• Foto
  • Malam Ular Kayu di Vihara

Malam Ular Kayu di Vihara

Malam Imlek dengan shio Ular Kayu tahun ini lebih sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di kawasan pecinan Cibadak, Kecamatan Astananyar, Bandung.

Fotografer Prima Mulia2 Februari 2025

BandungBergerak.idNyaris lengang dan sunyi di lorong Gang Luna sampai Gang Ibu Aisyah, kawasan pecinan Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astananyar, Kota Bandung, menjelang dini hari, 28 Januri 2025. Ada sedikit kerumunan warga, petugas Binmas polisi, dan Babinsa TNI di sekitar vihara Dharma Ramsi di malam Imlek itu. 

Beberapa meja gerai kopi dan teh di depan vihara menyediakan minuman dingin dan kopi panas gratis untuk umat atau pengunjung yang datang ke vihara. Umat Konghucu, Buddha, dan Nasrani yang akan melakukan tradisi nenek moyang mereka bersembahyang Imlek silih berganti datang dan pergi.

Sekitar 300 lilin besar berwarna merah mulai dinyalakan oleh petugas vihara. Sebagian lilin dinyalakan oleh petugas mewakili keluarga yang tak hadir. Sebagian umat lainnya menyalakan sendiri lilin besar tersebut lalu dilanjut berdoa untuk keluarga dan leluhur mereka.

Tradisi sembahyang malam Imlek 2576 tahun ini tak dipadati umat seperti tahun-tahun sebelum pandemi. Suasana tenang ini membuat mereka yang tengah beribadah bisa lebih khusyuk lagi berdoa. Sedikitnya jumlah umat yang bersembahyang  membuat aroma dan kabut asap dari dupa yang dibakar tak lagi menyengat dan memedihkan mata.

"Saya sedang menyalakan lilin keluarga. Tak bisa semua ke sini. Ya, sama saja ya yang penting doanya sampai," kata seorang pria berusia 70 tahun yang mewakili keluarga besar The Bun Tjang dan Shierley Purnama.

Setelah berdoa, umat biasanya berkumpul di ruang belakang untuk sekadar mencicipi bubur kacang hijau hangat dan teh. Beberapa anggota kepolisian dan TNI (aparat keamanan) juga terlihat berbincang di sana, termasuk intel berpakaian preman. Umat satu-satu masih terlihat datang dan pergi.

Imlek tahun ini menurut kepercayaan etnis Tionghoa adalah tahun Ular Kayu. Filosofi dari ular ini melambangkan keluwesan dan kreativitas. Energi positif dari liukan ular melambangkan manusia harus pandai menyesuaikan diri dengan segala perubahan dan memanfaatkannya untuk kebaikan.

Ujang yang dipercaya mewakili beberapa keluarga untuk menyalakan lilin-lilin merah besar, mengakui jika tradisi sembahyang Imlek malam ini sepi. "Iya tidak seperti dulu-dulu, tapi mungkin umat juga melakukan tradisi masing-masing dengan keluarganya dulu malam ini. Mungkin saat sembahyang Imlek besok pagi baru ramai," katanya.

Beberapa umat berusia muda perlu dipandu mengenai alur dan tata cara sembahyang oleh pengurus atau pegawai vihara. Setelah membakar hio mereka berjalan dan berdoa dari altar satu ke altar yang lainnya. Terakhir mereka mencari nama keluarga yang tertera di batang liling besar, setelah dipastikan baru sumbu lilin bisa dibakar.

Alex, salah seorang pengelola vihara yang berdiri sejak tahun 1954 ini, membuka vihara bagi siapa saja yang ingin melihat tradisi malam Imlek digelar.

"Kita selalu kedatangan tamu antarumat beragama yang ingin melihat ibadah malam Imlek di vihara. Banyak juga yang sudah mengikuti prosesi Imlek sejak pembersihan dan pencucian rupang atau patung-patung dewa waktu tanggal 24 Januari yang lalu," kata Alex.

Pencucian rupang dilaksanakan dalam waktu tertentu yaitu saat diyakini dewa-dewa sudah naik ke langit. Setelah pencucian, dewa-dewa akan kembali ke rupang-rupang yang sudah bersih.

Di beberapa altar terlihat kertas-kertas doa, kertas perlambang uang, minuman, dan makanan-makanan kegemaran leluhur, dan tentu saja tumpukan kue keranjang atau dodol Imlek. Kue keranjang yang bertekstur lengket ini melambangkan kebersamaan dan hubungan antarmanusia yang erat dan harmonis.

Dari 32 vihara di Kota Bandung yang terdata pihak kepolisian, tercatat ada 20 yang menggelar ibadah termasuk tradisi sembahyang malam Imlek. Penjagaan dilakukan di semua vihara, khusus di vihara yang menggelar ibadah personel pengaman jumlahnya lebih banyak.

Imlek adalah tradisi untuk menyambut musim tanam baru atau yang lebih dikenal dengan istilah tahun baru Cina. Tradisi ini bisa kembali dilakukan secara terbuka di Indonesia berkat keputusan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur melalui Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

Malam itu tak ada hujan, suasana makin sepi saat jarum jam menunjukan angka 1 dini hari 29 Januari 2025. Di dalam vihara juga hanya terlihat ratusan lilin besar yang menyala, umat sudah meninggalkan vihara setelah lewat tengah malam. Udara dingin berangin semakin menusuk tulang, lorong-lorong remang di sekitar Gang Luna dan Gang Ibu Aisyah semakin sunyi. 

*Foto dan Teks: Prima Mulia 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//