• Foto
  • Gigih Belajar Para Murid Penyandang Disabilitas

Gigih Belajar Para Murid Penyandang Disabilitas

Pandemi Covid-19 membuat para murid penyandang disabilitas semakin kesulitan mengakses pendidikan. Namun, kegigihan belajar mereka tak pernah patah.

Fotografer Prima Mulia11 September 2021

BandungBergerak.id - Kedua lengan Fatir memegang punggung Yogi ketika keduanya berjalan perlahan menuju ke ruang kelas di Sekolah Luar Biasa (SLB) ABCD Caringin, Kota Bandung. Ketika itu, pertengahan Agustus 2021, Bandung baru saja melewati puncak gelombang kedua pandemi Covid-19.

Masih berlaku Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4. Nyaris semua kegiatan warga dibekukan. Tak terkecuali sekolah yang harus melanjutkan proses pembelajaran secara daring. Kondisi yang sama sekali tidak mudah bagi para pelajar penyandang disabilitas akibat keterbatasan fisik, teknologi, dan ekonomi.

Yogi dan Fatir adalah dua dari beberapa siswa SLB ABCD yang tinggal di asrama sekolah. Walau tak setiap hari, mereka masih bisa secara dadakan mendapat bimbingan dari guru secara langsung di dalam kelas.

Ketika Bandung sudah masuk PPKM Level 3, dan kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) bisa digelar, murid-murid SLB ABCD Caringin memiliki kesempatan untuk kembali belajar di ruang kelas. Tentu dengan berdisiplin protokol kesehatan.

Pada Kamis (9/9/2021) pagi, Febi, seorang pelajar tunanetra kelas 4, dengan penuh semangat mengikuti bimbingan gurunya. Dia sedang belajar membuat keset dari bahan limbah kain. Itulah salah satu bekal keterampilan yang sangat berguna bagi masa depannya.

Di balik kegigihan para pelajar berkebutuhan khusus untuk terus belajar di masa serbasulit pandemi, ada sosok Tatang, guru, pembimbing, sekaligus pengelola dan pemilik SLB ABCD Caringin. Sarjana antropologi ini melakukan segala cara agar 50 anak didiknya tak ketinggalan materi pelajaran.

“Beberapa guru ada yang berkenan mendatangi murid-murid untuk memberi materi ajar di rumah masing-masing. Beberapa murid yang tinggal di asrama sekolah sesekali bisa mengikuti pelajaran di kelas bersama saya. Tapi tidak tiap hari ya," kata Tatang.

Dari sekitar 1.600-an sekolah di Kota bandung, hanya 300-an saja yang layak menggelar PTM terbatas. Kehadiran hanya boleh 50 persen dari total populasi, lalu dibagi lagi dalam beberapa sesi belajar dengan durasi maksimal 2 jam. Di SLB, jumlah siswa dalam satu kelas paling banyak lima orang saja.

Namun, persoalan serius masih membelit PTM terbatas di SLB. Laju vaksinasi bagi para penyandang disabilitas sangat lambat, salah satunya akibat buruknya mutu pendataan kita. Versi Kementerian Sosial per 13 Januari 2021 ada 209.604 orang penyandang disabilitas, sedangkan versi Kementerian Kesehatan target vaksin Covid-19 untuk penyandang disabilitas sebanyak 564.000 orang. 

Di SLB ABCD Caringin, semua guru dan staf pegawai sudah disuntik vaksin Covid-19. Untuk murid, baru 10 orang yang sudah mendapatkan layanan. Sisanya masih harus menunggu, entah sampai kapan. 

Foto dan teks: Prima Mulia

Editor: Redaksi

COMMENTS

//