Sepekan Banjir Sungai Citarum
Kampung Cijagra dan Bojongasih menjadi daerah langganan banjir karena luapan Sungai Citarum. Warga berharap perhatian dari pemerintah.
Kampung Cijagra dan Bojongasih menjadi daerah langganan banjir karena luapan Sungai Citarum. Warga berharap perhatian dari pemerintah.
BandungBergerak.id - "Tolong ya disampaikan ke Gubernur yang baru atau pejabat lainnya, gimana ini masalah banjir di Cijagra, selalu begini tiap musim hujan. Lihat Baleendah sekarang tidak banjir lagi banyak sumur-sumur resapan baru (danau retensi atau polder pengendali banjir), tolong disampaikan ya unek-unek emak ke pejabat," kata Tina (82 tahun), di atas perahu yang mengantarnya pulang ke rumah menembus banjir luapan Sungai Citarum di Kampung Cijagra, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, 29 November 2024.
Kampung Cijagra jadi salah satu permukiman yang terus-terusan terendam banjir akibat meluapnya Sungai Citarum dan anak-anak sungainya selama dua pekan terakhir ini di wilayah selatan Bandung. Kata-kata Tina ditujukan kepada pemenang Pilkada Serentak 2024 baik gubernur maupun bupati.
Selain di Kampung Cijagra, Kampung Bojongasih di Kecamatan Dayeuhkolot juga terus-terusan tergenang banjir 'isi ulang'. Baru surut sebentar besoknya tergenang lagi. Mobilitas warga pun terganggu karena jalan tak bisa dilalui kendaraan bermotor. Warga harus naik perahu, rakit, atau berjalan kaki menembus banjir dengan tinggi muka air 40 sentimeter sampai 150 sentimeter.
Sebagian warga Kampung Cijagra juga terpaksa menggunakan perahu karena jalan desa tak bisa dilalui kendaraan bermotor. Warga yang pergi bekerja dan anak-anak sekolah harus naik perahu dari rumah mereka menuju ke Jalan Raya Bojongsoang. Gapura jalan masuk desa jadi dermaga perahu dadakan. Sekali naik perahu dari rumah ke jalan raya ongkosnya 5.000 rupiah. Tinggi muka air di Cijagra mulai dari 20 sentimeter sampai 120 sentimeter.
Kampung ini banyak memiliki kolam-kolam pembibitan ikan konsumsi dan kolam pemancingan, jadi otomatis ikan-ikan tersebut menyebar ke seluruh wilayah terdampak banjir. Di jalan desa yang tergenang banyak warga sengaja berjalan kaki sambil menjaring ikan (ikan mas dan nila). Di teras-teras rumah juga warga memasang jaring sirib jadi tidak perlu berbasah-basah turun ke jalanan banjir.
BandungBergerak melakukan reportase visual selama lima hari pada tanggal 21 dan 22 November, 24 dan 25 November, dan 29 November. Sejumlah desa di Kecamatan Bojongsoang dan Dayeuhkolot jadi wilayah paling terdampak banjir, termasuk banjir bandang ke permukiman akibat tanggul jebol di Desa Citeureup, Dayeuhkolot.
Hujan dengan intensitas tinggi dan alih fungsi lahan di daerah resapan air memicu bencana hidrometeorologi di wilayah Bandung yang umumnya terjadi pada bulan Oktober-Desember. Dalam siaran resmi BPBD Kabupaten Bandung, banjir melanda delapan kecamatan yaitu Dayeuhkolot, Bojongsoang, Balendah, Paseh, Solokan Jeruk, Majalaya, Soreang, dan Kertasari. Menyebabkan 2.014 rumah tergenang, 35.262 jiwa terdampak, empat orang luka ringan, dan satu orang hilang terseret arus banjir.
BNPB juga telah mengirimkan dukungan logistik berupa perahu karet, perahu fiber, paket sembako, makanan siap saji, makanan bayi, hygiene kit, selimut, velbed, matras, tenda pengungsi dan tenda keluarga, pompa alkon, genset, lampu portable, sandbag, dan peralatan kebersihan material banjir. Dalam siaran resminya, BNPB memberikan dukungan Dana Siap Pakai untuk Kabupaten Bandung sebesar 300 juta rupiah dan untuk BPBD Provinsi Jawa Barat sebesar 200 juta rupiah.
Perahu
Di atas perahu, Use dengan tenang membuka pagar rumah dan mendorong perahu melewati pintu pagar yang tergenang banjir. Pria 70 tahun ini usai mengantar emak Tina pulang ke rumahnya.
"Dulu daerah Cigebar dan Cijagra ini nggak banjir. Waktu itu aliran Sungai Citarumnya masih belum diluruskan (sebelum penyodetan yang membentuk oxbow Bojongsoang sekarang), setelah sungainya diluruskan malah banjir sampai sekarang," ujarnya.
Use mengenang banjir besar Sungai Citarum tahun 1986 yang merendam wilayah Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. Batas air sampai ke tugu Baleendah (wilayah dengan dataran lebih tinggi di dekat daerah Gunung Batu Pasir Paros).
Waktu itu banjir melumpuhkan hampir seluruh wilayah Baleendah. Luas genangannya sekitar 7.400 hektare. Tahun 1986 mulai dilakukan proyek normalisasi sungai dengan penyodetan dan pengerukan. Proyek normalisasi Sungai Citarum tak pernah berhenti, terus berjalan sampai saat ini dengan nama program berganti-ganti.
Use merasakan semua dampak dari program-program Citarum tersebut. Saat ini pun Use masih setia mengantar warga beraktivitas selama bencana banjir melanda desanya, masih sama seperti dulu-dulu.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS