• Foto
  • Hari Ibu di Lio Genteng

Hari Ibu di Lio Genteng

Anak-anak Lio Genteng menyanyikan lagu Bunda dari Melly Goeslaw. Tanpa bisa menahan tangis, mereka berlarian memeluk ibu mereka masing-masing.

Fotografer Prima Mulia24 Desember 2022

BandungBergerak.idDyaz dan Nuri berlarian keluar dari lorong gang menyusul teman-temannya yang tengah dirias oleh ibu-ibu di pos ronda RW 05 permukiman padat  Lio Genteng, Kelurahan Nyengseret, Kota Bandung, 22 Desember 2022.

"Kita pakai busana kebaya, yang laki-laki pakai pangsi, mau ikutan festival kebaya sekaligus peringatan Hari Ibu di lapang voli, " kata Nuri. Suara dari pengeras suara bergema ke seluruh kampung mengajak warga untuk segera berpartisipasi dan berkumpul di lapangan yang sudah dipenuhi gerai dan roda jajanan.

Remaja Karang Taruna Lio Genteng menyulap lapang voli itu jadi catwalk dadakan dengan panggung kecil. Jalur catwalk sudah diwarna hitam putih memanjang sekitar 20 meter, mirip zebra cross. Momentum Hari Ibu ini ternyata disandingkan dengan kampanye berkebaya oleh ibu-ibu yang diharap menular ke generasi remaja dan anak-anak.

Keriuhan Hari Ibu dan Festival Kebaya dimulai dengan aksi remaja karang taruna. Mereka mempersembahan aksi teatrikal dan tari dengan makna kebaya adalah warisan budaya nenek moyang di Indonesia. Tema ini menanggapi maraknya klaim kebaya oleh sejumlah negara tetangga.

"Beberapa negara sudah mengajukan kebaya sebagai budaya mereka, makanya peringatan Hari Ibu ini disandingkan dengan festival kebaya untuk menunjukkan bahwa kebaya adalah busana nasional dari Indonesia," kata Sandi Syarief, tokoh pemuda setempat mewakili rekan-rekannya dari Karang Taruna Lio Genteng. Kebaya ini diajukan Indonesia ke Unesco sebagai warisan budaya tak benda.

Kelar teatrikal, giliran anak-anak melenggang di catwalk dengan busana kebaya didampingi anak laki-laki yang berpakaian pangsi. Cuaca panas di siang hari bolong itu tak menyurutkan semangat mereka.  Tak kurang dari 70 orang anak-anak berjalan di atas jalur bergaris warna hitam putih itu.

Warga yang menonton, termasuk orang tua mereka, sibuk merekam atau memotret dengan kamera ponsel masing-masing. Sorak sorai dan gelak tawa warga yang menonton menambah kemeriahan fashion show gaya Kampung Lio Genteng tersebut.

"Saya mengapresiasi kreativitas anak-anak muda di sini, festival kebaya dalam rangka peringatan Hari Ibu ini bukan hanya sekadar seremoni biasa, tapi juga mengingatkan kita semua atas kasih sayang ibu atau orang tua, bentuk kasih sayang ini jadi doa. Selain itu ada pesan lain untuk generasi muda agar bisa melestarikan kebaya sebagai busana nasional negara kita," kata Sumiarsih, salah seorang tokoh wanita di Lio Genteng.

Usai pamer busana kebaya anak-anak, panitia menyusun sejumlah kursi plastik di kiri kanan catwalk. Lalu sejumlah ibu-ibu menempati krusi-kursi tersebut. Ternyata ini salah satu acara yang ditunggu, yaitu momen sungkeman anak-anak pada orang tua (ibu) mereka.

Anak-anak berbaris di atas panggung dan mulai menyanyikan lagu berjudul Bunda karya penyanyi Melly Goeslaw. Tanpa dikomando beberapa remaja berlari kecil menuju kursi-kursi itu, bersimpuh dan meminta maaf pada ibu mereka masing-masing. Momen haru ini memancing emosi anak-anak yang sedang bernyanyi di panggung. Tanpa bisa menahan tangis, mereka berlarian menuju orang tua masing-masing. Emosi anak-anak itu tumpah dalam pelukan sang ibu.

Di salah satu kursi seorang ibu berkebaya biru tampak memeluk empat orang anak-anak, dua orang usia balita, dua orang usia sekolah dasar. Tenggelam dalam tangisan tanpa kata. Setelah itu ia mencium ke empat anak-anaknya dan membimbing salah seorang dari mereka yang tak mau lepas dari pelukan sang ibu.

"Ibu anak-anak ini sudah meninggal, jadi saya sudah dianggap ibu pengganti mereka. Saya bawa pulang dulu ya, anaknya nangis terus, mungkin ingat ibunya," kata ibu berkebaya tersebut.

Hampir semua yang hadir di lapang voli itu tenggelam dalam keharuan. Setelah situasi mulai kembali tenang, pemandu acara berusaha membangkitkan kembali semangat dan keriuhan warga dengan mengajak ibu-ibu berkebaya untuk berlenggak lenggok di catwalk.

Benar saja. Giliran model dadakan emak-emak berkebaya ini malah semakin membuat gaduh penuh gelak tawa dan canda dari warga yang menonton. Diawali kaum remaja, para ibu seolah tak mau kalah. Dengan busana kebaya beragam model dan warna, mereka memukau sekaligus menghibur para penonton. Aksi heboh emak-emak yang mewakili RW-RW di Kelurahan Nyengseret itu jadi puncak dari Hari Ibu sekaligus festival kebaya tahun ini.

Kegiatan ini jadi kegiatan di penghujung tahun yang digagas para pemuda Lio Genteng. Hampir sepanjang tahun kampung ini tak pernah sepi dari kegiatan positif yang melibatkan warga masyarakat dalam balutan seni, budaya, dan sejarah.

Lio Genteng, kampung padat yang lokasinya dekat dengan pasar loak Astanaanyar ini sekarang bukan lagi kampung preman yang ditakuti. Kini, generasi muda di sana menjelma jadi pribadi-pribadi yang peduli akan masa depan dan pendidikan bagi anak-anak. Mereka percaya dengan edukasi berlatar seni, budaya, dan sejarah, bisa membentuk karakter anak-anak sejak dini. 

Teks dan Foto: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//