Harum Roti dari Lorong Kopo
Roti-roti produk pabrik rumahan di Kopo kini harus bersaing dengan pabrik-pabrik roti raksasa. Mereka bertahan dengan caranya sendiri.
Roti-roti produk pabrik rumahan di Kopo kini harus bersaing dengan pabrik-pabrik roti raksasa. Mereka bertahan dengan caranya sendiri.
BandungBergerak.id - "Cobain ini roti kopyor yang baru keluar oven, masih panas dan wangi, enak sekali," kata Sutarno (41 tahun), salah seorang pembuat sekaligus pemilik pabrik roti rumahan dengan merk Sawargi di Gang Babakan Rahayu, Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, 17 Juli 2024.
Aroma harum roti yang sedang dipanggang dan baru keluar oven pemanggang memang harum tercium di lorong-lorong gang di wilayah RW 06 Gang Babakan Rahayu. Semakin sore aktivitas pembuatan roti semakin intens.
Pagi hari biasanya aktivitas dimulai dengan menyiapkan loyang, membuat adonan berbahan terigu, ragi, garam, mentega, gula pasir, bread improver, dan bahan pengawet makanan. Menjelang siang roti mulai masuk pemanggang yang akan berlangsung sampai sore hari.
Tanggal 3 September 2024 BandungBergerak kembali menyambangi pabrik-pabrik roti di Babakan Rahayu. Siang itu pekerja-pekerja mulai memeriksa roti-roti yang sedang dipanggang. Roti yang baru keluar oven didinginkan selama tiga jam. Setelah dingin, roti masuk ke meja-meja pengirisan yang dilakukan oleh enam sampai delapan orang pekerja. Dalam cahaya remang, mereka melakukan proses pengirisan dan pengemasan roti.
Pabrik roti Mekarsari 99 sehari bisa memproduksi 20 karung roti manis. Sekarung roti bobotnya sekitar 25 kilogram, setara dengan 38 kresek roti, setiap kresek berisi 10 bungkus roti. Rata-rata pabrik roti memproduksi antara 30-35 karung roti sehari.
Pabrik roti Putri Sawargi mengolah sedikitnya tiga karung terigu untuk adonan pembuatan roti per harinya. Pabrik roti ini mengandalkan tiga orang pekerja untuk membuat dan mengemas roti manis.
Tumpukan roti-roti yang sudah dikemas lalu diangkut pakai gerobak-gerobak ke depan mulut gang di Jalan Kopo. Di sana truk atau mobil-mobil boks dari wilayah Bandung dan kota-kota lain di Jawa Barat sudah menunggu. Semakin malam semakin ramai aktivitas pengantaran roti dari pabrik sampai ke mobil pengangkut di mulut gang.
Gang Babakan Rahayu adalah kampung sentra produksi roti rumahan yang mulai berkembang sejak tahun 1970-an. Roti Sawargi sendiri sudah ada sejak era tahun 1980-an. Menurut Sutarno, saat ini pabrik roti rumahan jumlahnya sekitar 30-an dari semula 40-an home industry. Dampak pandemi Covid-19 masih cukup telak memukul sektor usaha UMKM di kampung roti Babakan Rahayu.
Satu lagi pukulan lain adalah munculnya roti-roti dari pabrikan makanan raksasa yang menyasar segmen pasar roti-roti tradisional buatan Gang Babakan Rahayu. Dengan kemasan modern dan menarik serta masa kedaluwarsa yang lama, roti-roti buatan pabrikan besar itu dijual dengan harga 2.000-3.000 rupiah per bungkus.
Di ujung gang ada dua distributor roti yang menyediakan semua produk dari sentra roti Babakan Rahayu. Selain itu ada juga dus-dus besar dari roti buatan pabrik besar yang jauh lebih modern. Beberapa gerobak tampak membawa dus-dus besar roti pabrikan dari truk milik pabrik ke gudang milik bandar roti di Gang Babakan Rahayu.
Produk roti Babakan Rahayu harganya terbilang murah. Mulai dari jenis roti-roti manis isi kacang hijau, isi parutan kelapa (kopyor), roti bangket, dan roti bantal yang dibandrol 2.500-3.000 rupiah per bungkus (isi enam kerat). Jenis roti lain seperti roti kadet dan roti tawar harganya 5.000 rupiah sebungkus. Pembeli bisa datang langsung ke pabrik, mau beli satuan atau lusinan bebas saja. Dengan masa kedaluwarsa kurang dari lima hari.
Selain roti Sawargi ada merek Putri Sawargi, roti Mekarsari 99, Rahayu, dan Kurnia. Pabrik-pabrik roti rumahan ini letaknya berdekatan alias tetanggaan. Beberapa di antaranya masih berkerabat dekat. Seperti merek roti Sawargi dan Putri Sawargi adalah pabrik roti milik ibu dan anak.
Dengan kemasan plastik dan tulisan merek diatas kertas biasa, sangat sederhana, para pembuat roti di Gang Babakan Rahayu tetap yakin mampu bersaing dengan roti-roti modern yang membanjiri pasar, toko, warung, dan minimarket. Mereka percaya dengan para pelanggan setia dan ceruk pasar roti tradisional yang masih terjaga sampai sekarang di seluruh Jawa Barat selama 44 tahun terakhir.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS