BandungBergerak.idSejumlah santri duduk bersila di ruangan pesantren tahfidz Quran Yayasan Saman Netra, Kampung Sekegawir, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu, 23 April 2021. Para santri penyandang disabilitas (tunanetra) di pesantren yang masuk wilayah Kecamatan Cimenyan itu memegang kitab tebal Al Quran Braille.

Mereka membaca bukan dengan indra penglihatan, melainkan dengan pikiran dengan petunjuk jari-jari tangan yang menyusuri huruf demi huruf Arab Quran Braille. Sebagaimana namanya, pesantren tahfidz ini mencetak santri-santri tunanetra penghafal kitab suci. Selama Ramadan, kegiatan tahfidz semakin intens dilakukan.

Menurut sekretaris Yayasan Saman Netra, Deni Nurakhman, sebanyak 18 santri tunanetra mondok selama tiga tahun untuk menuntut ilmu di pesantren tersebut, tanpa dipungut biaya. Selain wajib hafal 30 juz yang terdiri dari ribuan ayat, para santri yang berasal dari sejumlah daerah di Jawa dan Aceh ini juga mendapat pendidikan orientasi mobilitas dan teknologi informasi.

"Ke depannya pesantren akan membangun infrastruktur pesantren digital atau e-pesantren," kata Deni Nurakhman.

Belasan kilometer dari pondok tunanetra tadi, percetakan Yayasan Penyantun (YPWG) Wyata Guna Bandung, Jalan Pajajaran, sejumlah petugas tengah mencetak lembar demi lembar ayat Al Quran menggunakan mesin cetak braille kuno Thomson buatan tahun 1952, 14 April 2021. Bundel-bundel tebal Al Quran Braille yang menemani hari-hari para santri di pesantren Quran Yayasan Saman Netra, tidak lain buatan percetakan ini. Konon, hanya ada 6 mesin cetak Braille Thomson di dunia dan hanya di Indonesia yang masih berfungsi.

Mesin ini tentu lebih lamban kemampuan cetaknya dibanding hasil cetak dari komputer. Namun kualitas huruf cetakan si tua Thomson tak lekang dimakan zaman. Sebaliknya cetakan dari komputer hurufnya cepat kempes hingga sulit diraba oleh para penyandang disabilitas netra.

Sebelum pandemi, YPWG bisa memproduksi lebih dari 1.000 set Al Quran Braille untuk seluruh Indonesia. Kini produksi turun sampai 50 persen karena jumlah penerima bantuan Al Quran yang ikut menyusut selama pandemi Covid-19.

Teks dan Foto: Prima Mulia

Editor: Redaksi

COMMENTS

//