• Foto
  • Menyemai Sayur Hidroponik di Taman Tongkeng

Menyemai Sayur Hidroponik di Taman Tongkeng

Pertanian hidroponik dan aeroponik tepat diterapkan di perkotaan yang tidak memiliki lahan pertanian, seperti yang dipraktikkan di Griya Hijau, Taman Tongkeng.

Fotografer Prima Mulia2 Maret 2025

BandungBergerak.idTiara dan Calista seksama mengamati cara merawat tanaman di kubah rumah kaca Griya Hijau di Taman Tongkeng, Kota Bandung, 6 Februari 2025. Griya Hijau merupakan lahan pertanian hidroponik di tengah kota. Di bawah penjelasan Antasya (24 tahun) yang jadi mentor, kedua remaja siswi SMKN 3 Baleendah berusia 17 tahun itu bisa langsung praktik tani, seperti cara memindahkan tanaman dari area penyemaian ke kebun sayur hidroponik.

Di sisi lain kebun, Riska (18 tahun) dengan hati-hati membuang sebagian daun pada tanaman pakcoy berusia beberapa pekan. "Lihat daunnya dari dekat, ada warna kemerahan dan daunnya mulai mengering. Itu kena hama spider mite (tungai laba-laba) harus dibuang supaya tidak menyebar ke tanaman lain," kata siswi SMK jurusan pertanian. Riska, Tiara, dan Calista, adalah siswi kelas XII yang sedang PKL selama 4 bulan sebagai syarat kelulusan.

Ini bukan kali pertama mereka berkutat dengan pertanian. Calista beberapa kali mempraktikkan ilmunya di sekolah dengan bercocok tanam kunyit, daun bawang, tomat, dan bunga anggrek secara organik di teras rumahnya dengan skala kecil, paling tidak untuk dikonsumsi sendiri.

Pada 20 Februari 2025, 18 orang pegawai PLN dari berbagai kota di Jawa Timur dan Sumatera dalam masa persiapan pensiun belajar membuat media tanam dan menyemai bibit tanaman sayuran di bawah panduan staf dari Griya Hijau dan Kelas Trubus.

"Nanti akan kami coba terapkan setelah purnatugas, barusan kita dapat materi teori dan praktik dari penyemaian, pemindahan bibit ke media tanam, dan sekarang sedang belajar cara memanen," kata Unggul Sugiangkoso (55 tahun) dari Kediri. Ia ikut pelatihan bersama sang istri Peni Indra (50 tahun) yang juga pegawai di PLN.

Menurut salah seorang staf pengelola Griya Hijau Parlina, kebun sayur hidroponik ini mulai beroperasi pada tahun 2018 dengan bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung. Semula hanya diproyeksikan untuk memberi pelatihan pada warga sekitar dengan hasil panen untuk dikonsumsi sendiri dengan harga jual yang sangat terjangkau.

"Dulu di masa awal hasil panennya dipasarkan ke ibu-ibu sekitar via WhatsApp, setelah makin terpola berdasarkan masa tanam produknya bisa kontinyu untuk memasok pasar swalayan dan resto grup Wong Solo," kata Parlina.

Tahun 2021 Griya Hijau sudah bisa menghasilkan 60-100 kilogram sayur organik. Mereka juga mengelola panen dan pengepakan kebun-kebun hidroponik atau aeroponik rekanan. “Jadi kami berani teken kontrak dengan pasar swalayan Hypermart," kata Parlina.

Belum semua pertanian di lahan perkotaan ini lari ke ranah industri, sebagian masih berskala rumah tangga atau untuk warga sekitar kebun. Dari data BPS Kota Bandung yang diperbarui 15 Mei 2024, di  30 kecamatan di Kota Bandung ada 90 rumah tangga usaha pertanian dan 92 usaha pertanian perorangan yang memanfaatkan lahan-lahan perkotaan untuk lahan budidaya pertanian.

Sekarang para remaja seperti Calisat, Riska, dan Tiara sudah mulai belajar bercocok tanam sayuran dengan skala lebih besar selama 4 bulan, mulai mempelajari skema agribisnis dengan sistem pertanian organik di lahan nontanah (hidroponik) yang tidak terlalu luas.

Tak hanya teknik budidaya saja, mereka juga mempelajari alur penanganannya dari hulu ke hilir, semai, tanam, panen, kemas, dan jual. Mungkin itu juga yang diharapkan bisa diserap oleh para pegawai dalam masa persiapan pensiun, pertanian di lahan terbatas bisa diarahakan ke industri dengan pola semai, tanam, rawat, panen, sortir/kemas, dan jual, dengan memanfaatkan jejaring kebun-kebun organik yang lain. 

 

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//