Bergelut Maut di TPU Cikadut
Para pemikul peti jenazah Covid-19 di TPU Cikadut Bandung ada di garda terdepan penanganan pandemi. Sebulan terakhir, beban dan risiko kerja mereka berlipat-lipat.
Para pemikul peti jenazah Covid-19 di TPU Cikadut Bandung ada di garda terdepan penanganan pandemi. Sebulan terakhir, beban dan risiko kerja mereka berlipat-lipat.
BandungBergerak.id - Langkah-langkah kaki terseok di tengah terpaan dinginnya angin malam di perbukitan Cikadut, Bandung. Jarum jam mendekati angka 9. Lampu strobo tiga ambulans terus berkedip di lahan parkir yang berlampu temaram. Kontras sekali dengan sekelilingnya yang hitam pekat.
Jumat (9/7/2021) malam itu, di lahan pemakaman khusus pasien Covid-19 TPU Cikadut, empat orang memikul peti jenazah, sementara dua lainnya memegang senter. Pakaian APD (alat pelindung diri) mereka berpendar terpapar cahaya lampu LED, menjadi tambahan panduan menuju liang lahat. Selebihnya, gelap mencekam.
“Daftar antrean masih belasan ambulans lagi,” kata salah seorang pemikul peti.
Keesokan paginya, ketika sengatan sinar matahari sudah mengusir gelap, kesibukan di TPU Cikadut tak banyak berubah. Para pemikul peti kembali berjalan terseok di jalur terjal dengan permukaan tanah tanah tak rata, licin, dan sempit di antara kayu-kayu nisan.
Belum juga pukul 10 pagi, tapi sudah lebih dari 10 peti jenazah dibenamkan ke liang lahat. Saatnya beristirahat barang sejenak. Sembarang lokasi di kompleks permakaman itu jadi tempat nyaman untuk melenturkan bahu, punggung, dan kaki.
Namun waktu istirahat tak pernah cukup. Satu mobil ambulans datang mengantarkan peti jenazah. Kali ini, berisi seorang bayi.
Sejak pertengahan Juni 2021, jumlah kasus Covid-19 di Bandung, seperti juga di kota-kota lainnya di Indonesia, meledak. Pernah tercatat 76 pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Cikadut dalam satu hari.
Hanya ada 35 orang petugas pemikul peti jenazah resmi di TPU Cikadut. Lonjakan jumlah kematian Covid-19 berarti lonjakan beban kerja mereka di zona berbahaya. Kelelahan, baik secara fisik maupun psikis, membuat mereka mudah terpapar virus. Dan itulah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Data LaporCovid-19.org menunjukkan, per 16 Juli 2021 sebanyak 1.365 tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia gugur dalam tugas penanganan pandemi Covid-19. Mereka adalah para pahlawan yang berjuang di garda terdepan. Termasuk di dalamnya, para petugas pemakaman jenazah Covid-19.
Di TPU Cikadut, Bandung, permasalahan makin gawat karena honor yang dijanjikan pemerintah sering terlambat datangnya. Belum lagi pasokan alat pelindung diri (APD) yang seret akibat rumitnya birokrasi. Di dunia maya, berkali-kali para pemikul peti jenazah dihujani dengan hujatan terkait isu dugaan pungutan liar (pungli).
Sungguh tidak gampang menjadi pemikul peti jenazah Covid-19 di TPU CIcadut. Pekerjaan mereka sungguh dekat dengan maut. Nyali dan otot saja tak cukup. Lantas apa yang membuat mereka bertahan?
“Sisi kemanusiaan saja. Kasihan-lah. Mana mungkin kita abaikan peti-peti jenazah itu? Kan tetap harus dimakamkan,” kata Apak, salah seorang pemikul peti jenazah. “Mau hujan, panas, dingin, terang, gelap, kita tetap berusaha.”
Foto dan teks: Prima Mulia, diambil dalam kurun Juni-Juli 2021
COMMENTS