Luka Anak di Meja Makan
Program makan bergizi gratis yang bertujuan menyehatkan justru melukai anak-anak. Marak keracunan usai menyantap MBG di Bandung.
Program makan bergizi gratis yang bertujuan menyehatkan justru melukai anak-anak. Marak keracunan usai menyantap MBG di Bandung.
BandungBergerak - Kepanikan terlihat saat lalu lalang ambulans yang membawa para pelajar korban keracunan dirujuk ke rumah sakit di Lembang dan Cimahi. Dua ruang kelas di SMPN 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat mendadak jadi pos penanganan darurat keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) murid SMP, 14 Oktober 2025.
Murid dengan gejala ringan keracunan seperti pusing-pusing berada di kelas dekat gerbang masuk sekolah. Di ruang lain jadi tempat perawatan murid dengan gejala muntah, mual, sakit perut hebat, dan sesak napas. Botol infus bergantungan di atas bentangan tali plastik.
Keesokan harinya atau 15 Oktober 2025, SMPN 1 Cisarua masih jadi posko penanganan keracunan MBG di Kecamatan Cisarua. Lalu lalang ambulans juga terlihat sangat sibuk. Giliran murid-murid SMKN 1 Cisarua yang dirawat di posko SMPN 1 Cisarua.
Sembilan ruang kelas digunakan untuk merawat para pelajar yang keracunan MBG. Mereka berasal dari SDN Garuda, SDN Barukai, SMPN 1 Cisarua, dan SMKN 1 Cisarua. Semua kegiatan belajar di SDN Garuda dan SMPN 1 Cisarua diliburkan.
Salah seorang murid, Arsaka tergolek lemah di salah satu ruangan kelas. Jarum infus menembus lengan, selang oksigen terpasang di hidung murid SDN Garuda berusia 10 tahun tersebut. Linda, 12 tahun, juga mendapat perawatan di dalam ruang kelas. Mual dan sakit perut hebat mendera tubuh siswi SDN Barukai tersebut.
Di ruangan lain, Siti, 16 tahun, meringis menahan sakit. Siswi SMKN 1 Cisarua itu mendapat suntikan pereda nyeri untuk mengatasi perutnya yang terus melilit. Botol-botol cairan infus bergantungan di atas velbed para korban keracunan. Jarum infus juga terpasang di lengan Tiara, 16 tahun, siswi SMKN 1 Cisarua berusia 16 tahun.
Dari data resmi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, per 15 Oktober 2025 korban keracunan MBG pelajar di Kecamatan Cisarua yang berasal dari beberapa sekolah termasuk beberapa orang guru sebanyak 502 orang. Keracunan diduga berasal dari menu ayam kecap atau ayam lada hitam yang sudah basi.
Ini bukan kali pertama kasus keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat terjadi. Sebelumnya peristiwa yang sama terjadi di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas. Pada 23 September 2025, ambulans lalu lalang membawa pelajar korban dari posko darurat penanganan korban keracunan MBG di aula kantor Kecamatan Cipongkor ke RSUD Cililin untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
“Kami mulai membawa korban kesini sejak 22 September, dan terus bertambah banyak sampai hari ini,” kata salah seorang petugas kesehatan.
Sekitar 220 orang pelajar mulai dari jenjang Paud, SD, SMP, dan SMA, atau yang sederajat, mendapat perawatan di posko Kecamatan Cipongkor. Sekitar 100 unit ambulans dari berbagai wilayah bersiaga di halaman kecamatan. Ratusan orang relawan medis juga ikut bersiaga.
Di dalam aula, para pelajar terbaring di atas velbed yang berderet, selang di lengan mereka terhubung dengan tabung infus yang menggantung di tali plastik yang membentang. Sejumlah petugas medis lalu lalang memeriksa mereka, beberapa pelajar ada yang dirujuk untuk mendapat tindakan lanjut ke RSUD Cililin.
Pelajar Ai Windi, 9 tahun, dan Rinad, 14 tahun, terbaring lemah akibat keracunan paket MBG di sekolah mereka, yaitu SDN Sirnagalih dan MTs Muslimin Cipongkor.
“Sesak napas, sakit di sekitar perut, mual, dan demam juga,” kata Rinad.
“Anak saya merasa mual, sesak napas, dan demam,” timpal orang tuanya.
Murid MA Syarif Hidayatullah, Nurul, 16 tahun, dan Azmi, 17 tahun, juga mendapat perawatan di Puskesmas Citalem, Cipongkor. Nurul dan Azmi di rawat di teras depan Puskesmas karena ruang rawat dan ruang periksa di dalam sudah penuh.
“Sesak napas, mual, dan muntah-muntah,” keluh Nurul.
“Habis makan MBG beberapa saat kemudian mulai sesak dan muntah,” tambah Azmi.
Ini adalah kali kedua terjadi keracunan MBG dari tingkat Kober, SD, SMP, sampai SMA dan yang sederajat di Kecamatan Cipongkor pada 24 September 2025. MBG berasal dari dapur SPPG Neglasari yang membuat 3.986 paket MBG.
Salah satu orang tua murid bernama Maman, 55 tahun, mengaku kapok dengan program MBG di sekolah anaknya di MTs Muslimah Cipongkor.
“Mending sudah saja di stop daripada jadi repot begini,” ucap Maman.
Posko kantor Kecamatan Cipongkor terus menerima kedatangan pelajar yang mengalami gejala keracunan. Seorang petugas di lapangan tidak bisa menyebutkan jumlah pasti korban yang terus berdatangan, diperkirakan sudah lebih dari 300 orang.
Kasus pertama keracunan terjadi pada 22 September 2025, setelah itu ditetapkan jadi Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan MBG di Cipongkor pada 23 September 2025. Sekitar 369 pelajar dari berbagai jenjang pendidikan mengalami keracunan usai menyantap menu MBG.
Pada kejadian pertama gejala keracunan yang dirasakan para pelajar adalah mual, pusing, sakit perut, sesak napas, demam, muntah, dan diare. Seperti yang dirasakan Salwa Nur, 7 tahun, murid SDN Cipari, Cipongkor, dan Silma, 15 tahun, pelajar MTs Darul Fikri. Keduanya mengalami sesak napas, mual, dan demam, pada 23 September 2025.
Para pelajar yang keracunan itu dirawat di posko penanganan darurat di aula kantor Kecamatan Cipongkor. Sebagian lagi dirawat di Poned Puskesmas Cipongkor, sedangkan yang lebih parah atau demam tak kunjung membaik dalam dua hari langsung dirujuk ke RSUD Cililin.
Diperkirakan jumlah pelajar yang mengalami gejala keracunan MBG sudah lebih dari 800 orang. Ada 85 dapur SPPG yang sedang dievaluasi di Kabupaten Bandung Barat karena tidak memiliki sertifikasi sehat. Dua dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kampung Cipari, Desa Cijambu, dan dapur SPPG Kampung Pasir Jati, Desa Sirnagalih, ditutup sementara akibat peristiwa tersebut. Per 22 September 2025, ada 8.583 dapur SPPG di sejumlah daerah di Indonesia, baru 34 SPPG yang memiliki Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi.
Jumlah total korban keracunan MBG di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas lebih dari 1.300 orang. Ini jadi salah satu kejadian keracunan massal dengan jumlah korban terbesar. Kasus keracunan lantas menyebar ke wilayah lain, salah satunya di Kadungora, Garut, pada 30 September 2025.
Dinas Kesehatan Kabupaten Garut melansir data 305 murid sekolah diduga mengalami gejala keracunan MBG. Pada 1 Oktober 2025, seluruh ruangan sampai ke selasar-selasar gedung Puskesmas Kadungora digunakan untuk merawat korban keracunan makanan dengan gejala yang khas mulai dari pusing, mual, muntah, diare, sakit perut hebat, sampai sesak napas.
Dua murid SMPN 1 Kadungora berusia 13 tahun, Selvi dan Sahila, terbaring di atas velbed di salah satu sudut ruangan. Jarum infus mengalirkan cairan ke lengan kedua pelajar tersebut. Keracunan MBG di Kadungora diduga berasal dari kacang edamame basi dan susu bantal yang sudah rusak.
“Anak saya sempat meminum susunya, terus itu dari kacang besar yang ijo-ijo itu (edamame) juga sudah basi katanya, saat dipegang berlendir,” kata Jujun, 48 tahun, orang tua murid.
Jujun menemani dua anaknya yaitu Devi, 8 tahun, dan Khoerunisa, 12 tahun, yang juga jadi korban keracunan MBG di Kadungora.
Kejadian pertama keracunan MBG malah terjadi di Kota Bandung, yaitu di SMPN 35 pada 29 April 2025. 342 pelajar dilaporkan mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG, namun tidak ada yang sampai dirawat inap.
Dari hasil uji sampel menu MBG yang diperiksa di Labkesda Jawa Barat, ditemukan bakteri Salmonella dan Bacillus cereus. Kontaminasi bakteri Salmonella biasanya bersinggungan dengan makanan kaya protein seperti daging sapi atau unggas dan telur. Kontaminasi Bacillus cereus terjadi akibat penyimpanan nasi yang tidak tepat.
Jeda antara waktu pengolahan makanan dengan waktu pengiriman yang terlalu lama, jarak distribusi antara dapur ke sekolah-sekolah yang jauh, dan dapur-dapur yang belum mengantungi sertifikat sehat dan higien, ditengarai jadi penyebab timblunya bakteri yang merusak MBG.
Model Dapur Satelit MBG Urung Dilirik Pemerintah
Sejumlah murid kelas satu memperhatikan petugas yang mondar mandir membawa kotak makan siang bergizi dari dalam dapur satelit modular ke kelas-kelas di SDN Sirah Cai, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, 18 November 2024.
Tiga orang petugas di dalam dapur satelit modular memakai pakaian standar APD untuk menjaga kebersihan saat proses penyajian makanan. Dua orang menata makanan di atas kotak makan siang seorang lagi bertugas mengambil bahan makanan dari ruang pendingin untuk dihangatkan.
Hanya dibutuhkan waktu kurang dari dua jam saja untuk menyiapkan menu makan bergizi bagi 263 porsi murid sekolah sesuai dengan jumlah murid SDN Sirah Cai. Sekitar pukul 10 pagi, semua kotak makan siang sudah terdistribusi ke semua kelas.
Menu hari itu adalah bola daging, ayam goreng, orek tempe, sayur capcay, susu, dan hidangan penutup pudding cokelat. Semua menu dan jumlah porsi nasi sudah diatur oleh ahli gizi sesuai standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.
Beberapa saat sebelum waktu makan, guru membagikan alat makan pada murid. Ini adalah lanjutan dari uji coba dan kampanye program MBG untuk anak sekolah di wilayah Sumedang. Murid-murid secara tertib mencuci tangannya di wastafel di halaman luar. Setelah berdoa mereka semua membuka kotak makan siang bergizi dan langsung menikmatinya hampir bersamaan.
Celoteh anak-anak memberi komentar pada menu makan siang hari itu bergema di dinding-dinding kelas. "Enak-enak makanannya, saya suka, uang jajan bisa ditabung," kata Ratna, murid kelas satu berusia tujuh tahun sambil memperlihatkan uang kertas 5.000 rupiah, bekal harian pemberian orang tuanya.
Orang tua murid, Neneng, 35 tahun, mengatakan bahwa ia berharap program tersebut bisa berlangsung setiap hari karena dapat membantu menghemat uang jajan anak-anaknya. Ia biasanya memberi 10.000 rupiah per hari untuk jajan, dan dengan adanya program pemerintah seperti itu, anak-anaknya bisa menabung sebagian uang jajan, atau ia bisa mengurangi jatah jajan menjadi setengahnya.
"Maunya setiap hari ya,” kata Neneng.
Muthia, 29 tahun, staf engineering dapur satelit Technolife, menjelaskan bahwa awalnya program makan siang tersebut sempat melibatkan ibu-ibu PKK dalam penyusunan menu. Namun, mereka kewalahan karena harus menyiapkan ratusan porsi setiap hari. Menurutnya, para ibu menjadi kelelahan karena harus mulai mempersiapkan bahan sejak dini hari, sementara jeda waktu antara makanan matang dan penyajiannya berpotensi membuat makanan rusak atau basi.
Sayang, kerja sama ini tak berlanjut setelah program MBG resmi bergulir pada awal Januari 2025. Saat singgah ke SDN Sirahcai pada 9 Oktober 2025, tak ada lagi jejak dapur satelit MBG yang berada di samping lapang sekolah. Menurut guru-guru di sana proyek ini hanya berjalan dua bulan saja.
Di Nganjuk, Jawa Timur, pernah terjadi keracunan makanan setelah murid-murid sebuah sekolah dasar mengkonsumsi makan siang bergizi yang lauk pauknya basi. Jeda waktu simpan yang cukup lama antara waktu makan siang dengan proses pengolahan makanan sejak dini hari berpotensi menimbulkan tumbuhnya bakteri, apalagi jika penanganannya kurang higienis.
Menurut Muthia, dapur satelit modular ini lebih steril dan kualitas makanan sangat terjaga. Dapur satelit modular hasil kerja sama Pemerintah Kabupaten Sumedang dan Techno Life Group ini digagas untuk memastikan semua makanan disajikan dari dapur yang bisa dibangun di halaman sekolah, bisa diolah dengan cepat, dalam jumlah porsi banyak, segar dan lebih terjamin gizi serta nutrisinya.
Kapasitas produksinya antara 500-600 porsi yang bisa diolah dalam waktu tiga jam. Dapur ini hanya membutuhkan dua sampai tiga orang kru. Semua makanan telah diolah di dapur pusat di Techno Park Jatinangor lalu dikirim ke dapur satelit. Ruang pendingin dapur satelit ini bisa menampung bahan makanan jadi untuk sepekan.
Jadi semua lauk pauk tinggal dihangatkan dengan mesin-mesin pemanas modern dengan sumber energi panel surya. Hanya nasi yang dibuat dadakan hari itu juga. Sumedang sendiri jadi lokasi uji coba Khusus untuk model dapur satelit yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia, yaitu di SDN Sirah Cai.
Dapur satelit ini mirip dengan sistem program makan bergizi di sekolah-sekolah di luar negeri, makanan tetap berada di panci-panci atau nampan penghangat di dapur mandiri yang ada di sekolah, sementara pengolahan makanan dilakukan di dapur pusat. Mirip dengan program Kyushoku di Jepang di mana program ini memiliki dua dapur, yaitu dapur mandiri di sekolah dan dapur pusat.
Program Makan Gizi Gratis ini akan menjangkau 82,9 juta penerima di Indonesia yaitu anak sekolah dan pesantren, ibu hamil di Posyandu, serta anak-anak setingkat PAUD pada akhir tahun ini, dengan kebutuhan anggaran sekitar 800 miliar rupiah per hari. Pemerintah telah membentuk 85 kantor satuan layanan program Makan Gizi Gratis yang saat ini dalam uji coba di semua provinsi. Pemerintah mengklaim program ini demi mempersiapkan generasi emas Indonesia dan pencegahan stunting. Pekerjaan lain untuk pemerintah adalah memastikan anggaran jumbo makan siang gratis anak sekolah ini tidak jadi program bancakan.
*Foto dan Teks: Prima Mulia
COMMENTS