• Foto
  • Tenun Majalaya di Jurang Kebangkrutan

Tenun Majalaya di Jurang Kebangkrutan

Industri kain tenun Majalaya, Kabupaten Bandung menyisakan satu pabrik tenun ATBM. Terimbas pandemi Covid-19, mereka saat ini terdesak di jurang kebangkrutan.

Fotografer Prima Mulia14 Agustus 2021

BandungBergerak.idPuluhan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) teronggok di sebuah bangunan tua di Kampung Leuwinanggung, Desa Talun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (9/8/2021). Sebagiannya menyisakan helai-helai benang yang tak sempat menjadi selembar kain. Debu tebal menutupi seluruh permukaan alat-alat tenun itu.

Di tengah kemuraman itu, dua perajin sedang mengoperasikan alat tenun. Suara kayu beradu bergema di ruangan yang cukup luas. Untaian benang sedikit demi sedikit membentuk kain dengan motif-motif tradisional sesuai pesanan. Kain-kain halus buatan tangan inilah yang terkenal ke seantero negeri sebagai tenun Majalaya.

Dari belasan orang pekerja, pabrik tenun Majalaya di Ibun ini menyisakan empat orang saja. Satu orang perempuan pemintal benang, satu orang operator mesin gulung benang kayu berusia lebih dari seabad yang disebut mihane, dan dua orang operator mesin tenun ATBM.

“Kami coba bertahan, tapi sulit sekali. Pabrik yang di Garut juga terpaksa tutup dulu, nggak kuat lagi. PPKM (Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) ini yang paling berpengaruh. Pabrik sudah hampir 100 persen lumpuh,” ujar Evi Sofyan, generasi ketiga pelaku industri tenun Majalaya yang mengelola satu-satunya pabrik tenun ATBM yang masih tersisa.  

Pandemi Covid-19 memukul keras banyak pelaku industri tradisional. Pengetatan aturan oleh pemerintah tidak disertai pelonggaran yang memadai. Cicilan pinjaman ke bank harus tetap terbayarkan.

Sudah dalam beberapa bulan terakhir pabrik tenun Majalaya yang dikelola Evi tidak membuat stok produk. Pekerjaan sepenuhnya disesuaikan dengan pesanan yang datang, yang jumlahnya tidak melimpah.

Sebelumnya, organisasi buruh KASBI Jawa Barat melansir data yang yang menyebut lebih dari 19 ribu orang buruh telah dirumahkan selama pagebluk. Di Kota Bandung, dikabarkan ada sekitar 5.000 orang buruh yang telah di-PHK sepihak tanpa menerima pesangon.

Kondisi pelaku industri di kawasan sentra tekstil tertua di Indonesia, yang mencakup Ibun, Majalaya, dan Paseh, sama saja. Teori yang mengatakan UMKM (Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro) sebagai jenis usaha paling fleksibel di tengah badai krisis tidak berlaku di sini. Selain tenun ATBM, banyak pabrik sarung yang tiarap karena tak lagi mampu bertahan di masa sulit, ketika produksi terhenti dan stok kain tahun sebelumnya menumpuk tak terserap pasar.

Di sebuah bangunan tua yang dijadikan pabrik tenun di Kampung Leuwinanggung, Ibun, gulungan benang berselimut debu. Rangka-rangka mesin produksi berserakan tak keruan. Pandemi yang berlarut-larut, akibat penanganan yang jauh dari paripurna, telah menyeret industri tenun Majalaya ke jurang kebangkrutan.

Teks dan Foto: Prima Mulia 

Editor: Redaksi

COMMENTS

//