• Foto
  • Semua Mata ke Rafah

Semua Mata ke Rafah

Aksi solidaritas untuk Palestina terus mengalir dari Bandung. Mahasiswa dan dosen turun ke jalan, para seniman menggelar penampilan.

Fotografer Prima Mulia10 Mei 2024

BandungBergerak.id - Free-free Palestine! From the river to the sea! Palestine will be free!

Yel-yel membahana di tengah cuaca panas yang menyengat ketika sekitar 1.500 orang mahasiswa dan dosen Universitas Muhammadiyah Bandung dan Universitas Aisyiyah Bandung menggelar aksi solidaritas di depan Gedung Sate, Selasa, 7 Mei 2024.

Di barisan depan aksi, para mahasiswi dan mahasiswa membentangkan poster-poster dengan narasi penghentian genosida sambil mengibarkan bendera-bendera Palestina. Satu per satu mahasiswa naik ke podium di mobil komando untuk menyampaikan orasi mengecam agresi militer Israel ke Gaza dan Rafah dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas.

"Banyak kawan-kawan media di sini. Semoga apa yang kita perjuangkan, apa yang kita sampaikan akan tersebar ke seluruh penjuru. Jangan lupa juga sebar di medsos-medsos kalian!" kata salah seorang mahasiswa.

Para dosen tidak mau ketinggalan bergantian menyampaikan orasi. Aksi yang digelar serentak oleh 176 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) di seluruh Indonesia ini ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Bandung Herry Suhardiyanto dan Plh. Rektor Universitas Aisyiyah Bandung Siti Syabariyah.

"Salah satu poin yang diharapkan pada pemerintah adalah mengecam negara-negara yang mendukung Israel melakukan penindasan juga kekerasan terhadap saudara-saudara kita di Palestina," tutur Siti Syabariyah.

Selain aksi solidaritas dengan turun ke jalan, solidaritas untuk Palestina juga dilakukan dengan beragam cara lainnya. Ada penggalangan dana, ada penolakan terhadap produk-produk yang diyakini terhubung dengan Israel. Fani, 20 tahun, mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Aisyiyah Bandung dan Tia, 20 tahun, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung, melakukannya.

"Bentuk dukungan untuk Palestina saya sudah tidak pakai lagi produk-produk makanan, minuman, perawatan wajah termasuk sabun dan sampo buatan pabrik yang terafiliasi dengan zionis Israel," kata Tia.

Sehari berselang, Rabu, 9 Mei 2024, seniman pantomim dan aktivis Wanggi Hoed bersama dua orang penari dari Solidaritas Seni untuk Palestina melakukan aksi All Eyes on Rafah (Semua Mata ke Rafah) dengan berjalan kaki menyusuri Jalan Asia Afrika dari Monumen Dasasila Bandung ke Palestine Walk. Wanggi berdandan ala pejuang Palestina lengkap dengan helm baja karatan dan lilitan keffiyeh, dengan riasan wajah yang kerap diidentikkan dengan wajah mayat yang pucat.

Tiba di Palestine Walk, di bawah mendung yang menggantung di langit, Wanggi mendaki Monumen Bola Dunia lalu mengibar-ngibarkan bendera Palestina di puncak monumen. Megaphone-nya terus menyala lantang. Dua seniman perempuan menari di pelataran. Yang satu berbalut pakaian hitam, membawa poster dan bendera Palestina. Yang seorang lagi memakai pakaian hazmat kuning, mengenakan topeng. Keduanya kemudian menyusul Wanggi mendaki ke puncak monumen.

Aksi tiga seniman dan aktivis ini di monumen yang diresmikan pada 13 Oktober 2018 oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri dan Ekspatriat Negara Palestina Riad Malki ini menarik perhatian para pengendara kendaraan yang melintas perlahan di Jalan Asia Afrika. Para pejalan kaki, wisatawan domestik, dan wisatawan asing sibuk merekam aksi ini melalui ponsel mereka sejak dari Monumen Dasasila sampai ke Palestine Walk.

"Free-free Palestine! From the river to the sea! Palestine will be free!' teriak Wanggi dari atas monumen.

Matahari semakin tergelincir ke barat, dan megaphone terus saja berisik menyuarakan solidaritas untuk Palestina. Semua mata ke Rafah.

 

Foto dan teks: Prima Mulia

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//