• Foto
  • Malam Seribu Bulan di Bandung

Malam Seribu Bulan di Bandung

Malam pertama itikaf ada 500 tenda lebih berdiri di area plaza dan lantai dua Masjid Habiburrahman, Bandung. Mereka menyambut pahala malam 1.000 bulan.

Fotografer Prima Mulia31 Maret 2025

BandungBergerak.idNurana (18 tahun) terbangun menjelang tengah malam di area plaza masjid Habiburrahman, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, 20 Maret 2025. Santri perempuan asal Jambi ini mondok di pesantren Daarul Muthmainnah. Ia bersama beberapa kawannya menginap di dalam tenda yang mereka dirikan di ujung sebelah utara plaza masjid. Selama di tenda mereka fokus beribadah, antara lain salat wajib, salat sunah, dan membaca Al Quran.

"Sudah terbiasa itikaf di sini,” kata Nurana, kepada BandungBegerak. Nurana sudah terbiasa itikaf di masjid Habiburrahman sejak masih duduk di kelas 2 SMA. Ia merasa lebih nyaman dan fokus beribadah di masjid ini.

Imam masjid memberi pengumuman agar jamaah bersiap untuk salat malam atau qiyamul lail. Hari sudah bergeser ke tanggal 21 Maret 2025. “Maaf ya saya mau siap-siap dulu untuk salat qiyamul lail, ini sudah lewat tengah malam,” kata Nurana.

Para jamaah pria memasuki ruang utama masjid. Di area belakang dengan batas kain yang membentang, barisan jamaah perempuan juga sudah bersiap melaksanakan salam malam berjamaah. Sebagian besar jamaah memegang kitab suci Al Quran karena imam akan membacakan surat-surat panjang sebanyak 2 juz.

Tak semua umat mengikuti salat malam di ruang utama masjid. Sebagian lagi memilih untuk mengikuti di area tenda, di antara lebih dari 500 tenda warna warni yang memenuhi plaza masjid. Usai salat malam, umat akan kembali ke tenda masing-masing, menengok keadaan keluarga atau anak-anaknya yang tidur dalam tenda. Sebagian lagi meneruskan membaca Al Quran dan ada juga yang mulai melakukan persiapan menjelang makan sahur nanti.

Untuk urusan makan sahur dan berbuka puasa umat tak perlu kesulitan mencari makanan. Di halaman masjid sudah tersedia tenda-tenda makanan ringan dan makanan berat. Selain itu ada juga gerai-gerai pakaian, kitab dan buku-buku agama, dan pernak pernik lain untuk kebutuhan beritikaf.

Salah satu gerai makanan ringan dan minuman yang buka sepanjang hari adalah milik Kartika (51 tahun). Warga yang tinggal di permukiman sekitar masjid ini berjualan gorengan dan minuman panas atau dingin.

"Sekarang masih di awal-awal itikaf, tapi lumayan juga lah sudah bisa dapat setengah dari jumlah omzet harian yang didapat tahun lalu,” cerita Kartika. Wanita yang juga membuka kantin sekolah di SMAN 9 yang lokasinya bersebelahan dengan masjid, tahun lalu bisa mendapatkan 400 ribu sehari.

Untuk kebutuhan berbuka dan makan sahur, DKM masjid menggandeng sekitar 50 pelaku usaha skala UMKM, termasuk memberdayakan warga yang tinggal sekitar masjid.

Saat sebagian umat mulai menyantap hidangan sahur, Nadiya (22 tahun) masih terlihat mengaji di pojokan tenda tempat ia tinggal selama itikaf. Ia baru pertama kali mengikuti itikaf. "Ikut sama bibi saya," ujarnya.

Dulu ia tidak memungkinkan mengikuti itikaf karena masih tinggal di Tasikmalaya. Sekarang ia bekerja di Kota Cimahi. "Targetnya selama itikaf 10 hari bisa khatam Al Quran, tahun depan mau ikut lagi."

Pada malam pertama itikaf ada lebih dari 500 tenda berdiri di area plaza dan lantai dua masjid. Tenda-tenda itu dihuni sekitar 1.500 jamaah dari Bandung dan luar daerah.

Satya, panitia penyelenggara itikaf masjid Habiburrahman memperkirakan puncak itikaf akan terjadi pada malam ke-27 Ramadan. "Semua area tenda akan penuh, jumlah jamaahnya bisa mencapai 7.000 orang," kata Satya.

Itikaf adalah kegiatan beribadah pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan dengan cara tinggal di masjid. Di malam itu umat akan memperbanyak ibadah dan amalan baik untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar, malam yang ganjaran pahalanya lebih dari 1.000 bulan. Walau tidak wajib untuk melakukan itikaf di masjid demi mendapat berkah 1.000 bulan, namun banyak umat yang merasa lebih afdal untuk melaksanakan itikaf di masjid.

Itikaf di masjid Habiburrahman diisi dengan beragam kegiatan ibadah yang intens. Beberapa di antaranya, melaksanakan salat tarawih berjamaah dengan bacaan Al Quran 1 juz setiap malam, lalu disambung salat qiyamul lail dengan bacaan 2 juz Al Quran setiap malam, kajian kitab Riyadush Sholihin usai salat subuh. Jadi selama 10 hari itikaf semua umat yang mengikuti otomatis telah mengkhatamkan 30 juz Al Quran.

 

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//