• Foto
  • Karun dan Perahu-perahu Kayunya

Karun dan Perahu-perahu Kayunya

Karun mewarisi profesi langka sang ayah sebagai pembuat perahu kayu di pinggir Citarum, Baleendah. Jadi andalan warga setiap kali banjir melanda.

Fotografer Prima Mulia22 November 2022

BandungBergerak.id - Di bengkel kerjanya di pinggir Sungai Citarum, Karun sibuk mengukur bilah-bilah papan kayu yang sudah melengkung. Pria 65 tahun itu menandai bilah lengkung yang sudah tepat, lalu memakunya ke rangka utama perahu.

Bengkel kerja Karun terletak di Kampung Mekarsari, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Terpal bolong-bolong membentang di atas tiang bambu reot, melindunginya dari sengatan sinar matahari.  

"Sekarang (saya) gak berani bikin stok. Bikin berdasarkan pesanan saja. Ini juga ada pesanan dari luar kota," kata Karun.

Karun dikenal piawai membuat beragam jenis perahu kayu. Dari sampan kecil, tongkang, perahu bargas, hingga perahu pengangkut pasir. Harga jualnya bervariasi mulai dari 3,5 juta sampai 11 juta rupiah tergantung ukuran. Ada tiga jenis perahu berdasarkan ukurannya, yakni ukuran kecil 4,5 x 0,9 x 0,45 meter, ukuran sedang 6 x 1,2 x 0,5 meter, dan ukuran besar 9 x 2 x 1,7 meter.

Ilmu membuat perahu kayu diperoleh Karun dari Uke, sang ayah.  Sejak zaman kolonial Hindia Belanda, kawasan Manggahang sudah dikenal sebagai sentra pembuatan perahu di Baleendah.

"Wak Ibing yang pertama membuat perahu di kawasan Manggahang, tak jauh dari Mekarsari," tutur Karun.

Sejak kecil Karun terbiasa melihat ayahnya bekerja.  Setelah lulus sekolah dasar, ia memutuskan untuk serius berprofesi seperti ayahnya, dan memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Ilmu membuat perahu kayu menjadi warisan sang ayah yang sampai saat ini sanggup menghidupi Karun sekeluarga.

Dari enam orang anak Karun, hanya seorang yang menekuni pekerjaan membuat perahu, yaitu Dadang (41). Sang anak saat ini menjadi pembuat perahu di DAS Citarum di sekitar Waduk Saguling, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.

Profesi yang digeluti Karun mungkin bukan lagi profesi yang diminati kaum muda di desanya. Namun profesi ini mendatangkan banyak manfaat bagi warga yang menggantungkan hidupnya dari perahu. Mulai dari para pemulung sampah plastik hingga operator perahu penyeberangan atau eretan di Citarum.

Perahu-perahu kayu buatan Karun juga banyak dipesan pelanggan di Waduk Saguling, Waduk Cirata, Waduk Jatiluhur, dan bahkan Waduk Jatigede. Apa yang ia buat sudah menopang mobilitas warga di waduk-waduk tersebut.

Jangan juga lupakan bahwa perahu merupakan alat transportasi mahapenting ketika Citarum dan anak-anak sungainya meluap, menggenangi desa-desa dan permukiman di Bandung selatan, khususnya Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah. Perahu berperan penting dalam evakuasi banjir. Perahu juga menjadi transportasi andalan warga agar tetap beraktivitas di tengah bencana.

Banjir masih jadi persoalan pelik di Citarum yang menampung aliran air dari sekitar 700 anak sungai dan saluran-saluran air lainnya. Berbagai program sudah dikerjakan oleh pemerintah, tapi nyatanya itu semua belum cukup. Warga di kawasan rawan banjir di Bandung selatan masih harus hidup dalam harmoni dengan bencana hidrometerologi. Banjir sewaktu-waktu bisa kembali datang.

"Sepanjang Citarum masih ada, selama itu pula perahu dibutuhkan," ucap Karun.

Foto dan teks: Prima Mulia

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//