• Foto
  • Tarian Sunyi Menyusuri Jejak Sukarno di Bandung

Tarian Sunyi Menyusuri Jejak Sukarno di Bandung

Aksi menari enam jam nonstop menyusuri jejak Sukarno di keriuhan jalan-jalan di Kota Bandung. Bagian dari rangkaian Bulan Bung Karno haul “Si Bung” ke-122.

Fotografer Prima Mulia14 Juni 2023

BandungBergerak.id – Gatot Gunawan Djaya Hartono dan M. Rayhan, menari sambil menyusuri jalur pedestrian Palestine Walk di Alun-Alun Kota Bandung, 6 Juni 2023. Anggota komunitas Mataholang ini menari sambil membawa potret Presiden Pertama RI, Sukarno, dan bendera merah putih.

Mereka bergerak dan melenggok perlahan di atas trotoar. Membelah jalur pejalan kaki di pusat kota dengan lalu lalang kendaraan di jam sibuk pagi hari yang riuh. Sejumlah pejalan kaki tak hirau, mereka berlalu sambil terus sibuk dengan ponsel pintar masing-masing.

Tugu Asia Afrika terlalui, Gatot dan Rayhan kini menyusuri samping Gedung Merdeka di Jalan Braga Pendek lalu menyeberang ke Braga panjang. Keduanya berganti peran sebagai pembawa bingkai potret dan bendera. Aksi menari 6 jam nonstop ini jadi rangkaian dari peringatan Bulan Bung Karno, perayaan haul ke-122 tahun si Bung Besar.

"Bulan Juni ini kan hari lahir Pancasila, hari lahir Bung Karno (6 Juni 1901), dan hari wafat beliau (21 Juni 1970), jadi rangkaian Bulan Bung Karno ini juga untuk mengenalkan kembali pemikiran-pemikiran beliau, dan tentu saja mengenalkan kembali sejarah tentang beliau pada generasi yang lebih muda," kata Gatot.

Rangkaian menari 6 jam ini berakhir di Gedung Indonesia Menggugat. Di gedung cagar budaya eks Landraad tersebut Bung Karno bersama tokoh pergerakan lain yakni Maskoen, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Sastromuljono, dan Sartono menjalani persidangan dan dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Pemerintah Kolonial Belanda.

Di gedung yang populer dengan sebutan GIM ini juga melangsungkan pameran buku, foto, dan benda-benda koleksi yang berbau Sukarno. Ada 122 eksemplar buku-buku tua dan majalah menghiasi 2 rak buku yang ada di ruang pamer. Pengunjung bisa membaca semua buku tersebut di tempat.

Di sana juga terpampang 122 bingkai foto hitam putih Bung Karno menempel di dinding. Di antara foto-foto tersebut menampilkan foto Si Bung bersama tokoh-tokoh dunia. Salah satunya  foto Sukarno bersama Presiden John F. Keneddy. Ada juga foto-foto santai Sukarno berkaus oblong di teras kediamannya.

Di lemari, ada benda-benda khusus yang tak bisa disentuh. Ada bendera merah putih yang konon dulunya adalah bendera PNI. Sebuah kamera rangefinder tua, tas koper, foto-foto Bung Karno, dan kaleng rokok merek State Express. Konon merek rokok ini merupakan kegemaran Bung Karno.

"Pameran ini ingin kembali mengingatkan sejarah dan pemikiran-pemikiran Bung Karno pada kaum muda, generasi para pelajar, untuk mengingatkan kembali pemikiran-pemikiran seorang Sukarno yang saya kira masih sangat relevan dengan permasalahan saat ini," kata juru pelihara GIM, Dede Ahmad.

Ada juga diskusi yang digelar di luar rangkaian acara Bulan Bung Karno oleh komunitas lain. Namun pameran bertema sejarah ini kurang banyak diminati para pelajar (SMP/SMA). Yang banyak terlihat hanya para mahasiswa, kalangan pemerhati sejarah yang usianya bukan ABG lagi, dan tentu saja para wartawan.

“Iya, saya lihat tak banyak yang ke sini (pelajar sekolah dasar), kebanyakan mahasiswa. Saya sama teman-teman sengaja datang kesini, selain kami suka berdiskusi tentang sejarah dan politik, kami juga sekalian cari bahan untuk buat tugas," kata Sadam, mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas Pasundan. Mahasiswa pemerhati sejarah dan politik ini sedang mengerjakan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan mengenai sejarah.

Lalu lalang manusia dan kendaraan semakin meriah di kawasan Braga, kawasan art deco yang hectic di jantung kota. Gatot dan Rayhan tetap konsisten menapaki trotoar Braga dengan perlahan, ditengah hiruk pikuk aktivitas perkotaan.

Warga tetap tak hirau, sibuk dengan ponsel pintar mereka, mungkin sambil update status tiap 10 menit. Gatot yang mengenakan piyama biru muda,  bertopeng , sambil membawa bingkai foto Bung Karno, Rayhan bercelana pangsi hitam dan berkaus oblong putih membawa bendera Negara, tetap setia menari dalam sunyi, di keriuhan Jalan Braga.

 

Foto dan teks: Prima Mulia

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//