• Foto
  • Bertahan Hidup dengan Perahu Penyeberangan Sungai Citarum

Bertahan Hidup dengan Perahu Penyeberangan Sungai Citarum

Perahu penyeberangan di Kecamatan Ibun dan Majalaya dimanfaatkan para pelajar yang mulai sekolah di masa pandemi Covid-19 ini.

Fotografer Prima Mulia2 Oktober 2021

BandungBergerak.idDedi, 60 tahun, tak henti membawa perahunya bolak balik mengantar penumpang yang menyeberangi sungai Citarum yang membatasi Kampung Balekambang, Kecamatan Majalaya dan Kampung Lampegan, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, akhir September 2021.

Mengandalkan kekuatan tangannya, mantan buruh pabrik ini berpegangan ke seutas tali yang membentang di kedua sisi sungai Citarum. Arus sungai yang tenang dan dangkal karena kemarau tak terlampau menguras tenaganya. Tak sampai lima menit para penumpang sudah sampai di seberang dengan selamat.

Sebagian besar pelanggan adalah para pelajar. Sempat sepi saat pemberlakuan pembatasan sosial di masa pandemi Covid-19, kini Dedi bisa tersenyum lebar lagi setelah anak-anak mulai kembali bersekolah. Dipastikan jasa perahu eretan ini bakal sibuk antara jam 7 pagi sampai jam 11 siang. Itu adalah jam pulang pergi anak-anak sekolah.

Walau situasi pandemi belum kembali normal, Dedi masih bisa mengantar sekitar 50 orang naik perahu setiap hari. Sebelum pandemi, ia bisa mengantar 100 orang per hari. Tarifnya sangat murah, hanya Rp 1.000 per orang.

Perahu eretan atau perahu penyeberangan ini jadi moda transportasi vital antar kecamatan mengingat tak ada jembatan dalam radius 3-4 kilometer di sana. Jembatan terdekat terlalu jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk menuju jembatan terdekat itu warga harus mengeluarkan ongkos mobil angkutan pedesaan dan disambung ojek.

Dedi sendiri mewarisi profesi penarik perahu eretan turun temurun dari orang tua dan kakeknya. Selepas di-PHK pabrik pada 2008, Dedi mulai menarik perahu eretan untuk menopang kehidupan keluarganya.

Perahu eretan sendiri memiliki sejarah panjang, sisa-sisa kejayaan kebudayaan sungai yang tumbuh di DAS Citarum sejak era kerajaan besar Tarumanagara di awal abad ke-5. Bentuk perahu eretan saat ini tak banyak berubah, sama seperti perahu eretan di masa Hindia Belanda tahun 1940-an.

Entah sampai kapan jasa perahu eretan ini bertahan setelah jembatan-jembatan permanen banyak dibangun sampai ke pedalaman.  Satu per satu perahu eretan mulai punah di sepanjang DAS Citarum seiring pembangunan jembatan di Ibun, Majalaya, Baleendah, Bojongsoang, sampai ke Dayeuhkolot, dan lain-lain. Sudah saatnya para penarik perahu eretan berpikir alih profesi, apa pun itu, asal bisa tetap menopang perekonomian keluarga.

Teks dan Foto : Prima Mulia

Editor: Redaksi

COMMENTS

//