Wangi Tanah Terbakar
Ribuan genting yang digunakan dalam gelaran Rampak Genting 2024 di Jatiwangi, Majalengka ini akan disumbangkan untuk pembangunan salah satu pesantren.
Ribuan genting yang digunakan dalam gelaran Rampak Genting 2024 di Jatiwangi, Majalengka ini akan disumbangkan untuk pembangunan salah satu pesantren.
BandungBergerak.id - "Dalam diri tungku api, bara menjelma doa, dalam diri tungku api, api menjadi cinta". Syair lagu berjudul Tungku Api itu membahana di bawah guyuran hujan yang terus membasahi tanah Jatiwangi, Majalengka, Senin sore, 11 November 2024.
Lagu Tungku Api dinyanyikan oleh lebih dari 3.500 orang di area eks pabrik gula Jatiwangi. Nyanyian ini diiringi pukulan ritmis ribuan genting, teranika (xylophone keramik), dan tambur dari gentong gerabah. Mereka mengikuti perhelatan Rampak Genting, sebuah perayaan tahun tanah yang digelar setiap tiga tahun sekali oleh masyarakat Jatiwangi.
Direktur Museum Genting Ila Syurkila dan salah seorang penggagas Jatiwangi Art Factory seniman Yudi Syarif mondar-mandir untuk memastikan lancarnya festival. Begitu juga dengan Oman, vokalis grup musik tanah The Talawengkar ini juga tak kalah sibuk memastikan barisan peserta Rampak Genting tetap kompak mengikuti tempo sesuai aransemen musik perkusi yang sudah dilatih sebelumnya.
Ribuan orang berpartisipasi, hujan yang turun cukup lebat tak menyurutkan langka dan semangat mereka. Menggigil kedinginan di bawah balutan jas hujan warna warni, para pelajar, ibu-ibu PKK dari sejumlah desa di Jatiwangi, buruh jebor, sekelompok polisi, dan ASN Disparbud Majalengka, warga masyarakat dari luar daerah, serta peserta asing dari beberapa negara, terus mengikuti arahan konduktor untuk menyuarakan syair dan sambil memukul genting dengan tempo tertentu.
Dalam kondisi basah, penonton tetap antusias berdatangan memadati lapang rumput berlatar cerobong asap raksasa pabrik gula Jatiwangi, meskipun lapangan tergenang air semata kaki. Penonton berbaur dengan para peserta Rampak Genting, diantara mereka terlihat Pj Gubernur Bey Machmudin yang ikut memukul genting sambil berjalan hilir mudik di antara peserta.
Suasana makin riuh saat tarian kolosal yang melibatkan sejumlah partisipan dari Majalengka, Bandung, dan para "atlet" binaraga jebor, memberi warna lain dalam hajatan tanah di sentra industri genting tanah liat terbesar di Indonesia ini, bahkan disebut terbesar di Asia Tenggara. Rampak Genting tahun 2024 mengusung tema Kerja Tanah.
Ini adalah tahun ke lima Rampak Genting digelar sejak pertama kali digelar tahun 2012 lalu sebagai wujud syukur sekaligus sebagai bentuk penghormatan masyarakat atas tanah yang memberi "kehidupan" untuk masyarakat Jatiwangi, dan Majalengka pada umumnya.
"Rampak Genting ini tempat kami latihan bersyukur dan menghormati tempat tinggal, tempat lahir, tempat kami besar. Jadi kami tidak ingin hanya menumpang hidup, makan, dan segala hal tapi kami juga ingin menghormati tanah. Kami ingin tradisi ini menjadi lebih kreatif dan inovatif, untuk diwariskan ke generasi yang akan datang," kata Ginggi Syarif Hasyim, dari Jatiwangi Art Factory (JAF).
Ade Novi menikmati alunan syair dengan iringan ritmis musik genting. "Ikutan juga nyanyi syairnya tapi gak hafal semua," katanya. Ade novi datang berombongan bersama kawan-kawannya, pelajar salah satu SMA di Jatiwangi ini sangat antusias mengikuti seluruh jalannya acara, dibawah guyuran hujan gadis berjas plastik biru ini tak lelah berkeliling dari sudut ke sudut untuk merekam momen unik ini dengan gawainya.
Ribuan genting yang digunakan dalam gelaran Rampak Genting 2024 ini nantinya akan disumbangkan untuk pembangunan salah satu pesantren di Desa Kulur, Majalengka. Tahun 2022 Rampak Genting Jatiwangi tampil memukau di festival seni kontemporer bergengsi Documenta fifteen di Kassel, Jerman.
Hari semakin sore mendekati waktu maghrib, artinya hajatan tanah Rampak Genting akan segera berakhir. Rintik hujan semakin mengecil, sayup-sayup masih terdengar syair lagu Tungku Api bergema di keheningan senja, jagalah tetap menyala, angin meniup wangi tanah terbakargin meniup wangi tanah terbakar.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS