• Foto
  • Mengenang Mereka yang Pupus

Mengenang Mereka yang Pupus

Pemerintah secara resmi mengumumkan penularan Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020. Tanggal 16 Maret 2020 kasus Covid-19 pertama terkonfirmasi di Bandung.

Fotografer Prima Mulia17 Maret 2024

BandungBergerak.idSunyi senyap di monumen Covid-19 yang menjulang ke langit kawasan Gasibu, Kota Bandung, 13 Maret 2024. Monumen ini berada sejajar di antara bangunan dan bentang alam ikon Bandung, yaitu Gedung Sate, Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, dan Gunung Tangkubanparahu, mirip konsep tata ruang dalam kosmologi Jawa.

Beberapa wisatawan berjalan melewati monumen sambil berfoto sebentar lalu pergi. Sejumlah warga yang tinggal di sekitar monumen terlihat duduk-duduk santai di bawah naungan pohon peneduh. Mungkin karena bulan Ramadan jadi tak ada aktivitas warga di ruang publik ini.

Di tubuh monumen yang dibangun Pemprov Jawa Barat ini terdapat nama-nama yang terpahat di atas 241 tablet batu. Mereka adalah mendiang tenaga kesehatan dan relawan yang gugur saat menangani pandemi Covid-19 di puncak penularan dan kematian tahun 2020 sampai tahun 2021. Wakil Presiden Maruf Amin meresmikan monumen ini pada bulan Desember 2021. Waktu itu banyak tenaga kesehatan dan perwakilan keluarga yang berdoa dan menaruh bunga di bawah nama-nama mereka yang gugur.

Selain monumen, masih banyak penanda atau tempat yang erat kaitannya dengan masa pandemi Covid-19 yang jadi masa-masa sulit dan mengerikan yang pernah dialami umat manusia. Di beberapa pusat perdagangan atau instansi milik pemerintah masih ada instalasi air, bak cuci tangan, dan botol sabun cair yang waktu masa pandemi hukumnya wajib ada dan harus berfungsi.

Di taman-taman kota masih ada plang penanda larangan berkunjung bagi mereka yang demam atau larangan berkumpul secara massal, dan tentu saja wajib masker. Permakaman khusus Covid-19 di TPU Cikadut juga masih sama seperti masa pandemi. Bedanya jika dulu saat puncak penularan dan kematian sibuk dengan nuansa horor permakaman korban Covid selama 24 jam, kini suasananya sunyi dan sangat tenang.

Hari-hari tertentu ramai warga berziarah makam, biasanya akhir pekan dan saat memasuki bulan Ramadan. Makam-makam yang dulu hanya bernisan kayu sekarang sudah berganti dengan semen dan berhias.

Tak semua bersolek, ada beberapa sudut makam yang ditumbuhi ilalang liar dengan nisan kayu yang mulai rusak oleh cuaca. Sebagian besar makam tetap terawat dengan bunga-bunga peziarah masih tergeletak di batu nisan. Ada yang masih segar, ada yang sudah layu.

Sambil berjalan naik turun area pemakaman yang berada di perbukitan ini, saya melihat beberapa petugas permakaman yang dulu selalu bertemu di tahun 2020 sampai awal 2022. Mereka yang selama 24 jam bertugas memakamkan korban Covid-19, kelelahan, dan selalu terancam paparan virus dan kematian. Banyak dari mereka yang dulu positif dan terpapar Covid-19.

Hari ini, saya senang melihat mereka tetap sehat dan bertugas di sana, tentu dalam suasana tak lagi mencekam seperti dulu. Mereka masih tetap mengenali saya, mereka tertawa dan melambai dari kejauhan.

Virus tak akan pernah mati. Dia akan selalu ada dan kembali merebak saat ada pemicu. Termasuk Covid-19 dengan berbagai variannya, mungkin saat ini tubuh manusia sudah beradaptasi hingga efeknya tak lagi fatal. Akhirnya Covid-19 seperti penularan flu biasa saja. Mungkin.

Pemerintah mengumumkan penularan Covid-19 pertama pada 2 Maret 2020 lalu. Pemerintah Kota Bandung mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Kota Kembang pada 16 Maret 2020. WHO menyatakan Covid-19 tak lagi jadi kondisi darurat kesehatan global pada 5 Mei 2023. Kementerian Kesehatan melansir data 6.829.005 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per 24 Februari 2024, dengan korban meninggal sebanyak 162.061 orang per 17 Februari 2024. Secara global virus ini menginfeksi 774.593.066 jiwa yang terkonfirmasi per 4 Februari 2024 dengan 7.028.881 kematian di seluruh dunia.

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//