Balapan Kuda Renggong Tanjungsari
Kuda renggong membuktikan bisa menjadi kuda balap. Di bawah pegunungan Sumedang, 150 peserta pacuan kuda beradu cepat.
Kuda renggong membuktikan bisa menjadi kuda balap. Di bawah pegunungan Sumedang, 150 peserta pacuan kuda beradu cepat.
BandungBergerak.id - Sorak-sorai penonton membahana saat kuda-kuda melesat di bawah punggungan pegunungan Sumedang. Di tengah udara panas dan kering, para joki memacu kuda-kuda jagoannya.
Lomba balapan kuda ini berlangsung dalam Cibogo Weekend Race, lomba pacuan kuda kategori kuda renggong, di Kampung Cibogo, Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari.
Kuda renggong bukan kuda khusus untuk palapan. Kuda renggong biasanya hanya digunakan untuk kesenian dan kuda tunggang bagi hiburan anak-anak.
Tapi para penonton tetap antusias, bahkan tak kalah berisiknya berteriak menyemangati kuda-kuda jagoan mereka. Badai debu yang menghalangi jalan napas dan pandangan mata tak mereka hiraukan.
Kelas kuda renggong diikuti 4 ekor kuda. Dua ekor kuda bisa melesat bak kuda balap, yang seekor nyasar ke semak-semak di pinggiran lintasan, yang seekor lagi berlari dengan kecepatan sedang walau joki sudah berupaya untuk memacunya.
"Kalau kuda-kuda besar kategori kelas atau yang sandel mah memang untuk balapan, jadi sudah biasa. Tapi kelas kuda renggong ini jauh lebih menarik kata saya mah, sayang persertanya sedikit," ujar Asep, salah seorang penonton asal Tanjungsari.
Penonton tergelak dan terhibur, kuda-kuda masuk garis finis setelah berpacu sepanjang 600 meter. Sorak sorai juga membahana untuk kuda yang terakhir masuk garis finis. Penonton tetap memberi apresiasi pada joki dan kuda di kelas khusus ini.
Tiba di kelas sandel dan mini, penonton semakin meluber ke tengah arena saat kuda-kuda memasuki garis finis. Kejuaraan pacuan kuda ini diikuti sebagian kuda dan joki pemula yang berkompetisi di kelas sprint 600, 800, dan 1.000 meter. Dari kelas pemula ini harapannya akan banyak menelurkan calon atlet potensial dan kuda-kuda kompetitif
Uniknya, nilai-nilai tradisional tetap dipertahankan di setiap lomba pacuan kuda di Jawa Barat. Iringan musik kesenian bajidoran jadi momen selebrasi bagi pemilik kuda juara. Sambil naik di atas punggung kuda, sang pemlik menari sambil nyawer melempar uang kertas.
Digelar dalam 2 hari, 1 dan 2 Oktober 2022, dengan tiket 10.000 rupiah per orang, ribuan orang penonton meramaikan lomba pacuan kuda reguler yang sempat terhenti 2 tahun akibat pandemi Covid-19.
Area pacuan kuda sendiri berada di tanah milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Arena ini kerap digunakan juga untuk kompetisi motocross.
"Kami berharap animo para pemilik dan peternak kuda bangkit kembali di arena-arena balap setelah sempat vakum selama pandemi, apalagi Sumedang kan dikenal sebagai salah satu pusat olahraga pacuan kuda di Jawa Barat," kata Jejen Rusyana, panitia Cibogo Weekend Race 2022.
Menurut catatan panitia, 150 peserta pacuan kuda dari berbagai daerah di Jawa Barat berpartisipasi di acara ini.
Pacuan Kuda Juara
Kembali ke lintasan, kuda-kuda kelas sandel saling berkejaran menuju garis finish. Ada Queen Alexa, Lazio, dan Ajeng Saketi, bersaing dengan jarak cukup dekat. Akhirnya, Ajeng Saketi dari Graha Alam Stable Bandung menyentuh garis finis pertama. Arif sang pemilik menyambutnya dengan sukacita.
"Ajeng Saketi sudah dua kali mampu merebut posisi pertama di 2 kejuaraan terakhir tahun ini," kata Arif.
Kuda jenis sandel ini harganya sekitar 15 jutaan rupiah per ekor. Namun jika sudah meraih predikat juara, harganya bisa meroket sampai 2 kali lipat.
"Harga kuda juara itu tak bisa diprediksi, bisa saja melonjak berlipat-lipat gimana taksiran pembeli. Yang jelas perawatannya cukup tinggi. Untuk pakan biasa saja minimal 5 juta rupiah per ekor, jika akan berkompetisi bisa nambah lagi," kata Ade Suyono Karjo, Wakil Ketua Pordasi Sumedang.
"Dengan kembali bergulirnya kompetisi pacuan kuda, tentu kami berharap bisa menjaring atlet-atlet muda potensial di kelas pemula," tambahnya.
Teks dan Foto: Prima Mulia
COMMENTS