• Foto
  • Tak Cukup Kolam Retensi

Tak Cukup Kolam Retensi

Penataan wilayah Bandung Raya tak bisa berjalan masing-masing. Mencegah banjir Kota Bandung membutuhkan peran Bandung utara yang hancur karena alih fungsi lahan.

Fotografer Prima Mulia25 Juni 2022

BandungBergerak.idSeorang pria berusia 60 tahunan masih sigap memanjat pohon mangga di ruang terbuka hijau sekitar danau retensi aliran Sungai Cinambo, kawasan Gedebage, Kota Bandung, 21 Juni 2022. Seorang lagi kawannya sibuk menjorok galah ke pepohonan di pinggir danau.

Bukan buah mangga yang jatuh, tapi sarang-sarang burung yang menggumpal seperti bola berjatuhan ke tanah. Tak lama pria pemanjat pohon turun dari batang pohon mangga setinggi lima meter tersebut. Ia memegang dua gumpalan sarang burung.

Dua pria itu lalu mebongkar isi sarang, beberapa ekor anak burung bondol atau pipit yang masih merah dikeluarkan dari sarangnya, dari sarang lain didapat beberapa ekor lagi yang sudah berbulu. Anak-anak burung itu dimasukan ke kantung plastik, di dalamnya sudah puluhan anak-anak burung.

“Ini dijual untuk pakan burung elang, saya mau cari lagi ke pepohonan lainnya,” kata pria tersebut sembari beranjak pergi. Sarang-sarang burung itu dilempar begitu saja di pinggir danau.

Danau retensi atau danau penampung air saat musim banjir di kawasan Gedebage ini merupakan 1 dari 9 danau retensi di Kota Bandung yang fungsinya sebagai danau penampung volume air saat banjir. Danau di Gedebage mampu menampung 890.445 meter kubik.

Danau-danau retensi ini tersebar di beberapa wilayah kota, semuanya berada di aliran anak-anak Sungai Citarum.  Di pusat kota, ada danau retensi Taman Lansia dengan volume tampung 841.712 meter kubik. Ada danau retensi Kandaga Puspa di area Taman Cilaki dengan daya tampung 659.328 meter kubik. Danau yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat di Gedung Sate ini berada di aliran Sungai Cikapayang yang membelah hutan kota di Taman Lansia sampai Taman Cilaki.

Di wilayah timur ada danau retensi Sarimas dengan daya tampung 537.035 meter kubik dan danau retensi Cipamulihan di dekat Pasar Gedebage. Daya tampungnya mencapai  5.425 meter kubik yang menerima aliran air dari Sungai Cipamulihan.

Lalu ada Wetland Cisurupan dengan 19 danau retensinya  yang berada di dataran tinggi kawasan Cilengkrang. Kawasan dengan konsep ruang terbuka hijau, pesawahan, dan wisata alam ini diharapkan bisa memperkuat sistem tata air di aliran Sungai Cinambo dan Ciloa.

Di wilayah barat ada danau retensi Bima dengan daya tampung 4.200 meter kubik dan danau retensi Sirnaraga dengan daya tampung 3.335,26 meter kubik. Keduanya dibuat untuk mengendalikan luapan banjir aliran Sungai Citepus.

Yang paling terakhir dibangun yaitu danau retensi banjir di komplek Pusat Kesenjataan Kavaleri. Danau pengendai banjir ini bisa menampung 13.000 liter air dengan harapan mampu mengatasi masalah banjir di sekitar komplek militer tersebut.

Sembilan danau pengendali banjir tersebut tentu bukan satu-satunya cara untuk mengurangi bencana hidrometeorologi di wilayah Bandung yang berbentuk cekungan. Ruang terbuka hijau yang masih sangat minim serta tingginya alih fungsi lahan jadi pemicu bencana yang juga sangat berbahaya.

Fenomena banjir tahunan Kota Bandung juga diperburuk dengan penurunan muka tanah yang rata-rata turun antara 1-20 cm setiap tahun.  Hilangnya daerah resapan air berganti permukiman baru dan resor wisata tentunya ikut menggerus ketersediaan air tanah berbuntut penurunan muka tanah.

Semuanya bentuk perubahan lingkungan dan tata ruang di atas bermuara ke satu titik, yaitu bencana. Masih segar dalam ingatan di tahun 2018 dan 2019, kala Cicaheum dan sekitarnya dihajar banjir bandang. Masih di wilayah timur, kawasan permukiman di Cijambe luluh lantak dihajar banjir bandang dan tanah longsor yang mengakibatkan sejumlah rumah di komplek perumahan amblas dan rata dengan tanah yang memakan korban jiwa.

Jadi 9 danau retensi ini tak bisa begitu saja disebut jurus ampuh mengendalikan banjir Kota Bandung yang tetap terjadi sampai saat ini. Tentunya keberadaan danau retensi harus juga diimbangi dengan penataan lingkungan lintas wilayah di kawasan perbukitan dan perkotaan.

Wilayah Bandung Raya berada di DAS Citarum, tentu penataannya tak bisa masing-masing wilayah seenak perutnya membuat kebijakan masing-masing, karena semuanya berkelindan. Mengatasi kerusakan lingkungan di wilayah Bandung Raya memerlukan kebijakan yang absolut.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//