Di Tengah Pandemi Ada Alokasi Dana 4 Miliar Rupiah untuk Pemeliharaan Teras Cihampelas, Apa Pentingnya?
"Baut-baut yang mestinya galvanis ternyata bukan. Ini kan bisa korosif lalu kendur. Kemungkinan yang terburuk, bangunan ini bisa saja ambruk.”
Penulis Bani Hakiki24 Juli 2021
BandungBergerak.id - Masih di puncak gelombang pandemi Covid-19, Pemerintah Kota Bandung menggulirkan lelang proyek pemeliharaan Skywalk Teras Cihampelas Tahap II dengan alokasi anggaran bersumber APBD senilai tidak kurang dari 4 miliar rupiah. Proyek ini tidak lepas dari kondisinya yang dinilai bisa membahayakan warga.
Di situs Lelang Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung, diketahui lelang pemeliharaan Teras Cihampelas Tahap II dimulai pada 8 Juli 2021 lalu. Dari 52 perusahaan peserta yang tercatat, hanya dua di antaranya mengajukan harga penawaran. Pekan lalu, muncul pengumuman yang berbunyi: “Jadwal dipercepat karena evaluasi telah selesai”.
Belum diperoleh informasi rinci dari Pemkot Bandung terkait lelang proyek ini. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandung Didi Ruswandi sudah dua kali dihubungi, tapi tidak memberikan tanggapan.
Permasalahan yang membelit Teras Cihampelas Tahap 2 berawal dari kegagalan PT. Promix Prima Karya, perusahan pemenang tender, menuntaskan pekerjaan senilai Rp 21 miliar pada tahun anggaran 2018 lalu. Pemkot Bandung sudah memberlakukan denda harian berjalan selama dua kali 50 hari pada awal tahun 2019, namun perusahaan yang beralamat di Jalan H. Wasid 29 Kota Bandung tersebut tetap tidak mampu menyelesaikan pekerjaan.
Pemkot Bandung memvonis perusahaan itu telah melakukan wanprestasi. Merujuk kajian konsultan pengawas, kemajuan pembangunan proyek ketika itu terhenti di angka 94,6 persen.
Infrasktur Teras Cihampelas Tahap kedua pun urung difungsikan. Kondisi mangkrak membuat bangunan senilai miliaran rupiah tersebut justru jadi sumber bencana bagi warga. Bukan hanya sekali dua kali muncul laporan tentang material yang menimpa kendaraan yang melintas di Jalan Cihampelas. Pada Maret 2019, misalnya, sebuah material besi membuat retak kaca depan sebuah mobil, meski tidak mengakibatkan korban luka.
Potensi bahaya di Teras Cihampelas Tahap II yang mangkrak lebih dari itu. Komisi C DPRD Kota Bandung pernah melalukan inspeksi ke infrastruktur ini dan menemukan banyak persoalan. Salah satu simpulannya, bangunan mahal ini bisa saja gagal struktur dan membahayakkan banyak nyawa.
“Banyak hal di Teras Cihampelas Tahap II yang tidak memenuhi standar. Baut-baut yang mestinya galvanis ternyata bukan. Ini kan bisa korosif lalu kendur. Kemungkinan yang terburuk, bangunan ini bisa saja ambruk,” kata anggota Komsii C DPRD Folmer Silalahi, dihubungi lewat sambungan telepon, Sabtu (24/7/2021) siang.
Mempertimbangkan potensi bahaya Teras Cihampelas Tahap II ini, Folmer bisa memahami kenapa Pemkot Bandung di tengah pandemi yang kian parah ini mengusulkan dana hingga 4 miliar rupiah untuk proyek pemeliharaannya. Namun, ia juga meminta agar Pemkot memastikan perusahaan pemenang tender sudah menunaikan tanggung jawabnya.
“Harus jelas pertanggungjawabannya. Dana 4 miliar rupiah yang diambil dari APBD ini tidak kecil. Mestinya bisa dimanfaatkan untuk banyak program penanganan pandemi,” ucapnya.
Folmer juga mengingatkan Pemkot Bandung tentang kerancuan peruntukan Teras Cihampelas. Bukan untuk menampung ratusan pedagang kaki lima (PKL), infrastuktur yang dibangun di sepanjang Jalan Cihampelas ini sejatinya merupakan skywalk yang berfungsi menjadi sarana penghubung antara satu titik ke titik lain bagi pejalan kaki.
Daya Tarik Wisata
Dulunya, Cihampelas merupakan areal pesawahan. Suasana daerahnya tenang dan udaranya segar, seperti yang tertulis dalam buku Jendela Bandung karya Her Suganda. Di wilayah ini terdapat mata air yang mengaliri hamparan luas pepohonan Hampelas. Suasana ini yang membuat Cihampelas kemudian disulap jadi permukiman orang Belanda.
Hari ini Jalan Cihampelas menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Bandung. Sejak akhir 1980-an kawasan ini dikenal sebagai sentra jeans yang ramai dikunjungi. Semakin banyak bangunan milik warga disewakan atau dijual untuk dijadikan toko. Berdirinya sebuah pusat belanja pada tahun 2004 membuat kawasan Cihampelas semakin lekat dengan aktivitas komersial.
Menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan, Jalan Cihampelas menarik ratusan orang untuk mengadu peruntungan sebagai pedagang kaki lima (PKL). Mereka mendirikan beragam jenis lapak di sepanjang trotoar jalan. Ratusan orang PKL inilah yang oleh Pemkot Bandung dipindahkan ke atas Teras Cihampelas.
Baca Juga: Seribu Proyek di Jalan Dago
Selama lebih dari satu dekade terakhir, Jalan Cihampelas terus dipersolek lewat sejumlah proyek infrastruktur yang menelan dana APBD tidak sedikit. Pembangunan Teras Cihampelas, mekipun yang terbesar, bukan satu-satunya proyek.
Sejak 10 Juni 2021 lalu berlangsung tender proyek pembangunan trotoar dengan nilai harga penawaran sendiri (HPS) mencapai 1,2 miliar rupiah.
Pada tahun 2020 lalu, Pemkot Bandung juga mengalirkan dana hingga 853 juta rupiah untuk lelang proyek pemeliharaan jalan berkala.
Pada tahun 2013, tercatat dua lelang proyek peningaktan jalan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung dengan nilai total hampir 4 miliar rupiah.