• Foto
  • Sidak Panik Sampah Organik Astanaanyar

Sidak Panik Sampah Organik Astanaanyar

Sidak Panik singkatan dari kalimat berbahasa Sunda Simpen Candak Jemput Sampah Organik. Sidak Panik sebagai respons kesulitan masyarakat dalam mengelola sampah.

Fotografer Prima Mulia19 Oktober 2024

BandungBergerak.id - Hamdani (36 tahun) dan Soleh Sukmana (25 tahun) berjalan menyusuri setiap sudut dan lorong gang di permukiman padat Kampung Liogenteng, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, 2 Oktober 2024.

Berbekal kotak sampah beroda dengan ukuran cukup besar, mereka mengambil kantung-kantung sampah organik dan sisa makanan yang menggantung di pagar atau dinding-dinding rumah warga.

Beberapa orang warga yang sudah tahu jadwal pengambilan sampah biasanya sudah menunggu di depan rumah, atau mereka sudah menyimpannya dalam kantung digantung di pagar atau disimpan dalam ember plastik Kang Empos. Nanti petugas tinggal mengambilnya.

Petugas Gober Kelurahan Nyengseret ini setiap hari mengumpulkan sekitar 80-100 kilogram sampah organik di empat wilayah RW sekitar Liogenteng. Pihak kelurahan menggandeng pemuda karang taruna setempat dan komunitas One Six di RW 05 yang mengelola rumah maggot.

Di rumah maggot, Dicky (30 tahun) dan Ricky (23 tahun) tak kalah sibuk. Ricky bertugas memberi pakan maggot berupa sampah organik yang sudah terfermentasi. Sedangkan Dicky memeriksa tumpukan sisa uraian sampah organik yang mulai mengering yang disebut kasgot.

"Masih ada maggotnya ini, ada yang besar cocok buat pakan ternak ayam atau ikan, yang maggot warna hitam kita pisah untuk pembibitan lalat BSF atau black soldier fly (Hermetia illucens), ada lagi maggot yang kecil-kecil cocok buat pakan burung. Maggot kecil ini karena kualitas sampah organiknya kurang baguslah, jadi stunting dia," ujarnya sambil terkekeh saat panen maggot.

Mereka bisa panen maggot antara 10-50 kg per hari jika cuaca mendukung. Volume panen bergantung dari kondisi cuaca. Panen telur BSF bisa dilakukan tiga hari sekali. Harga maggot 5.000 rupiah untuk ukuran kecil, yang sedang 6.000 rupiah, dan yang besar 8.000 rupiah per kg. Dicky dan Ricky adalah potret pemuda di Liogenteng yang sadar pentingnya memilih dan memilah sampah yang sangat berdampak pada lingkungan kampung mereka.

"Di rumah juga sudah memilah sampah jadi tidak semua harus berakhir di pembuangan," kata mereka.

Sejak Juni tahun 2023 sampai sekarang, Kelurahan Nyengseret bisa mengurangi produksi sampah anorganik yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir Sarimukti dengan total volume lebih dari 18 ton. Sampah anorganik tersebut disetor ke Bank Sampah Berseri. Sampah organiknya mulai dikelola sendiri oleh masing-masing RW.

Setelah metode Kang Empos (karung ember komposter) tersendat karena minimnya lahan pemilahan sampah di masing-masing rumah warga dan sempitnya waktu, kini inovasi antarjemput sampah organik untuk mengatasi sampah-sampah hijau atau sisa makanan di Kelurahan Nyengseret yang disebut Sidak Panik digulirkan sejak September 2024.

Sidak Panik singkatan dari kalimat berbahasa Sunda Simpen Candak Jemput Sampah Organik, artinya simpan ambil jemput sampah organik. Sidak Panik sebagai respons terhadap permasalahan yang disampaikan masyarakat bahwa mereka kesulitan mengelola sampah secara mandiri di lahan yang sempit.

“Jadi sekarang warga tinggal memilah sampah organiknya. Kumpulkan di ember sampah atau kantung plastik, lalu berikan pada petugas Sidak Panik yang keliling untuk menjemput sampah, ada juga yang menggantungnya di pagar rumah nanti petugas yang mengambil," kata Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Nyengseret, Fahmi Hafizah Noviyanti.

Sistem jemput sampah Sidak Panik ini diberlakukan di tujuh RW di Kelurahan Nyengseret dengan jadwal disesuaikan. Bahkan jika ada warga yang ingin sampah organiknya diambil di luar jadwal pengambilan bisa memintanya secara online melalui Instagram layanan Sidak Panik.

"Kendala awalnya ada karena pola masyarakat terbiasa tinggal buang nggak perlu pusing pilah, dengan edukasi rutin kita giring warga untuk memilah, menabung sampah plastik di bank sampah, nanti sampah organiknya dijemput petugas, jemput bola kita,” kata Ketua LPM Kelurahan Nyengseret. 

“Bisa jalan sekarang, jadi warga ke kelurahan bukan hanya ngurus administrasi, ngurus bansos, tapi juga jadi nasabah bank sampah," lanjutnya.

Setiap dua pekan, sekitar setengah ton sampah non organik bisa terkumpul di Kelurahan Nyengseret lalu disetor ke Bank Sampah Berseri.

Memasuki akhir tahun 2024 Wilayah Bandung Raya (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung) kembali terancam lumpuhnya sistem penanganan dan pembuangan sampah akibat TPA Sarimukti tak mampu lagi menampung volume sampah Bandung Raya. Area landfill sampah di Sarimukti sudah overload sampai 1.000 persen

Menurut data yang dilansir pemerintah volume sampah yang dibuang ke Sarimukti sekitar 1.750 ton sampah per hari. Tak beda jauh dengan perkiraan sebelumnya sekitar 2.000 ton per hari. Dari jumlah total produksi sampah harian Bandung Raya tersebut setengahnya berupa sampah organik. Di Sarimukti sendiri ada pemulung khusus sampah organik, sampah-sampah sisa makanan ini laku dijual untuk pakan ternak ikan di jaring apung.

Sistem penanganan sampah mandiri di Liogenteng sangat mungkin untuk diterapkan di permukiman lain di wilayah Bandung Raya, terutama di permukiman padat penduduk. Jemput bola sampah organik dan dorongan untuk jadi nasabah bank sampah di kelurahan masing-masing bisa jadi celah untuk merubah pola pengelolaan sampah dari hanya sekedar membuang jadi memilah dengan cara yang mudah dan simpel. 

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//