• Foto
  • Pelajar di Barak Militer

Pelajar di Barak Militer

Ratusan pelajar setingkat SMA di Jawa Barat mengikuti pendidikan di barak militer. Pendidikan memicu kontroversi ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin.

Fotografer Prima Mulia24 Mei 2025

BandungBergerak.idRatusan orang pelajar setingkat SMA mengikuti pendidikan baris berbaris di lapang Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, 7 Mei 2025. Seorang instruktur (militer) berdiri di podium sambil terus memberi arahan dan perintah. Beberapa anggota TNI lain mengawasi jalannya latihan.

Para pelajar bermasalah atau kerap disebut pelajar “nakal” dari beberapa daerah atau kota di Jawa Barat ini di dominasi remaja pria. Beberapa pelajar perempuan terlihat di tengah barisan. Tersamar di antara pakaian training mereka yang seragam berwarna hijau militer. Sejumlah pelajar yang belum mendapat jatah seragam masih berpakaian putih abu atau memakai seragam olahraga sekolah mereka.

Pola latihan yang diterapkan membutuhkan ketahanan fisik, mental, dan konsentrasi. Berkali-kali instruktur memberi perintah untuk melakukan manuver-manuver yang sama karena masih banyak pelajar kurang cepat menangkap dan salah gerakan. Gelak tawa para pelajar berderai saat mereka salah mengartikan perintah instruktur.

Di atas podium instruktur menimpali tawa pelajar dengan memberi arahan diselingi candaan. Tentara berseragam loreng itu lalu menyebutkan merk-merk obat antidepresan yang banyak disalahgunakan oleh pelajar.

“Nggak ada lagi itu obat-obatan di sini ya, kalian di sini akan banyak berlatih disiplin, mental, dan fisik, biar bugar dan fit. Nggak loyo dan lemes seperti orang yang minum obat-obatan tadi, biar lepas dari pengaruh buruk narkoba,” teriak si instruktur mencoba membangkitkan semangat.

Saat latihan berlangsung, beberapa pelajar menepi karena kelelahan dan tidak terbiasa dengan pola latihan yang diterapkan. “Nggak biasa saya latihan seperti ini, jadi izin istirahat dulu,” kata seorang pelajar laki-laki. Ia mengaku masuk barak karena sering bolos sekolah.

“Saya nggak pernah tawuran, minum alkohol, atau obat-obatan. Cuma sering bolos sekolah, sampai 2 atau 3 bulanan bolosnya, seringnya main game online sama temen-temen,” kata seorang pelajar kelas 11 SMA sambil terkekeh.

Di sudut selasar kelas di luar area lapang latihan, sekitar 6 orang pelajar tampak duduk santai, dua orang di antaranya menundukan kepala sambil memeluk lutut mereka seperti orang yang kelelahan. Seorang tentara memberi wejangan pada mereka untuk bisa merubah kebiasaan dan pola kegiatan harian mareka.

“Setelah subuh jangan tidur lagi, kan banyak yang bisa dikerjakan, supaya badanmu itu nggak lemes, masa pagi-pagi jam segini sudah ngantuk lagi dan nggak punya tenaga,” kata si tentara.

Di sudut lapangan yang lain seorang pelajar laki-laki berlari ke arah petugas kesehatan dari Puskesmas Cikole. Ia berkonsultasi tentang masalah kesehatan yang dirasanya saat latihan. “Ini agak sakit di sekitar perut,” kata si pelajar kelas 11 SMK tersebut. Dia mengaku masuk barak karena sering bolos juga.

Beberapa guru BK dari sekolah-sekolah yang muridnya ikut pendidikan di barak juga terlihat memantau situasi dan kondisi anak didik mereka dari kejauhan. “Kami memantau saja akitivitas mereka, sejauh ini tidak ada masalah,” kata salah seorang guru.

Saat bertanya ke salah seorang pelajar perempuan, ia masuk barak bukan karena sering membolos. “Saya nggak pernah bolos, saya juga bukan pengguna narkoba, saya masuk sini karena beberapa kali ketahuan minum-minum alkohol, memang cukup sering sih. Makanya saat hari-hari pertama di sini rasanya bingung, lemes, bawaannya males, tapi sekarang sudah mulai terbiasa bangun dari jam 4 subuh, latihan fisik dan disiplin. Nanti siang setelah makan baru masuk kelas untuk belajar pelajaran-pelajaran sekolah,” kata remaja perempuan yang duduk di kelas 11 SMA.

Dari keterangan petugas Puskesmas Cikole yang bertugas mengawasi kondisi kesehatan para pelajar di barak, ia mengatakan selain masalah bolos, tawuran, narkoba, dan minuman beralkohol, ada beberapa pelajar yang terdeteksi mengidap penyakit kelamin akibat praktik prostitusi.

“Kami masih melakukan pelacakan agar bisa melakukan penanganan secara medis dengan lebih seksama, tapi sudah terdata ada kasus tersebut, hanya tinggal mencari orangnya saja,” kata si petugas.

Usai latihan, mereka semua melakukan pelemasan lalu duduk rapi berbanjar. Instruktur dibantu beberapa pelajar lalu membagikan kotak snack. Mereka istirahat sambil minum dan makan makanan-makanan ringan. Setelah itu pelajar akan diarahan ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran tentang wawasan bela negara dan psikologi.

Saat waktunya masuk kelas, rombongan lain masuk aula untuk menyimak paparan tentang awawasan bela negara dan kebangsaan dari beberapa instruktur. Sementara rombongan lain masuk ke kelas untuk mengikuti tes dan paparan tentang psikologi.

A Kasandra Putranto, psikolog klinis dan forensik dari Kasandra Associates, bersama timnya sudah beberapa hari melakukan asesmen dan tes pada para pelajar di barak. Ia menjelaskan, pihaknya melakukan tes psikologi untuk screening resiko awal sampai berat. Misalnya tes intelejensia yang gunanya untuk melihat apakah masalah-masalah mereka ada hubungannya dengan tingkat intelejensi.

“Dari hasil tes semua baik-baik saja, sebagian ada yang bermasalah. Kami akan buat laporan berupa rekomendasi untuk keberlangsungan program. Ini bukan barak mliter untuk mendidik anak nakal, ini untuk pembinaan karakter, disiplin, dan mandiri,” terang Kasandra.

Ia menambahkan, anak-anak diarahkan untuk meningkatkan komitmen mereka dalam hal kedisplinan, pembentukan karakter, dan membentuk kemandirian untuk anak. “Jadi berhenti untuk menyebut mereka anak-anak nakal,” tandas Kasandra.

Program yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ini bertujuan untuk membentuk karakter dan disiplin. Sejak awal Mei 2025, lebih dari 200 pelajar sudah masuk barak di Cikole. Rombongan pendidikan untuk pelajar bermasalah ini akan dibagi dalam beberapa gelombang. Gelombang pertama sekitar 350 orang, targetnya akan mencapai 900 orang. Anggaran yang digelontorkan dari APBD Provinsi Jawa Barat sekitar 6 miliar rupiah.

Tak mudah untuk mendapat izin meliput kegiatan pelajar di area Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi di Cikole, karena ini adalah instalasi militer. Apalagi liputan seorang diri, beda cerita jika ikut menempel dengan kunjungan pejabat akan lebih leluasa. Setelah akses didapat, beberapa tentara mengingatkan untuk tidak terlalu dekat saat mengambil gambar agar wajah tidak tereskpos jelas. Sehari setelah melakukan peliputan, kabarnya akses masuk untuk jurnalis meliput semakin sulit karena harus ada izin dari Mabes AD.

Di luar itu, program mengirimkan pelajar ke barak memicu kontroversi di masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pada isu Hak Asasi Manusia (HAM), Imparsial, mengkritik program Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ini. Direktur Imparsial Ardi Manto Adiputra mengingatkan agar Dedi Mulyadi menyadari garis demarkasi antara urusan sipil dan militer. 

 

*Foto dan Teks: Prima Mulia

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//