Suatu Sore Bersama Jihan dan Ziddan
Jihan dan Ziddan, dua anak dari sekian banyak anak-anak Indonesia yang menjadi yatim piatu selama kecamuk Covid-19. Masa depan mereka memerlukan kebijakan negara.
Jihan dan Ziddan, dua anak dari sekian banyak anak-anak Indonesia yang menjadi yatim piatu selama kecamuk Covid-19. Masa depan mereka memerlukan kebijakan negara.
BandungBergerak.id - Jihan Azzahra (11 tahun), menyingkap tirai jendela rumahnya di kawasan Gagak Dalam VII, RT 08/03, Bandung, Jumat (20/8/2021) sore. Dia menatap sedikit curiga saat saya mengetuk pintu rumahnya. Ia sedikit lega setelah saya menyebut nama teteh Nur, tetangganya yang kerap membantu dan menemani Jihan saat sendirian di rumahnya.
Kehidupan bocah kelas 5 SD ini berubah drastis setelah “satu-satunya” pengganti orang tua, yaitu neneknya, wafat 8 Juli 2021 lalu. Sang nenek wafat dengan protokol penanganan Covid-19 di saat Indonesia mengalami ledakan kasus penularan dan kematian akibat Covid-19. Saat itu, Indonesia berada di urutan pertama dunia sebagai negara dengan kasus kematian dan penularan harian tertinggi.
Sebelumnya, Jihan Azzahra dan kakaknya, Ziddan Afwan (21), tinggal dan tumbuh bersama neneknya. Orang tua mereka terlebih dahulu wafat. Sang ibu meninggal tahun 2013, dan sang ayah meninggal tahun 2018. Praktis kedua anak yatim piatu ini sangat dekat dengan nenek mereka.
Namun sepeninggal neneknya, Jihan banyak menghabiskan waktu sendirian di rumahnya, terutama ketika kakaknya, Ziddan, harus bekerja bila sedang ada proyek. Ziddan adalah pekerja di bidang multimedia sebuah perusahaan konsultan.
Jika sepi di rumah, Jihan biasanya pergi ke kediaman kawan sekolahnya untuk mengerjakan tugas dan sekolah daring atau sebaliknya, kawan-kawannya yang datang ke rumahnya.
Sejumlah tetangga dekat seperti teteh Nur, dan beberapa kerabat setiap hari datang menengok keadaan mereka. Sedikitnya kehadiran kerabat dan tetangga bisa mengobati suasana sepi yang menghimpit keseharian bocah kecil itu.
Belum ada rencana apa pun di benak Jihan ataupun Ziddan. Mereka hanya menjalani rutinitas harian seperti biasa. Ada warna kesedihan di wajah dan tatapan mata mereka, namun dari gestur dan obrolan bersama kakak beradik ini, mereka terlihat lebih ikhlas dan siap dalam menjalani hari-hari ke depan yang masih suram dalam suasana pagebluk. Paling tidak itu yang terlihat dari kacamata orang luar seperti saya. Saya pun berpamitan dan berdoa yang terbaik untuk mereka.
Dari data Satgas Covid-19 per 20 Juli 2021, di Indonesia ada 11.045 anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu karena orang tua mereka wafat akibat Covid-19. Ada 350.000 anak terpapar Covid-19, dan tercatat 777 anak meninggal dunia. Ini yang masih jadi pekerjaan rumah bagi negara.
Teks dan Foto: Prima Mulia
COMMENTS