• Foto
  • Layu Microlibrary di Bandung

Layu Microlibrary di Bandung

Microlibrary di Bandung yang hidup segan dan layu. Kedua perpustakaan ini awalnya banyak menuai sanjungan dan penghargaan, kini seperti tak berpenghuni.

Fotografer Prima Mulia8 Februari 2025

BandungBergerak.idRumput dan semak belukar tumbuh subur di sekitar bangku-bangku kayu di area terbuka di Microlibrary Babakansari, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, di penghujung Desember 2024. Suasana perpustakaan ini seperti rumah yang dibiarkan kosong tanpa penghuni selama bertahun-tahun.

Perpustakaan mikro dan ruang terbuka publik ini dibuat tiga tingkat; pertama bangunan perpustakaan, di tingkat dua ada ruang terbuka dengan bangku-bangku dan taman mungil yang menghutan tadi, dan tingkat paling atas juga area terbuka tempat sekadar nongkrong atau bisa juga dipakai untuk diskusi.

Beberapa anak remaja memanjat pagar karatan dan berjalan ke lantai paling atas. "Mau nyantai sama teman-teman di atas,” kata salah seorang anak yang menenteng kantong keresek berisi minuman dingin dan cemilan.

Sejumlah anak remaja lain memilih duduk-duduk di sekitar perosotan berbahan logam penuh karat. Mereka asyik ngobrol sambil makan jajanan. "Saya belum pernah sih masuk ke perpustakaanya, kayanya sudah lama juga perpustakaannya tutup," kata Nadine (12 tahun), pelajar SMP yang tinggal di perumahan sekitar perpustakaan.

Perpustakaan ini pertama kali direncanakan dibangun di era Wali Kota Ridwan Kamil. Berita mengenai rencana pembangunannya tayang 24 November 2017 di laman resmi. Perpustakaan ini lalu diresmikan di zaman Wali Kota Oded M Danial, 29 April 2019 (Republika, diakses Sabtu, 8 Februari 2025).

Dalam pelaksanaan pembangunannya Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan PT Manila Water Indonesia. Luas bangunan perpustakaan ini sekitar 120 meter per segi. Selain ruang baca di dalam juga dilengkapi roof top terbuka hijau dan area terbuka di lantai dua sebagai ruang baca. Lokasinya berada di lingkungan sekitar kantor Kecamatan Kiaracondong, Puskesmas, kantor Koramil, dan SDN Babakansari. Konsep yang diusung adalah bangunan dengan taman gantung, seperti gambar maket dan foto-foto lama yang bisa dilihat di laman resmi www.miclib.com. Rancangan arsitektur dibuat oleh firma arsitektur SHAU Indonesia.

Di Jalan Bima, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, 2.000 ember es krim berwarna putih menutupi bagian atas fasad bangunan Microlibrary Bima yang diresmikan Ridwan Kamil tahun 2015. Susunan ember bekas es krim diatur sedemikian rupa agar mempu jadi sumber cahaya alami saat siang hari dan melindungi ruang dalam dari cipratan air saat musim hujan.

Ruang utama atau ruang baca perpustakaan berada di lantai 2, lantai satunya berkonsep ruang terbuka yang bisa digunakan untuk berdiskusi, pameran, atau jadi area latihan tari, dan kegiatan kreatif lainnya. Microlibrary dengan luas 160 meter per segi ini dirancang oleh firma arstitektur SHAU Indonesia.

Microlibrary Bima berhasil menggondol beberapa penghargaan arsitektur bergengsi kelas dunia, di antaranya memenangkan penghargaan komunitas arsitektur dunia dalam proyek arsitektur terealisasikan 2016. Satu lagi penghargaan dari Architizer A+ sebagai pemenang juri dan pemenang populer dalam kategori architecture+community tahun 2017.

Semangat dari direalisasikannya microlibrary adalah untuk mengatasi permasalahan tingkat literasi yang rendah dan tingginya tingkat anak putus sekolah dengan ragam kegiatan belajar mengajar yang sangat bisa dilaksanakan di perpustakaan. Jadi perpustakaan perlu didekatkan dengan masyarakat demi peningkatan budaya membaca. Microlibrary Bima adalah purwarupa pertama microlibrary di Indonesia.

Layu sebelum berkembang. Sedikitnya dua microlibrary di Bandung mati suri sejak belum terlalu lama diresmikan.

"Sejak pandemi perpustakaan ini terbengkalai, ada kegiatan sementara yang dikelola DKM sekitar berupa les pelajaran dengan meminjam ruang baca di sini, biayanya juga swadaya, tapi saya nggak tahu juga apakah nanti bakal diisi lagi dengan banyak kegiatan dan perpustakaannya bisa buka lagi setiap hari," kata Titin (50 tahun), warga yang tinggal di wilayah dekat Microlibrary Bima.

Meski demikian, anggapan microlibrary itu tutup dianggap tidak benar. Pustakawan Disarpus Kota Bandung Tata Takwana memastikan microlibrary tetap buka.

"Seingat saya yang di Kiaracondong (Babakansari) dikelola oleh Komunitas TBM Nirwana, yang di Jalan Bima oleh ibu-ibu PKK Pokja 2 Kecamatan Cicendo, jam buka memang ada waktunya, tidak seperti yang microlibrary di Alun Alun Bandung," jelas Tata.

Microlibrary Alun Alun Bandung mungkin jadi yang terbesar dengan luas bangunan 1.200 meter per segi. Dikutip dari laman resmi jabarprov.go.id, perpustakaan di pusat kota ini memiliki 7.058 koleksi buku plus 600 buku edukasi antikorupsi dari KPK RI. Microlibrary Alun Alun Bandung buka Senin-Jumat dan bisa diakses siapa saja. Sempat ditutup sementara karena ada renovasi kawasan alun-alun, kini perpustakaan di pusat kota tersebut sudah dibuka kembali.

Jumat siang, 7 Februari 2025, Rara, Syifa, dan Shafia membalik-balik buku bertema sejarah dunia sambil terus mencatat poin-poin penting dalam buku catatan mereka. Tiga remaja berusia 13 tahun itu tengah menghabiskan waktu sepulang sekolah dengan membaca dan mencatat di Microlibrary Alun Alun Bandung. Mereka adalah murid kelas XII SMPN 3 Bandung.

Selain sejarah dan science, mereka juga gemar mengunjungi perpustakaan untuk membaca novel dan komik-komik manga. Fara (12 tahun) salah seorang murid SMPN 3 lainnya adalah salah satu yang gemar berkunjung ke perpustakaan.

"Microlibrary Alun Alun ini kebetulan kan dekat sekolah kita, koleksi bukunya lebih banyak dibanding perustakaan lain. Jadi saya bareng teman-teman lain paling sering ke sini sepulang sekolah," katanya.

UNESCO menyebutkan tingkat literasi di Indonesia masih rendah, minat baca masyarakat sekitar 0,001 persen atau dari 1.000 orang di Indonesia hanya ada 1 yang senang membaca. Walau demikian, tingkat literasi di Indonesia pada tahun 2024 bisa merangkak naik sedikit ke angka 72,44 dari tahun sebelumnya 66,70 berdasarkan Publikasi Hasil Kajian Perpustakaan Nasional Indonesia di akhir tahun 2024.

*Foto dan Teks: Prima Mulia 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//