Transformers dari Ciamis
Ropiana Muntaha awalnya pengamen cosplay robot-robot Transformers di Alun Alun Bandung. Bikin bikin kostum robot sendiri. Meledak di pasaran.
Ropiana Muntaha awalnya pengamen cosplay robot-robot Transformers di Alun Alun Bandung. Bikin bikin kostum robot sendiri. Meledak di pasaran.
BandungBergerak.id - Gerimis berbalut kabut tebal menyertai perjalanan menuju dataran tinggi di perbatasan Tasikmalaya dan Ciamis ke arah Panjalu. Beberapa kali salah jalan di persimpangan jalan desa di punggungan bukit, jalan sempit berliku itu akhirnya berakhir persis di ujung perkampungan. Beberapa rumah bergaya arsitektur tahun 1950-an berdiri kokoh di antara lahan pertanian dengan bukit-bukit berkabut di belakangnya.
Ropiana Muntaha (26 tahun ) bergegas memanggul kostum robot warna merah dengan sedikit aksen emas, hitam, dan silver, melewati jalan kampung di Desa Maparah, Kecamatan Panjalu, Ciamis, 3 Agustus 2024.
"Ini mau dirangkai dulu sambil uji coba. Nanti siang mau dikirim ke pemesan, mumpung hujan sudah berhenti," katanya.
Beberapa bagian robot yang masih belum diwarna berjajar di emper dan teras sebuah rumah berkelir hijau yang dikontrak Ropiana untuk bengkel kerja dan tempat tinggal para pekerja yang juga kawan-kawannya sekampung. Di ruang dalam Ahmad (26 tahun) dan Adi (18 tahun) tampak memotong dan menempelkan bagian-bagian lengan dan kepala robot sesuai pola. Di teras luar Uweng (28 tahun) mewarnai detail kepala robot menggunakan pen brush.
"Yang lain masih tidur, semalam begadang bikin rangka," kata Ahmad.
Bahan seluruh bagian robot terbuat dari lembaran tipis EVA foam yang lentur, teksturnya mirip insole sepatu sport. Menurut istilah lokal disebut spons ati. Rangka robot terbuat dari logam seperti baja ringan agar kuat menopang tubuh penggunanya.
Tiga buah kostum robot berjajar rapi di teras rumah, tingginya ada yang dua meter dan dua setengah meter, kepala robot nyaris menyentuh langit-langit rumah. Robot-robot itu bentuknya menyerupai karakter robot Transformers Optimus Prime dan Bumblebee.
Harganya di kisaran 6,5 juta rupiah sampai delapan setengah jutaan rupiah. Semua proses dikerjakan oleh delapan pegawai. Sebulan mereka menyelesaikan 4-5 kostum robot. Ropiana menamai workshop atau bengkel kerjanya Cosmake Heroic. Kostum robot buatannya banyak dipesan kolektor perorangan, toko mainan, dan pusat pertokoan. Kostum buatannya pernah dibeli oleh orang Qatar. Beberapa pesanan dari luar negeri terpaksa ditolaknya saat ini karena terkendala ongkos kirim yang jauh lebih mahal dari harga jual kostum robotnya.
"Pengiriman ke daerah-daerah seperti Aceh, Riau, Bali, Balikpapan, dan beberapa kota di Jawa dan ada juga ke luar negeri seperti ke Qatar,” katanya.
Pengiriman ke Qatar dilakukan melalui Malaysia untuk menghemat ongkos kirim. Pemesannya adalah perusahaan event organizer. Pengiriman di dalam negeri dilakukan melalui ekspedisi. Ada juga yang mengambil sendiri.
Pemuda asal Garut ini pada awalnya mencoba mengadu nasib di Kota Bandung. Ia berjualan sosis bakar di sekitar Alun Alun Bandung. Saat itu mulai banyak pengamen cosplay superhero, hantu, dan tokoh-tokoh anime di kawasan alun-alun. Para pengamen cosplay itu seperti adu kostum paling bagus untuk menarik wisatawan atau anak-anak berfoto. Sekali foto ada yang membayar 2.000 rupiah, 5.000 rupiah, atau 10.000 rupiah, tidak ada patokan. Semakin bagus kostum semakin senang warga atau wisatawan berfoto, makin penuh juga pundi-pundi si pengamen cosplay.
Ropiana pun banting stir jadi pengamen cosplay, hampir tiga tahun ia mencoba peruntungannya di panggung pameran kostum jalanan di sekitar Alun Alun Bandung dan sekitar Jalan Sukarno. Waktu itu harga kostum robot terbilang mahal, antara 10 juta rupiah sampai 12 jutaan rupiah.
“Mahal tapi kurang mirip dan kurang luwes rangkanya. Jadi saya coba bikin sendiri, ngamen cosplay sendiri," ujarnya.
Ia berpikir kenapa tidak mencoba buat kostum robot yang lebih serius. Ropiana memutuskan pulang kampung pada tahun 2015. Tidak pulang ke Garut ia memilih untuk memulai usahanya di kampung istrinya di Desa Maparah, Ciamis. Ropiana banyak belajar sendiri berdasarkan tutorial di youtube.
Ia mengajak teman-temannya di kampung yang dulu sama-sama pernah mengadu nasib di Kota Bandung. Usahanya semakin berkembang sampai sekarang di bawah bendera Cosmic Heroic sebagai merek dagang robot-robot buatan mereka.
Langkah berani Ropiana bersama kawan-kawannya pulang kampung lalu berkarya dari desa mereka sendiri berbuah hasil yang sangat positif. Mereka tak perlu bersaing ketat karena tak banyak pembuat kostum robot berkualitas di Jawa Barat. Mereka tak perlu lagi mengadu nasib ke kota.
Sebaliknya, persaingan pengamen cosplay di kota-kota besar seperti Bandung malah semakin ketat. Sepanjang bulan Juli sampai awal September 2024 tak lagi kelihatan robot-robot besar di panggung pameran kostum jalanan di sekitar Jalan Sukarno. Tahun lalu masih terlihat tiga robot yang kerap ngamen di sini.
Hanya ada satu pengamen cosplay robot berwarna kuning di sana, di antara pengamen kostum berkarakter hantu dan anime. "Tinggal saya yang pakai kostum robot Transformers di sini. Dulu memang banyak ada beberapa," kata Ujang (57 tahun), pengamen cosplay yang juga kebetulan berasal dari Ciamis.
Ujang biasa mengamen menjelang sore karena pagi ke siang belum ramai oleh wisatawan. Ujang mengaku mendapatkan penghasilan lumayan dari ngamon robot. “Masih banyak yang mau selfie dengan robot terutama anak-anak,” katanya.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS