Masuk Mesin Waktu di Museum 198X
Museum 198x di Bandung ibarat mesin waktu yang lewat koleksi mainannya membawa pengunjung kembali ke era 1980-an. Ingin tumbuh dari ruang pamer ke ruang diskusi.
Museum 198x di Bandung ibarat mesin waktu yang lewat koleksi mainannya membawa pengunjung kembali ke era 1980-an. Ingin tumbuh dari ruang pamer ke ruang diskusi.
BandungBergerak.id - Celingukan saya mencari-cari akses masuk Museum 198x di toko mainan Zero Toys di Jalan Sunda, Kota Bandung. Tak ada penanda. Sekeliling toko hanya dinding yang penuh dengan mainan robot dan beragam action figure. Di ujung ruang toko, ada semacam lorong kecil tapi buntu.
Muter-muter beberapa menit, saya tetap tidak menemukan akses ke museum. Main tebak-tebakan pun nihil hasilnya.
Memang benar ada pintu rahasia. Aldo Ikhwanul Khalid, pendiri toko mainan dan museum tak biasa itu, mendekat ke salah satu bidang dinding tempat bergantung beragam mainan, lalu mendorongnya.
"Ini jalan masuknya. Ayo saya pandu, soalnya ada tiga zona dengan tema berbeda," ujar pria berkacamata itu sambil terkekeh, Februari 2023 lalu.
Di zona pertama, setelah melewati lorong berdinding hitam bertirai pita-pita kaset magnetik, ada sebuah ruang mirip ruang keluarga di masa lalu lengkap dengan televisi berwarna dan pemutar kaset video. Saat itu kebetulan film Voltus V yang sedang diputar. Inilah film robot paling populer di tahun 1980-an.
Sebuah lemari berisi koleksi mainan, action figure, kaset video, dan poster-poster tokoh kartun masa itu menghiasi sisi kanan. Di sebelah televise, ada semacam peti besar dengan komik dan majalah anak-anak yang kini sudah tidak terbit lagi.
Di zona ini kita bisa melihat koleksi toko mainan pasar, seperti mobil-mobilan kaleng dan pistol-pistol plastik. Di kotak kaca lain, ada koleksi mobil-mobilan die cast. Di sini bisa dipelajari bagaimana sejarah die cast bermula dengan koleksi spesimen awal buatan beberapa negara Eropa.
Matchbox adalah yang pertama membuat mainan ini. Kenapa namanya Matchbox? Karena saat itu di Inggris, anak-anak sekolah hanya boleh membawa satu mainan ke sekolah dengan syarat bisa masuk ke kotak korek api. Nah, Matchbox menciptakan die cast pertama yang bisa masuk ke kotak korek api. Ide ini lalu diikuti Majorette, Tomica, Hotwheels, Maisto, dan banyak lagi merek yang lain.
Turun satu lantai, pengunjung masuk ke zona 2. Ruangan ini dipenuhi kotak-kotak kaca dan diorama action figure dari Amerika. Di era 1980-an sampai 1990-an, film-film kartun macam He-Man, GI Joe, dan Silver Hawk, sangat populer di televisi, dan tentu saja diikuti dengan pernak-pernik mainannya.
Diorama GI Joe bisa dilihat dari dua sisi. Di satu sisi ada mainan pistol-pistolan cikal bakal air soft gun sekarang. Sebuah pistol atau senapan gas dengan peluru plastik. Di sini juga ada koleksi mainan hadiah dari permen yang dibeli di supermarket yang sulit untuk didapat.
Zona 3 adalah tempatnya robot. Ada bagian super robot dengan karakter seperti Giant Robo dan Mazinger. Sesudah super robot tak lagi populer, masuklah genre real robot, diawali mobile suit Gundam tahun 1979, cikal bakal seri Gundam yang sangat terkenal hingga saat ini. Setelah itu bermunculan Patlabor, Voltus, God Sigma, dan lainnya.
Figur-figur populer seperti Voltus, Gundam, dan Macross memenuhi lemari-lemari kaca dan diorama. Ada seri mainan Godaikin buatan Bandai Amerika yang dulunya masuk kelas mainan premium. Mainan-mainan robot ini bermula dari manga atau komik Jepang, lalu dibuat film dan action figure-nya.
Voltus tentu jadi bintang mainan robot paling populer di era 1980-an. Menurut Aldo, harga robot Voltus memang tergolong mahal sejak dulunya.
"Voltus ini punya kelemahan. Bahan plastik robot Voltus getas setelah puluhan tahun kemudian. Kalau jatuh, (pecah) kayak kaca. Jumlah robot Voltus yang utuh makin dikit, jadi harganya makin mahal, » ucapnya.
Di Zero Toys, sebuah koleksi robot Voltus utuh dengan ukuran tinggi tak sampai 20 sentimeter dibanderol seharga 15 juta rupiah. Jika dusnya masih utuh, harganya semakin melambung.
Kolekasi lain Museum 198x adalah action figure Ultraman, Gaban, Winspector, dan masih banyak lagi. Termasuk monster-monster Jepang. Salah satu figur yang sangat populer dan mungkin hanya terkenal di Indonesia adalah Megaloman. Juga ada koleksi action figure seri Kamen Rider.
Ada sudut lain yang menampilkan game-game (gim) jadul seperti game and watch, console game seri awal dari Atari dan Nintendo. Ada gim yang dikenal dengan nama dingdong yang masih berfungsi.
Ada juga ruang yang disebut Star Wars Mega Display. Isinya adalah koleksi mainan dan action figure atau model kit dari film yang sangat populer sejak dulu sampai generasi saat ini, yaitu Star Wars. Koleksinya mulai dari mainan sejak pertama kali dibuat tahun 1977 sampai buatan tahun 1985. Semua yang ada di trilogi Star Wars ada disini.
Menjadi Ruang Diskusi
Toko mainan Zero Toys dibuka pertama kali pada tahun 1999 dengan ribuan item, baik baru atau bekas. Sementara itu, Museum 198X, yang dirintis Sembilan tahun kemudian, saat ini memiliki koleksi sekitar 3.300 item. Karena sejak awal mengkhususkan pada mainan tahun 1980-an, dipilihlah nama Museum 198X.
"(Saya) Pengin bikin museum yang proper-lah. Bukan sekadar saya punya koleksi mainan, semua orang boleh liat,” ucap Aldo. “Saya pengin nge-push konservasinya, rekreasinya, dan edukasinya.”
Aldo berharap, Museum 198x bisa memberikan sesuatu yang baru bagi generasi yang tidak mengalami masa 1980-an dengan segala mainan khasnya. Museum ini ia bayangkan akan menjadi ruang untuk nongkrong dan berdiskusi.
Museum 198x buka setiap akhir pekan saja. Menjadi satu destinasi pariwisata di Kota Bandung, museum yang terdaftar di Asosiasi Museum Indonesia ini menimbang opsi untuk memberlakukan tiket mengakses pintu rahasianya.
Bagi siapa saja yang pernah mengalami masa-masa bermain di era 1980-1990-an, Museum 198x ibarat mesin waktu. Silakan menjelajah di akhir pekan!
Foto dan teks: Prima Mulia
COMMENTS