Bara Warga di Kampung Pulo Kuntul
Warga yang tergabung di Jaringan Tanpa Asap Batu Bara Indramayu (Jatayu) merasakan dampak buruk PLTU batu bara. Perjuangan panjang mereka berbuah hasil.
Warga yang tergabung di Jaringan Tanpa Asap Batu Bara Indramayu (Jatayu) merasakan dampak buruk PLTU batu bara. Perjuangan panjang mereka berbuah hasil.
BandungBergerak.id - Warti mencabut gulma dari tanaman padi di sawah garapannya di Kampung Pulo Kuntul, Desa Mekarsari, Kecamatan Patrol, Indramayu, Minggu pagi, 22 Desember 2024. Perempuan 40 tahun ini bekerja bersama empat orang petani penggarap lain. Di belakang mereka tampak kampung Pulo Kuntul dan cerobong asap PLTU Indramayu 1 kapasitas 3 x 330 megawatt yang berdiri di area seluas 83 hektare. Asap berwarna kehitaman mengepul dari cerobong Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut.
Di beberapa petak sawah embun masih menggantung di pucuk-pucuk padi berusia sekitar sebulan, warnanya menguning dan layu. Padahal air irigasinya cukup. Di area pertanian lain, Mistra (40 tahun) melempar butiran pupuk segenggam demi segenggam di area kebun bawang merah garapannya. Di sana ada kebun bawang merah, jagung, dan sawah. Letaknya dekat dengan pesisir laut. Sawah dan kebun garapan warga ini semakin terkikis oleh abrasi laut.
"Nggak bisa melaut ombaknya terlalu besar. Saya nggak bisa cari rebon lagi, sekarang 100 persen ngurus tani saja dulu," kata Mistra.
Gelombang tinggi menghajar pesisir utara Jawa sejak beberapa bulan terakhir. Abrasi dan banjir rob kerap melanda kawasan pesisir, termasuk di wilayah Kandanghaur dan Patrol di Indramayu. Warga Kampung Pulo Manuk yang biasanya mencari udang rebon di pesisir di samping bercocok tanam kini harus setop dulu melaut.
Sudu (alat penangkap rebon) diistirahatkan di gudang sedangkan meja-meja penjemuran rebon saat ini dipakai untuk penjemuran hasil panen bawang merah. Kecamatan Patrol termasuk Desa Mekarsari selama ini dikenal sebagai penghasil terasi rebon dan bawang merah di Jawa Barat.
Senin pagi, 23 Desember 2024, Ramini tengah manggantung ikatan-ikatan bawang merah hasil panen di atap rumah. Ibu dua anak berusia 60 tahun ini salah satu pegiat di organisasi Jaringan Tanpa Asap Batubara Indramayu (Jatayu), seperti juga Warti dan Mistra.
"Ya begini suasana di Pulo Kuntul sekarang, proyek PLTU Indramayu 2 batal tapi kan kita nggak tahu ke depannya seperti apa. Semantara PLN kan sudah membebaskan lahan-lahan rakyat yang dulunya untuk keperluan proyek PLTU. Pencemaran lingkungan terus berjalan dari buangan limbah PLTU Indramayu 1," kata Ramini.
Saya pertama kali bertemu Ramini saat aksi unjuk rasa warga Desa Mekarsari di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung tahun 2017 saat sidang putusan konflik warga dengan negara terkait rencana pembangunan PLTU batu bara Indramayu 2 di desa mereka. Waktu itu warga Mekarsari menang yang berbuah batalnya pembangunan PLTU Indramayu 2 kendati tanah-tanah warga seluas hampir 300 hektare sudah dibebaskan.
Ramini salah satu warga yang sejak awal menolak pembangunan PLTU. Ketika aksi-aksi penolakan, Ramini selalu membawa anaknya yang masih kecil ke persidangan di PTUN. "Dulu masih kecil, sekarang sudah 14 tahun," kata Ramini, seraya menunjuk ke anaknya yang diberi nama Aini April, dia masih sekolah di SMP.
Kakak Aini sekolah di SMK. Kedua anak Ramini, termasuk suaminya, pernah terkena penyakit paru. Dokter mendiagnosa ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Akibat penyakit tersebut, bapak dan anak mengalami batuk-batuk. Hasil rontgen menunjukkan terdapat flek hitam di paru mereka. Udara tercemar dengan indeks kualitas buruk termasuk salah satu penyebab penyakit paru atau ISPA.
"Sejak PLTU Indramayu 1 mulai beroperasi, sebelum ada itu sehat-sehat saja. Warga yang lain juga banyak kena sakit paru, termasuk yang di Tegal Taman, Sukra, karena desanya kena dampak langsung asap pembuangan batu bara seperti di sini," kata Ramini.
Kami ngobrol sambil berjalan keliling kampung, di kejauhan cerobong asap PLTU terus mengeluarkan asap kehitaman. Para petani tetap asyik bekerja menggarap sawah dan kebun-kebun sayuran mereka. Di seluruh pelosok Kampung Pulo Kuntul banyak sekali meja-meja penjemuran rebon yang berubah fungsi jadi meja penjemuran bawang merah, sementara warga tak bisa mencari rebon karena gelombang tinggi.
Beberapa warga tampak berkumpul sambil menikmati sarapan pagi. Sejumlah warga yang lain tengah bersiap pergi ke sawah dan kebun. Di jalan kampung para petani hilir mudik naik sepeda dan sepeda motor menuju sawah dan kebun garapan mereka.
"Saya mau ke kebun diantar anak ini, kan mau panen bawang merah. Nanti ke sana ya," kata Warti, salah seorang petani penggarap di lahan bekas proyek PLTA Indramayu 2. Para petani akan melewati mural perlawanan dengan tulisan udara bersih untuk anak cucu kita saat pergi ke sawah dan kebun mereka.
Menurut koordinator Jatayu, Karmudi (44 tahun) yang akrab disapa Tekor, walau saat ini situasi bisa dibilang cukup kondusif pascawarga Mekarsari menang gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara tahun 2017 yang berbuah Jepang mundur dari rencana proyek pembangunan PLTU Indramayu 2, organisasinya tetap guyub menolak pembangunan pembangkit listrik tenaga uap batu bara di daerahnya. Mereka tetap melakukan pertemuan rutin untuk merawat soliditas dan wawasan warga.
Kenyang dengan iming-iming duit damai dan kriminalisasi para anggotanya justru setelah PTUN memenangkan gugatan warga. Jatayu tetap berjuang menolak energi kotor PLTU batu bara demi mempertahankan ruang hidup mereka. Itu pernyataan tegas yang diungkap Tekor mewakili warga kampung di halaman warung miliknya di Desa Mekarsari.
"Kita tetap nolak pembangunan pembangkit listrik di area yang sudah dibebaskan itu dalam bentuk apa pun. Gimana kalau PLTU Indramayu 2 itu jadi berdiri di sana, jaraknya hanya hitungan meter dengan kampung dan lahan garapan warga, mau seperti apa nantinya itu,” terangnya.
Dampak merusak PLTU terhadap kesehatan tidak tanggung-tanggung, selain berdampak buruk pada pertanian. Menurut Tekor, banyak warga Pulo Kuntul, Tegal Taman, Sukra yang kena sakit flek paru. Mekarsari dan Tegal Taman paling terdampak polusi asap PLTU.
“Yang sakit pernapasan sama yang paru-parunya ada flek itu banyak. Dulu saya datengin ke Puskesmas Sukra itu pada bungkam petugasnya, nggak mau kasih data. Padahal saya dapat bocoran dari pihak kesehatan," papar Tekor.
Dari diskusi publik bertajuk "Co-firing biomassa: Tipu-tipu Pensiun Dini PLTU yang digagas LBH Bandung, Walhi Jawa Barat, Trend Asia, bekerja sama dengan PLEADS Unpad di Bandung, 5 November 2024, terungkap adanya peningkatan penyakit ISPA pada warga termasuk bayi dan balita pada rentang tahun 2019-2021 di Kecamatan Patrol dan Sukra (BandungBergerak.id 11 November 2024).
Kasus ispa yang menyerang bayi dan balita di kecamatan patrol pada tahun 2019 sebanyak 145 kasus, meningkat jadi 289 kasus pada 2021 (data Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu). Data ini belum termasuk orang dewasa yang juga banyak terserang ISPA.
Dampak terhadap Pertanian dan Hasil Laut
Tanah warga yang sudah digusur PLN untuk proyek PLTU Indramayu 2 hampir 300 hektare yang akhirnya urung dibangun dan kini dimanfaatkan warga untuk bertani. PLTU Indramayu 1 beroperasi tahun 2011. Setelah beroperasi, hasil tangkapan nelayan ikan dan rebon serta hasil panen padi dan palawija di Mekarsari terjun bebas.
Menurut Ramini, dulu sebelum ada PLTU Indramayu seorang nelayan bisa nyudu udang rebon sampai 100 kilogram sehari, saat gelombang tinggi saja masih bisa dapat 50 kilogram rebon. Saat ini paling nyudu seharian hasilnya kurang dari 10 kilogram, bahkan kerap tak ada sama sekali. Limbah cair PLTU dibuang ke laut berdampak pada peningkatan suhu air dan pelepasan limbah berbahaya dan beracun, tak ada ikan dan rebon yang tahan hidup di perairan tercemar itu.
"Polusi PLTU batu bara sangat pengaruh ke hasil panen, padi itu hasilnya kurang dari lima ton dari satu hektare sawah, di daerah lain (tidak kena dampak PLTU) bisa panen tujuh ton. Kalau sayuran kan sebulan panen, tidak terlalu kelihatan, kalau padi itu kelihatan sekali bedanya," ceritanya.
Hama dan penyakit jadi lebih sering menyerang tanaman. Jadinya obat dan pupuk harus makin banyak juga. Satu lagi yang paling jelas adalah semua pohon kelapa di Patrol dan Sukra punah. Bahkan, menurut Jumakir (48 tahun), petani warga Pulo Kuntul, pohon kelapa tidak hanya di kampungnya tetapi juga di kecamatan Kandanghaur dan Bongas banyak yang mati.
“Tadi lihat gak ada pohon kelapa di kampung dan pinggir pantai? Setahun sejak ada PLTU semua pohon kelapa rontok, kering, dan mati," kata Jumakir (48 tahun), saat istirahat di dangau tengah kebun bawang merah dan sawah garapannya.
Hal serupa disampaikan petani dan nelayan Mistra. Menurutnya, dampak perubahan lingkungan pascaberoperasinya PLTU Indramayu 1. Selain hilangnya rebon di pantai, turunnya volume hasil panen pertanian dan semakin banyaknya serangan hama penyakit sangat merugikan petani dan nelayan seperti dirinya.
"Sebelum ada PLTU petani bawang merah sekali tanam bibit enam kuintal hasilnya bisa satu ton setengah. Tapi setelah ada PLTU cari satu ton (panen) juga agak berat," keluh Mistra.
Hasil panen bawang merah yang masih ada daunnya di kebun saat ini 22.000 rupiah per kilogram. Bawang tanpa daun harganya bisa lebih tinggi sebesar 30.000 rupiah per kilogram.
Mundurnya pemerintah Jepang mundur dari pendanaan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Indramayu 2 jadi kemenangan warga desa di Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Perjuangan warga bersama Jaringan Tanpa Asap Indramayu yang gigih dan sangat keras menolak PLTU batu bara berkapasitas 1.000 MW sejak tahun 2015 itu akhirnya membuahkan hasil.
Jatayu dan Walhi Jawa Barat mengapresiasi mundurnya Jepang sebagai official development assistance melalui JICA di proyek PLTU Indramayu 2. Ini membuktikan kesungguhan dan komitmen Jepang atas pengurangan emisi karbon global.
Perempuan Pejuang di Lahan Gusuran
Menurut data BPS Kabupaten Indramayu 2022-2023, Desa Mekarsari dihuni 10.113 jiwa, 4.986 jiwa di antaranya adalah perempuan. Salah seorang perempuan pejuang yang getol menyuarakan kampanye udara tanpa asap batu bara Indramayu adalah Ramini. Ia sekarang bisa menggarap sawah seluas 200 bata (1 bata setara 14 meter persegi) di lahan bekas proyek PLTU Indramayu 2.
Sebelum ada PLTU lahan sawah seluas itu bisa menghasilkan panen padi sebanyak 3 ton. Pascaberoperasinya PLTU Indramayu 1 hasil panen padi di sawah Ramini maksimal hanya 1,7 ton. Penggunaan pupuk juga meningkat, bisa habis 3 jutaan rupiah untuk pupuk dan obat-obatan.
"Waktu PLTU Indramayu 1 berdiri, saya dan warga kampung lain kehilangan lahan garapan. Dulu itu klalaran agar bisa menyambung hidup dan membayar sekolah anak-anak (kalalaran adalah mencari butiran-butiran padi sisa hasil panen). Nggak ada yang mau mempekerjakan saya karena saya aktif di Jatayu. Tapi kami terus berjuang, sampai akhirnya PLTU 2 batal, dan kami bisa kembali menggarap sawah atau kebun di sana," kata Ramini.
Saat obrolan berlangsung, beberapa petani sempat mencibir bahwa Ramini yang enak karena bisa menggarap sawah tanpa harus sewa. Sementara petani yang lain harus sewa antara 8-10 juta rupiah setahun untuk lahan seluas 500 bata. “Yang nggak demo dan bukan Jatayu nggak bisa dapat lahan gratis," kata mereka, warga Kampung Warakas, kampung di sebelah Pulo Kuntul.
Ramini menyebut bahwa mereka yang mencibir karena mereka sejak awal propembangunan PLTU. “Mereka nggak pernah ikut berjuang bersama kami, mereka juga nggak mau bergabung di Jatayu," kata Ramini.
Di lahan bekas proyek PLTU Indramayu 2, tujuh orang buruh tani perempuan tengah memanen bawang merah. Plang penanda berlogo PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah 1 dengan tulisan tanah Negara dilarang masuk/memanfaatkannya.
Mereka adalah para pejuang perempuan yang juga ikut menyuarakan kampanye udara bersih tanpa asap batu bara. Mereka diupah 70.000 rupiah untuk setengah hari kerja, jika melewati tengah hari upah akan digenapkan menjadi 100.000 rupiah per orang.
Sawah, kebun jagung, cabai rawit, sosin, dan bawang merah mendominasi lahan-lahan pertanian di Mekarsari. Di saat rebon tak lagi muncul di pantai yang tercemar, bercocok tanam di lahan-lahan eks proyek PLTU jadi satu-satunya harapan.
Tak ada keadilan di semua proyek-proyek energi kotor yang membabat lahan pertanian dan ruang-ruang hidup warganya. Setelah rencana PLTU Indramayu 2 rontok, debu dan limbah cair polutan PLTU Indramayu 1 telah merubah lingkungan perairan, pertanian, dan perkampungan di sekitarnya.
Solusi palsu Co-firing (oplosan) biomassa di PLTU batubara hanya akal-akalan untuk memperpanjang umur operasi PLTU alih-alih disuntik mati. Co-firing biomassa seolah menggiring opini label hijau pada PLTU batu bara, padahal komposisinya hanya 5-10 persen saja, 90-95 persen tetap manggunakan batu bara. Asap biomassa pun tidak bisa dibilang bersih, semua asap hasil pembakaran adalah polutan di udara.
Co-firing biomassa penghasil emisi tinggi dari deforestasi, pengelolaan hutan tanaman energi, dan proses pembakaran pelet kayunya. Pemerintah saat ini merencanakan suntik mati PLTU batubara dalam kurun waktu 15 tahun ke depan secara bertahap untuk mengejar Net Zero Emission. Tapi apa pun bisa terjadi dalam kurun waktu tersebut.
"Apa pun itu saya tetap menolak dibangunnya kembali pembangkit listrik atau proyek energi kotor di Indramayu khususnya. Kami ini hidup nggak ada tenang-tenangnya, polusi lingkungan, dampaknya ke pertanian dan perikanan, udara yang kami hirup, kesehatan, ini semua berhubungan dengan ruang hidup kami dan generasi kami selanjutnya," kata Ramini.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan pemerintah memprioritaskan penggunaan energi hijau untuk pembangkit listrik nasional. Hal ini menyusul belum ada kepastian terhadap pembangunan PLTU Indramayu II setelah Jepang memutuskan mundur dari pendanaan proyek ini.
Jokowi menuturkan, pemerintah tengah memprioritaskan pengembangan pembangkit berbasis hidro, angin, geothermal, dan surya. Contohnya, Jokowi akan segera meresmikan PLTS Cirata, sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara.
"Semua yang berkaitan dengan kebutuhan listrik secara nasional kita dukung, tetapi sekarang ini kita mulai bergeser ke energi hijau," ujarnya usai meninjau panen petani di Indramayu, Jumat, 13 Oktober 2023, diakses dari Kumparan, Jumat, 27 Desember 2024.
Jokowi belum bisa mengungkapkan nasib pembangunan PLTU Indramayu tersebut. Hanya saja, dia berkata Kementerian ESDM memiliki wewenang terhadap pembangunan PLTU baru ke depannya. "Kalau ada PLTU itu harus supercritical semuanya, standar-standarnya itu saya kira di kementerian ESDM tau semua," pungkas Jokowi.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS