Bandung (Lagi-lagi) Darurat Sampah
Pengiriman sampah ke TPA Sarimukti terganggu. Di Bandung, sampah berserakan di badan jalan dan menumpuk di TPS-TPS. Masalah serius yang selalu berulang.
Pengiriman sampah ke TPA Sarimukti terganggu. Di Bandung, sampah berserakan di badan jalan dan menumpuk di TPS-TPS. Masalah serius yang selalu berulang.
BandungBergerak.id - "Kenapa (ambil) foto-foto daerah ini? Anda dari mana? Kalau anda wartawan, kenapa yang diliput daerah ini saja? Ini cuma tempat penampungan sementara bandar-bandar sampah yang akan didaur ulang. Kalau mau liput, itu yang di landasan (TPA) Sarimukti. Baru sebulan diperbaiki, sudah amblas lagi. Belum lagi alat-alat berat yang rusak dan tak beroperasi,” kata pria yang mengaku bernama Berod dengan nada ketus, Rabu (24/1/2023).
Berod merupakan koordinator ratusan pengumpul sampah bernilai jual di Tempat Pembuangan Akhir Akhir (TPA) Sarimukti di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Ia kemudian bercerita tentang truk-truk sampah yang harus mengantre untuk bisa memuntahkan sampah ke TPA. Warga desa di sekitar pembuangan pun protes. Antrean truk sampah yang sangat panjang membuat bau busuk menguar ke mana-mana.
Akses menuju TPA amblas akibat timbunan sampah sudah meluber ke mana-mana. Ditambah limbah berupa cairan sampah atau lindi dari jutaan ton sampah, membuat jalan gembur belumpur. Antrean truk sampah mengular sekitar 2 kilometer dari gerbang masuk TPA.
Berada di lembah di perbukitan perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur, TPA Sarimukti menampung kiriman sampah dari Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat. Padang sampah berwarna putih menghampar luas di antara hutan-hutan dan bukit hijau di kawasan milik Perhutani tersebut. Menggunakan metode landfill yang menghasilkan gunungan sampah, TPA ini menempati lahan Perhutani seluas 25 hektare.
Daya tampung TPA Sarimukti 2 juta ton sampah, tapi saat ini gunungan sampah di sana sudah mencapai 14 juta ton. Sudah jauh melebihi kapasitas. Diperparah lagi, kiriman sampah terus mengalir dari kawasan Bandung Raya. Setiap harinya, TPA ini menerima gelontoran 2.000 ton sampah.
TPA Sarimukti masih menggunakan teknik pembuangan sampah yang tak kalah primitifnya dengan sistem open dumping, yaitu landfill. Buang dan timbun. Begitu terus hingga tumpukan sampah membentuk lapisan-lapisan, lalu dipadatkan. Tak usah membayangkan seperti apa limbah cair yang timbul dari sistem landfill seperti ini. Lindi terus-terusan mencemari sungai-sungai di sekitar TPA.
Masalah pengelolaan sampah di kawasan Bandung Raya kian pelik karena pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Legok Nangka di Nagreg, Kabupaten Bandung, tak kunjung tuntas. Menerapkan teknik landfill dengan mengadaptasi praktik waste to energy, TPPAS ini digadang-gadang baru bisa beroperasi mulai Maret 2024 untuk menggantikan TPA Sarimukti. Diketahui, TPPAS Legok Nangka memiliki luas 82,5 hektare dengan daya tampung 1.853 hingga 2.131 ton sampah per hari.
Apakah pengoperasian TPPAS Legok Nangka nantinya akan menuntaskan semua permasalahan sampah di Bandung? Tunggu dulu! Masih ada banyak isu terkait megaproyek ini. Pilihan praktik waste to energy menuai polemik karena mengadaptasi teknologi insinerator yang menghasilkan residu berbahaya dari asap pembakaran yang dilepas ke udara.
Bandung Lautan Sampah
Sekitar 44 kilometer dari TPA Sarimukti, di pusat Kota Bandung, perjalanan satu kantong plastik berisi sampah rumah tangga dari tong sampah di halaman rumah ke tempat pembuangan sementara (TPS) lewat gerobak, sebelum akhirnya dibawa oleh truk kontainer sampah ke TPA Sarimukti, tak lagi sederhana. Kendala di Sarimukti berimbas ke pengelolaan sampah perkotaan.
Kota Bandung lagi-lagi menderita darurat sampah. Sampah-sampah permukiman dan pasar teronggok di pinggiran jalan dan trotoar, menunggu jadwal pengangkutan yang terus molor. Sampah di TPS Kelurahan Merdeka menggunung hampir menyentuh atap. Sudah sepekan sampah tak terangkut.
Di TPS Cicadas, pemandangannya nyaris sama. Sampah tak lagi tertampung sehingga meluber hingga sepertiga badan Jalan Cikutra. Petugas kebersihan kesulitan untuk memarkir gerobak sampah. Sudah hampir 10 hari sampah tak terangkut. Biasanya setiap hari ada dua kali pengangkutan oleh truk-truk kecil milik Dinas Kebersihan Kota Bandung.
“Warga ngomel terus setiap hari karena sampah-sampah rumah tangga tak bisa kami angkut setiap hari akibat penuhnya TPS," kata Jajang, salah seorang petugas kebersihan.
TPS Cicadas mampu menampung sampah dari 45 gerobak setiap harinya. 10 hari tak terangkut , sampah yang menggunung di TPS mencapai 450 roda. Ditambah lagi, tidak sedikit warga dari luar wilayah yang kerap membuang begitu saja sampah mereka di TPS Cicadas yang memang berada di tepi jalan raya.
"Jadi yang buang sampah ke sini banyak dari luar wilayah. Sambil lewat gitu, lung we dialung ke TPS (sambil lewat dilempar begitu saja ke TPS)," tutur Jajang.
Di TPA Sarimukti, saat ini hanya ada tiga alat berat yang beroperasi, yaitu 2 backhoe dan 1 compactor landfill. Alat berat lain mangkrak karena rusak. Termasuk buldozer yang perannya sangat vital. Gangguan ini merugikan juga para pemulung yang menyandarkan hidup di tempat pembuangan sampah.
"Kalau terhambat seperti sekarang, kami lebih lama juga ngumpulin barang-barang bekasnya," kata Adung, mewakili kawan-kawannya.
Hari menjelang sore di Sarimukti. Deru mesin ekskavator bersahutan dengan helaan napas puluhan pemulung. Ketika lengan baja alat berat itu mengayun untuk mengurai gunungan sampah yang baru keluar dari truk, kaki orang-orang itu bergegas. Begitu seterusnya sampai sang surya tenggelam di ufuk.
Foto dan teks: Prima Mulia
COMMENTS