Bandung Selatan Menjadi Kanal Banjir Citarum
Hujan lebat yang mengguyur Bandung Raya menyebabkan Sungai Citarum meluap menyapu jalan dan permukiman penduduk. Aktivitas warga nyaris lumpuh.
Hujan lebat yang mengguyur Bandung Raya menyebabkan Sungai Citarum meluap menyapu jalan dan permukiman penduduk. Aktivitas warga nyaris lumpuh.
BandungBergerak.id - Ratusan kendaraan terhenti di jembatan Dayeuhkolot, di atas Sungai Citarum yang tengah meluap dan menggenangi akses jalan raya dan desa-desa di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung, Sabtu (6/5/2023). Setelah status kebencanaannya naik turun berdasarkan tinggi muka air (TMA), pagi itu TMA Sungai Citarum di Dayeuhkolot berada di level paling tinggi alias Bahaya. Dari sumber BBWS Citarum, TMA naik ke 722 cm, sementara TMA normal untuk Citarum di Dayeuhkolot adalah di bawah 500 cm.
Dampaknya bisa ditebak, akses kendaraan di ruas jalan provinsi di Dayeuhkolot lumpuh. Jalan Raya Bojongsoang ke arah Dayeuhkolot juga terendam dengan kedalaman 60 cm. Satu-satunya akses jalan yang bisa dilalui hanya lewat Jalan Raya Bojongsoang ke Baleendah, hal ini membuat antrean kendaraan mengalami kemacetan panjang.
"Semua anak sungai di Bandung utara dan timur debitnya sangat tinggi, bermuara semua ke Citarum, termasuk dari Majalaya dan sekitarnya. Hujan deras sejak semalam di wilayah-wilayah tersebut memicu banjir dan tingginya TMA di anak-anak sungai, Citarum tak bisa lagi menampung, jadi banjir menggenang ke mana-mana," kata Yadi Kuya, aktivis lingkungan dan petugas yang diperbantukan ke BPBD Provinsi Jawa Barat, saat memantau banjir di Bojongsoang.
Di Jalan Raya Dayeuhkolot, banjir merendam jalan sampai sepaha orang dewasa. Beberapa kendaraan bermotor mogok dan harus didorong keluar dari area banjir. Warga yang beraktivitas harus naik delman dengan ongkos 10.000 rupiah untuk menembus jalan raya yang tergenang banjir.
"Dari subuh sudah naik, tugas kita memandu kendaraan yang memaksa lewat menembus banjir agar tidak terperosok atau berjalan terlalu kencang terutama truk besar, bisa hancur itu lapak dan roda-roda pedagang kalau sampai dihantam ombak banjir saat kendaraan besar melintas. Kalau mobil-mobil kecil mah banyak yang mogok karena maksa," kata Agus, warga kampung Leuwibandung.
Kegiatan ekonomi di Dayeuhkolot lumpuh. Ratusan lapak pedagang di pasar, pertokoan, dan pedagang makanan di pinggir jalan raya terpaksa tutup karena banjir. Sebagian kecil toko yang buka juga tak efektif karena banjir menghambat pergerakan masyarakat yang biasanya berbelanja di kawasan alun-alun eks ibu kota Bandung yang dulu namanya Karapyak ini.
Pantauan BandungBergerak, banyak kendaraan yang terhenti di atas jembatan Dayeuhkolot. Pengemudi banyak yang memutuskan untuk putar balik daripada nekat melewati banjir yang cukup tinggi. Selain naik delman, banyak warga yang memilih untuk berjalan kaki atau mendorong sepeda motornya menembus banjir dengan terlebih dahulu menutup lubang knalpot dengan plastik agar tak kemasukan air.
Lalu lalang warga di Desa Sukabirus, Kecamatan Dayeuhokolot, terbantu oleh perahu-perahu yang membawa warga menuju akses jalan raya di depan Zipur Bojongsoang. Desa ini digenangi banjir Sungai Cikapundung, karena wilayah ini merupakan kawasan muara dari Cikapundung ke Citarum.
Sampah terlihat mencemari permukaan air, termasuk sampah-sampah hutan seperti ranting dan batang-batang pohon yang menggunung dan terdampar dekat jalan raya. Warga berinisiatif untuk membakar tumpukan sampah tersebut dari pada nanti menyebar ke permukiman.
Di Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, banjir menggenagi permukiman dan jalan desa dengan ketinggian rata-rata hampir 1 meter. Banjir menggenangi perkampungan mulai dari Kantor Desa sampai ke permukiman di pinggir Sungai Citarum.
Hujan deras di wilayah Bandung Raya juga memicu terjadinya longsor yang memutus jalan kabupaten di Desa Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Longsor juga memutus jalan kabupaten yang menghubungkan Rancakalong, Sumedang, dengan Tanjungsiang di Subang.
Jalur kereta api juga sempat lumpuh akibat longsor. Dalam siaran persnya, Humas Daop 2 Bandung menyatakan longsor terjadi pada Jumat malam (5/5/2023) di wilayah Purwakarta. Longsoran menutup rel di 3 titik, yaitu Km 111+400, Km 111+200, dan Km 111+100. Paling besar di titik terakhir, tebing setinggi 3 meter dan panjang 20 meter longsor. Perjalanan kereta Bandung Jakarta sempat lumpuh sebelum akhirnya jalur bisa kembali dilalui rangkaian kereta api.
COMMENTS