BandungBergerak.idSetiap zaman memiliki pahlawannya sendiri-sendiri. Di masa pandemi Covid-19, yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun lamanya, para tenaga kesehatan adalah pahlawan kita. Mulai dari perawat, bidan, dokter, petugas laboratorium, pengelola fasilitas kesehatan, hingga relawan pengusung peti jenazah.

Lebih dari lima jam dalam balutan pakaian pelindung diri hazmat, dengan pandangan mata kabur terhalang embun yang menutupi google atau kaca mata pelindung, mereka berjibaku hingga batas maksimal demi memutus penyebaran Covid-19.

Namun di sisi lain, masih banyak orang yang tidak peduli terhadap penerapan protokol kesehatan dan imbauan untuk mengindari atau tidak membuat kerumunan. Libur panjang diidentikkan dengan kegiatan bersenang-senang, makan-makan, minum-minum, kumpul-kumpul, dan foto-foto bersama.

Kita tidak belajar dari apa yang terjadi dalam libur-libur panjang sebelumnya. Selama libur lebaran tahun 2020, tingkat penularan diketahui melonjak 69-93 persen. Pada libur perayaan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia, lonjakan kasus mencapai 58-188 persen. Lipur panjang akhir Oktober 2020 sama saja ceritanya. Jumlah kasus melonjak 17-22 persen.

Menjelang libur lebaran 2021 ini, pemerintah mengantisipasi kejadian serupa lewat penyekatan di 333 titik di jalur mudik secara nasional yang berlaku pada 6-17 Mei 2021. Sanksi juga sudah disiapkan bagi pelanggar.

Jika imbauan dan larangan ini tak efektif di lapangan, lagi-lagi petugas kesehatanlah yang akan maju di garis paling depan untuk menangani semua imbasnya. Merekalah, para pahlawan kita itu, yang lagi-lagi harus mengambil risiko paling tinggi untuk terpapar virus.

Foto-foto ini dikumpulkan di berbagai lokasi di kawasan Bandung, mulai dari fasilitas kesehatan sampai pos penyekatan pemudik Lebaran di batas kota, sejak awal naiknya jumlah kasus positif penularan Covid-19 pada pertengahan tahun 2020 hingga Maret 2021. 

Masihkah kita tidak peduli?

Foto dan teks: Prima Mulia

Editor: Redaksi

COMMENTS

//