• Foto
  • Mengaji Aksara Sunda

Mengaji Aksara Sunda

Kurangnya pemahaman tentang aksara Sunda berimbas pada kesalahan fatal terkait penulisan nama jalan di Kota Bandung. Jalan Ir Sukarno jadi Jl Ri. Seekaarano.

Fotografer Prima Mulia1 Oktober 2022

BandungBergerak.idSusilawati, penggiat komunitas Jatinangor Aksara Sunda, mengenalkan huruf-huruf Sunda pada Ajay dan Susan. Dua anak yang masih duduk di bangku TK itu usai mengaji di masjid Al Jabbar, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 9 September 2022. Mereka antusias mempelajari aksara kuno dengan alat bantu kartu-kartu beraneka warna.

Di sudut lain, Hazna, murid kelas 5 SDN Cikeruh 2, tampak fokus melancarkan kemampuan baca tulis aksara Sunda. Cukup mahir ia menulis aksara-aksara dengan sudut-sudut tajam itu di atas selembar kertas, lengkap dengan terjemahannya.

"Buat persiapan lomba tingkat kecamatan, saya dipilih guru untuk mewakili sekolah," kata Hazna.

Sementara Reyna Safari (21) dan Silvi Fitria Ananda (16), siswi SMAN Jatinangor, menggelar karpet di taman halaman masjid. Beberapa buku sastra dengan aksara Sunda dan kartu permainan aksara melengkapi pertemuan rutin mingguan di minggu pagi. Reyna adalah guru SD swasta jebolan Pendidikan Agama Islam Al Jawami yang kini bergiat di edukasi aksara.

Tak mudah mengenalkan aksara pada anak-anak atau remaja. Susilawati berinisiatif membuat alat bantu edukasi aksara Sunda dalam bentuk kartu permainan untuk lebih menarik minat generasi muda belajar aksara Sunda. Anak muda masa kini makin jarang tertarik untuk melestarikan budaya lokal termasuk aksara-aksara daerah.

Alumnus Sastra Sunda Universitas Padjadajaran 2020 berusia 24 tahun ini membentuk komunitas Jatinangor Aksara Sunda atau JAS bersama beberapa kawannya pada tahun 2017. JAS dibentuk sebagai bentuk keprihatinan Susilawati dan kawan-kawan saat melihat minimnya ketertarikan generasi muda untuk melestarikan budaya Sunda, khususnya aksara.

Sempat mandek ketika buka pendaftaran untuk mahasiswa yang tertarik belajar aksara, JAS akhirnya membuka keanggotaan dari berbagai kalangan, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, dan masyarakat umum. Kini, komunitas ini memiliki 68 anggota aktif yang tersebar tak hanya di Bandung dan Sumedang, tapi sampai ke Bogor dan Karawang.

Setiap Ahad pagi sekitar pukul 10 anggota komunitas JAS biasa berkumpul di selasar, basement, atau di bawah pepohonan taman Masjid Al Jabbar ITB di Jatinangor untuk mempelajari aksara dengan tema Kempel Rutin. Yang dari luar kota bisa mengikuti secara daring atau melalui media sosial. Banyak yang dipelajari, termasuk bedah buku yang ditulis dengan aksara Sunda.

"Setelah pandemi, baru sekarang ini kita bisa kembali berkumpul secara langsung (tatap muka) setelah sebelumnya semua digelar secara daring," kata Susilawati yang sampai saat ini telah mengalih aksara 3 buah judul buku sastra Sunda, salah satunya berjudul Catetan Poean Rere.

Aksara Sunda yang dipelajari adalah aksara Sunda baku yang sudah distandardisasi dan masuk Unicode. "Jenis aksara baku ini lebih mudah dipelajari disbanding aksara Sunda kuno yang mempunyai huruf lebih banyak dengan tata cara menulis dan membacanya yang banyak aturan. Aksara Sunda kuno rumit dan tidak mudah dipelajari awam," kata Cahyadi, salah seorang pembimbing JAS.

Guru pelajaran Bahasa Sunda berusia 24 tahun di sebuah SMP swasta ini adalah lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati jurusan Pendidikan Agama Islam. Cahyadi menguasai  lebih dari 10 jenis aksara nusantara. "Aksara Bali itu yang paling rumit untuk dipelajari dibanding aksara daerah lain," katanya.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki Perda tentang pelestarian bahasa, sastra, dan aksara daerah. Pembelajaran tentang aksara Sunda masuk dalam pelajaran bahasa Sunda. Itu secara teori, kenyataan di lapangan berkata lain. Banyak guru tak paham aksara Sunda, akibatnya materi pengenalan aksara pun dilewat.

Kurangnya pemahaman tentang aksara Sunda ini juga berimbas pada kesalahan fatal terkait penggunaan nama jalan di Kota Bandung yang memakai aksara Sunda. Susilawati dan Cahyadi menyebutkan beberapa jalan di Bandung ditulis dalam aksara Sunda yang salah. Di antaranya Jalan Ir Sukarno di samping Gedung Merdeka, dan Jalan Balonggede di mana di kawasan tersebut berdiri pendopo Walikota Bandung dan SMP/SMA Pasundan.

"Yang aksara Sunda Jalan Ir Sukarno jadinya kalau dibaca Jl Ri. Seekaarano. Yang Jalan Balonggede jadinya terbaca Jala Baalonagagede," kata Usi.

Cahyadi menambahkan nama Jalan AH Nasution juga pernah salah tulis, jadi yang terbaca adalah Jalan AH Naripan. Kritik JAS terkait kesalahan ini sudah disampaikan ke instansi terkait termasuk melalui media sosial, namun belum ada tanggapan.

Jelang akhir tahun 2022, JAS berencana untuk menggelar program nganjang ke kampus dan sekolah-sekolah. Pengenalan aksara Sunda dan bedah buku sastra Sunda jadi program yang menarik dan paling ditunggu.

Teks dan Foto: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//