerintah maupun masyarakat masih tergagap-gagap melakukan pencegahan dan pengendalian, terutama di saat kasus tiba-tiba melonjak sebulan terakhir. Fenomena borong obat akibat panic buying pun tak terhindari.

Halid (23), salah seorang penyintas Covid-19, mengaku menerima banyak sekali rekomendasi obat-obatan dan vitamin selama menjalani isolasi mandiri. Rekomendasi itu biasanya datang dari keluarga, kerabat hingga tenaga profesional.

Rekomendasi yang ia terima sangat variatif, mulai dari obat herbal, antibiotik , amoksilin, bergaman vitamin, sampai obat China. Saking banyaknya ia kebingungan memilih yang mana.

“Awalnya juga saya bingung (saking banyaknya), untung mama sempat tanya saudara kebetulan seorang dokter yang bertugas di RS. Muhammadiyah. Jadi pakai yang dianjurkan saudara,” ujar Halid, saat dihubungi melalui telepon.

Menariknya dari beragam rekomendasi yang diterima, terdapat satu obat yang lazim digunakan sekaligus direkomendasikan banyak orang, yakni Lianhua Qingwen.

Obat Lianhua Qingwen diyakini banyak orang sebagai obat yang mampu meningkatkan imunitas tubuh dan dapat digunakan sebagai obat Covid-19. Halid menjadi salah satu dari banyak pasien Covid-19 yang terpapar informasi tersebut.

“Obat itu saya dapat dari kerabat. Katanya sih bisa meningkatkan imunitas tubuh,” tambah Halid.

Dilansir situs covid19.go.id, Lianhua Qingwen bukanlah obat untuk menyembuhkan Covid-19. Berdasarkan hasil periksa fakta oleh Natalia Kristian, Anggota Komisariat MAFINDO, Universitas Indonesia, disebutkan bahwa Lianhua Qingwen mendapat izin edar dari BPOM sebagai obat meredakan panas dalam dan batuk.

Jadi, informasi Lianhua Qingwen sebagai obat Covid-19 masuk ke dalam kategori menyesatkan.

Irma Rhomayanti, seorang petugas kesehatan di Puskesmas Jajaway, Antapani, mengatakan saat ini masih banyak masyarakat yang belum teredukasi perihal kebutuhan obat-obatan dan vitamin pada pasien Covid-19. Ia menghimbau masyarakat untuk tidak  percaya informasi yang salah dengan membeli apa pun (obat-obatan) tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter.

“Saat ini itu banyak sekali informasi hoax. Soalnya sekarang ini banyak permintaan ini-itu (antibiotic, antivirus), jadi mereka pada panic buying,” ujar Irma.

Irma menjelaskan, tidak semua pasien Covid-19 diberikan obat dan vitamin yang sama dengan pasien Covid-19 lainnya. Pemberian obat harus melalui tahapan anamnesis atau konsultasi medis terlebih dahulu. Hasil konsultasi baru menghasilkan diagnosis penyakit pasien dan pengobatannya.

“Semua berdasarkan kebutuhan pasien (kondisi gejala, riwayat penyakit bawaan, alergi, usia). Vitamin aja begitu (sesuai kebutuhan) apalagi obat-obatan, harus dalam pengawasan dokter. Bahkan untuk zinc saja tidak semua pasien mendapatkan, kalau engga anosmia buat apa dikasih,” tambah Irma.

Faheem Younus, seorang dokter spesialis penyakit dalam dan menular asal Amerika Serikat mengungkapkan, penanganan Covid-19 tidak membutuhkan obat antibiotik, ivermectin, seng dan steroid. Menurutnya jahe, jamu, kunyit, serai dan kayu putih tidak dapat mencegah atau mengobati Covid-19. Termasuk juga buah-buahan dan sayur.

“Jika oksimentri nadi lebih dari 92 persen, Anda dapat pulih dari Covid-19, cukup di rumah selama dua minggu. Gunakan tab paracetamol untuk demam, Oxymetazoline 0,05 persen spray untuk hidung tersumbat,” cuit Faheem Younus, di laman media sosial miliknya.

Baca Juga: Catat Nomor Telepon dan WA Layanan Covid-19 di 30 Kecamatan Kota Bandung
Data Ketersediaan Tempat Tidur Covid-19 di Rumah Sakit Kota Bandung per 6 Juli 2021

Cukup Vitamin C dan D

Gama Claudiana, Ketua Tim Covid-19 dan Kepala Observasi Vaksinasi Puskesmas Dayeuh Kolot, mengimbau masyarakat untuk tidak panik dalam membeli kebutuhan pasien Covid-19, terutama obat-obatan.

Gama menegaskan, penyakit Covid-19 hingga saat ini belum ada obatnya. Pasien Covid-19 sejatinya akan sembuh dengan sendirinya, tentu dengan kondisi imunitas yang baik dan tidak disertai penyakit bawaan.

“Antivirus sebetulnya hanya membantu menyisihkan virus bukan membunuh virus sepenuhnya. Karena kalau Covid-19 ini kan sebetulnya self limiting disease jadi sebetulnya dia akan menyembuhkan dirinya sendiri,” ujar Gama Claudiana saat dihubungi melalui saluran telepon.

Gama juga menjelaskan bahwa penggunaan obat-obatan harus dalam pengawasan professional. Perlu diketahui, tidak semua obat dapat dikonsumsi semua orang. Karena khawatir menimbulkan efek samping.

“Untuk penggunaan obat harus diperhatikan juga efek sampingnya. Tidak semua orang yang demam harus mengonsumsi paracetamol, karena khawatir ada yang alergi obat tersebut atau punya maag. Intinya hal-hal seperti itu perlu pengawasan profesional,” tambah Gama Claudiana.

Menurut Gama, yang terpenting saat ini masyarakat dapat meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi vitamin C dan D, menjaga pola hidup bersih dan sehat, sekaligus mengonsumsi makanan bergizi.

“Yang paling penting (saat ini) meningkatkan imunitas tubuh, konsumsi vitamin C dan D. Vitamin D bisa didapat dari berjemur di bawah sinar matahari,” tutup Gama Claudiana.

Untuk diketahui, sampai saat ini pagebluk belum bisa dikendalikan. Di Kota Bandung hingga 5 Juli 2021, kasus terkonfirmasi positif mencapai 26.326 kasus, bertambah 350 kasus dari hari sebelumnya.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//